Meeting
Stephen Hawking in Ottawa
Seandainya saya tidak mengalami celaka, tertabrak taksi
di Ottawa - Canada, dan harus menggunakan alat bantu kursi roda selama beberapa
bulan di sana, mungkin saya tidak pernah bertemu dan duduk berdampingan dengan
Stephen Hawking.
Seingat saya, waktu itu suatu pagi di musim winter 1998
ketika mobil OC Transpo (semacam Trans Jakarta di Ottawa) yang dirancang khusus
untuk melayani “disabled people” (orang
cacat atau lansia yang membutuhkan kursi roda) menjemput saya di apartemen.
Pagi itu saya memang ada jadwal kuliah di Carleton University.
Seperti biasa sopir OC Para Transpo membantu saya naik ke
atas mobil dengan menggunakan alat bantu remote. Kebetulan waktu itu sopirnya adalah seorang
ibu-ibu paruh baya.
Sudah menjadi tradisi ketika kami baru bertemu muka
dengan penumpang sebelah di dalam mobil, kami selalu berbasa-basi mengucapkan
“Say Hello”. Tapi saya mengurungkan niat
itu ketika melihat tetangga pria di samping saya ternyata sedang asyik mengobrol
entah dengan siapa.
Anehnya pria tersebut bicara tidak dengan mulutnya,
melainkan dengan menggunakan alat bantu komputer dan monitor yang terpasang di
hadapannya di kursi roda. Waktu itu yang nampak oleh saya hanya kedipan-kedipan
matanya dan seputar pipinya yang bergerak-gerak. Saya kira bagian-bagian
anggota badan lainnya praktis lumpuh. Tapi anehnya, ia bisa
mengendalikan sendiri kursi rodanya, nyaris tanpa bantuan orang lain.
Akhirnya saya ingat pernah membaca tulisan tentang
seorang fisikawan terkenal yang karena “sakit lumpuh” akhirnya ia harus
menggunakan alat bantu komputer untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hanya saja pada waktu itu saya masih belum
bisa mengingat nama ahli fisika tersebut.
Jujur, waktu itu saya masih ragu apakah benar ia adalah
tokoh ilmuwan yang pernah saya baca dalam tulisan tersebut. Siapa tahu ia
hanyalah salah satu penderita “penyakit lumpuh” (tuna wicara) di negara maju yang
mampu membeli dan menggunakan perangkat alat bantu canggih sehingga ia bisa
berkomunikasi dengan orang lain. Maklum, pada awal-awal saya tinggal di
Ottawa..saya memang sering menemukan hal-hal “aneh” yang tidak pernah saya
lihat dan temukan sebelumnya di Indonesia.
Dalam suatu kesempatan saya ceritakan pertemuan saya
dengan Stephen Hawking tersebut kepada seorang teman kuliah senior saya,
seorang Canadian. Menurutnya, setahu dia, hanya Stephen Hawking yang
menggunakan alat bantu komputer tersebut untuk
bicara. Dari dia pula akhirnya saya bisa mengingat kembali nama ilmuwan
fisika tersebut, Stephen William Hawking. Dan saya semakin yakin, penumpang di sebelah
saya adalah Stephen Hawking, ketika saya membaca berita tentang kematiannya
beberapa waktu lalu dan mendapatkan tautan URL berikut ini dari google.
Orang mungkin bilang saya cuma “bercanda” ketika saya
serius bilang…”Saya pernah duduk di kursi persis di sebelah kanan Stephen
Hawking”…
Salam,
budisan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar