Kejahatan Lingkungan
Food Estate dalam Manuver Politik Opini Tempo : Redaksi Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 27
Agustus 2023
DI mata politikus, seperti
Hasto Kristiyanto, sebuah urusan begitu mudah menjadi bahan pujian sekaligus
cacian. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan ini ujuk-ujuk mempersoalkan proyek
lumbung pangan alias food estate pemerintahan Joko Widodo. Selepas acara
penganugerahan Museum Rekor-Dunia Indonesia untuk PDI Perjuangan di Ciawi,
Jawa Barat, pada 15 Agustus lalu, Hasto menuding food estate sebagai proyek
gagal yang membuat hutan-hutan lenyap karena digunduli untuk dijadikan
perkebunan singkong. Bahkan dia menyebutnya sebagai kejahatan lingkungan. Hanya dalam hitungan 394
hari, Hasto berubah 180 derajat dari pendukung menjadi pengkritik keras salah
satu program strategis nasional yang diluncurkan pada Juli 2020 itu. Pada
acara pembekalan Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan ke-10 di Universitas Palangka
Raya, 17 Juli 2022, Hasto mendukung food estate serta mengapresiasi prajurit
Tentara Nasional Indonesia yang terjun langsung menanam singkong di hutan
Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Hasto memang tak menyebut
penyeleweng proyek ini. Namun mudah dibaca bahwa telunjuk Hasto mengarah
kepada penanggung jawab salah satu proyek food estate di Kalimantan Tengah,
yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Karena itu, pernyataan Hasto bahwa
food estate adalah kejahatan lingkungan segera bisa kita lihat sebagai
manuver politik menyerang Jokowi dan Prabowo sekaligus belaka. Serangan Hasto seiring
dengan kecenderungan Presiden Jokowi mendukung Prabowo sebagai calon presiden
dalam Pemilu 2024, ketimbang menyokong koleganya di PDI Perjuangan, Ganjar
Pranowo. Secara jumlah partai, Prabowo lebih banyak pendukungnya ketimbang
Ganjar. Elektabilitasnya pun terus mengungguli Ganjar, yang stagnan sejak
dideklarasikan pada 21 April 2023. Kalau memang peduli pada
kerusakan lingkungan akibat proyek food estate, mengapa Hasto dan politikus
PDI Perjuangan baru melek sekarang? Ke mana saja mereka ketika liputan media,
seperti temuan majalah ini pada Oktober 2021, mengungkap fakta bahwa food
estate Prabowo Subianto merusak hutan Kalimantan sementara singkong tak
kunjung tumbuh. Tiga desa di sekitar proyek food estate terendam banjir
ketika hujan turun. Tak hanya merusak
lingkungan, proyek ini juga sarat konflik kepentingan. Selain memakai
tentara, pelaksana proyek adalah PT Agro Industri Nasional (Agrinas).
Perusahaan ini didirikan Yayasan Karyawan Kementerian Pertahanan yang
dikelola oleh orang-orang politikus Partai Gerindra dan tentara anak buah
Prabowo. Bila proyek food estate di
Gunung Mas berlanjut, kerusakan lingkungannya bisa lebih parah. Sekitar 2.000
hektare lahan food estate merupakan permukiman, kebun karet rakyat,
permakaman umum, dan rumah bersertifikat hak milik. Sekitar 18 ribu hektare
lahan proyek lumbung pangan juga merupakan habitat orang utan Kalimantan yang
langka dan dilindungi. Kini, lima bulan menjelang
Pemilu 2024, food estate menjadi bola panas yang mudah digocek politikus
seperti Hasto dkk untuk mendiskreditkan lawan politik. Kerusakan lingkungan
akibat food estate adalah fakta, menggorengnya untuk kepentingan politik kian
menunjukkan para politikus tak sebenarnya peduli pada program pemerintah yang
merusak dan tak direncanakan secara matang. ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/opini/169587/kejahatan-lingkungan-food-estate |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar