Bantuan
Pendidikan di Amerika
Ismunandar ; Guru Besar Kimia ITB; Mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI
Singapura dan Washington DC
|
KOMPAS,
05 April
2018
Dari
berbagai transformasi yang terjadi di universitas Amerika, mungkin yang
paling radikal adalah pergeseran ke arah pembiayaanya melalui pinjaman. Adamson,
2009
Beberapa minggu terakhir
sejak Presiden Jokowi mendorong kredit pendidikan, “Kompas” dan berbagai media
lain banyak memberitakan ide kredit ini.
Bahkan sebelum rancangannya jelas pun, BRI kabarnya telah meluncurkan
kredit Briguna Flexi Pendidikan. Tulisan ini mendeskripsikan sekilas kredit
pendidikan di Amerika Serikat (AS).
Tidak
hanya kredit
Pendidikan tinggi di AS
memang cukup mahal. Data National Center for Education Statistics tahun 2017
menunjukkan, rata-rata biaya kuliah total—termasuk biaya hidup—untuk tingkat
sarjana adalah 22.400 dolar. Kuliah di universitas swasta tentu lebih tinggi,
sementara di community college biayanya lebih rendah (rata-rata 10.500
dolar). Data yang sama menunjukkan dari 23 juta mahasiswa tingkat sarjana
(termasuk community college) hampir separuhnya (41,9 persen) punya pinjaman,
dengan rata-rata pinjaman 7.000 dolar per tahun, sehingga ketika lulus
rata-rata memiliki total pinjaman 26.600 dolar.
Selain kredit bagi para
mahasiswa tingkat sarjana, semakin banyak mahasiswa tingkat pascasarjana dan
profesi (mahasiswa kedokteran, hukum, dan MBA) juga memanfaatkan kredit pendidikan.
Bahkan di tingkat pascasarjana ini rata-rata total pinjamannya mencapai
57.600 dolar. Dengan angka-angka itu dan jangka pengembalian kredit 10 tahun
atau lebih, tak mengherankan kalau kumulatif pinjaman pendidikan di AS
mencapai 1,3 triliun dolar. Total pinjaman pendidikan ini lebih besar
daripada pinjaman kartu kredit dan nomor dua setelah kredit rumah.
Namun, di AS, bantuan
pendidikan tidak hanya kredit pendidikan. Bantuan pendidikan tinggi bersumber
dari federal, negara bagian, lembaga pendidikan, dan lembaga swasta
(yayasan); dengan proporsi berturut-turut 63, 25, 6 dan 6 persen. Bantuan ini
dapat diberikan dalam bentuk kredit, hibah, kerja paruh waktu, dan beasiswa.
Hibah diberikan lebih karena pertimbangan ekonomi, sedang beasiswa karena
prestasi.
Dari sisi jumlah uang yang
dibelanjakan di tahun akademik 2016/2017, proporsi berbagai bentuk bantuan
itu kira-kira 32 persen kredit, 40 persen hibah, dan sisanya berbagai bentuk
lain. Hibah paling besar adalah dari pemerintah federal dalam bentuk hibah
Pell, yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan finansial.
Di tahun akademik 2015/2016 lebih dari 7,6 juta mahasiswa menerima hibah
Pell, rata-rata menerima 3.700 dolar per tahun.
Kredit pun sebagian besar
disubsidi oleh pemerintah dalam bentuk rentang pembayarannya yang panjang dan
subsidi bunga. Dengan subsidi bunga, lulusan yang telah bekerja akan
mengembalikan dengan bunga rendah. Selain itu, bila peminjam tak dapat
mengembalikan karena meninggal, sakit, tidak berhasil memperoleh pekerjaan,
maka pinjaman menjadi beban pemerintah. Penghapusan atau pengurangan pinjaman
dapat dilakukan bagi lulusan yang bekerja di bidang tertentu, guru misalnya.
Di AS bahkan ada juga
pinjaman dari pihak swasta yang bunganya lebih tinggi. Pada lembaga swasta,
yang bisa berupa bank dan instansi pemberi pinjaman lainnya, pemerintah juga
harus memberi tunjangan khusus. Tunjangan khusus ini, yang berarti juga
bantuan pagi penerima kredit, diberikan karena penarikan pembayaran dari
kredit pendidikan lebih sulit daripada kredit lainnya.
Politik
kredit pendidikan
Sejarah bantuan pendidikan
di AS berawal dari bantuan yang sifatnya lokal dan filantropis, misalnya di
Harvard University yang telah mulai ada sejak 1840. Perkembangan penting
adalah dengan disetujuinya GI Bill tahun 1944, yang memungkinkan veteran
Perang Dunia kuliah secara gratis atau sangat murah. Pada tahun-tahun
berikutnya, para veteran mencapai hampir setengah dari mereka yang kuliah di
AS, terkadang di universitas yang mutunya dipertanyakan.
Akibatnya, pada 1952
dilakukan otorisasi ulang GI Bill, kredit hanya diberikan kepada veteran yang
mendaftar ke lembaga terakreditasi dan berkualitas tinggi. Dampak dari adanya
GI Bill ini jumlah mahasiswa di AS pada tahun 1954 menjadi lebih dari dua
kali jumlah pada tahun 1944, dari 1,15 juta menjadi 2,45 juta.
Ketika Rusia berhasil
meluncurkan Sputnik, AS merasa ketinggalan dan dengan mengeluarkan National
Defense Education Act menawarkan berbagai beasiswa, hibah, dan pinjaman pada
lulusan SMA yang berbakat di matematika, sains, teknik, dan bahasa asing,
atau mereka yang ingin jadi guru. Hibah Pell yang disebut di atas diundangkan
tahun 1972 atas usaha senator asal Rhode Island, Claiborne Pell.
Kredit pendidikan dan
biaya pendidikan tinggi juga selalu menjadi isu kampanye, seperti yang baru
lalu, calon presiden Demokrat, Bernie Sander, menjanjikan bebas biaya di
community college. Presiden Hoover tak berhasil terpilih untuk periode kedua
dikalahkan oleh kampanye Roosevelt juga salah satunya karena terkait kredit
pendidikan. Kredit pendidikan yang sudah melangit itu juga selalu menjadi
topik bahasan media mulai dari kekhawatiran telah terjadinya bubble di
pendidikan tinggi, dampak utang pada para lulusan, hingga universitas yang
memasang harga tinggi karena adanya skema kredit ini.
Sebagai penutup, kredit
pendidikan di AS skalanya memang sangat besar dan inilah yang dipercaya
membuka bangku kuliah bagi banyak mahasiswa dari berbagai lapisan. Selain AS,
banyak negara lain yang menjalankan program kredit pendidikan untuk dijadikan
pertimbangan, dan berbagai literatur menyatakan tidak ada sistem yang
sempurna dan dapat langsung diterapkan di negara lain.
Ada enam kriteria yang
diusulkan Woodhal (Woodhal, 2001) untuk mendesain dan mengelola kredit
pendidikan yang efektif: (1) manajemen kelembagaan yang efisien, termasuk
sistem yang memadai untuk seleksi peminjam; (2) manajemen keuangan yang
sehat, termasuk menetapkan suku bunga yang sesuai, (3) kriteria dan mekanisme
yang efektif untuk menentukan kelayakan peminjaman, target yang tepat bagi
subsidi bunga dan penangguhan atau pengampunan pinjaman; (4) kerangka hukum
yang memadai untuk menjamin kepastian hukum kredit, (5) pengembalian pinjaman
yang efektif, dan (6) informasi dan publikasi yang baik untuk memastikan agar
semua pemangku kepentingan memahami tujuan kredit.
Semoga upaya pemerintah
mengenalkan kredit pendidikan ini akan memperluas akses pendidikan yang
berkeadilan, sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar