Anies-Sandi
Menang untuk Menanggung Beban
Bambang Soesatyo ; Ketua Komisi III DPR RI, Fraksi
Partai Golkar;
Presidium Nasional KAHMI
2012-2017
|
KORAN
SINDO, 26
April 2017
TERIMA kasih
kepada Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat atas kerja dan pengabdian
mereka dan selamat kepada bakal gubernur dan bakal wakil gubernur DKI Jakarta
periode 2017-2022 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno.
Jangan larut
dalam euforia kemenangan, Anies-Sandi harus segera berkonsolidasi agar
transisi pemerintahan nanti berjalan mulus. Lagi pula, begitu banyak beban
pekerjaan yang harus dituntaskan.
Tuntas sudah
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017. Kondusivitas ibu kota
negara ini harus segera dipulihkan. Semua harus fokus lagi pada kegiatan produktif.
Jangan lupa bahwa di hadapan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan
warga Ibu Kota terbentang sejumlah pekerjaan besar yang harus diselesaikan
dalam jangka dekat.
Bersama
Palembang, Jakarta akan menjadi tuan rumah pelaksanaan Asian Games pada
periode 18 Agustus 2018-2 September 2018. Pesta olahraga ini akan diikuti 45
negara. Asian Games XVIII Jakarta-Palembang akan menyelenggarakan 42 cabang
olahraga, terdiri atas 34 cabang olahraga olimpiade dan delapan cabang
olahraga nonolimpiade.
Pemprov DKI
Jakarta tentu harus memastikan kesiapan semua venue, hotel, dan kelancaran
transportasi para atlet. Sekitar 32 cabang olahraga akan dipertandingkan di
Jakarta dan sekitarnya. Baru-baru ini Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah
melihat langsung kesiapan Palembang sebagai tuan rumah.
Maka itu,
masalah kesiapan Jakarta sebagai tuan rumah pun tidak boleh lepas dari
perhatian Anies-Sandi. Karena Asian Games XVIII Jakarta-Palembang akan
menentukan citra negara, Anies-Sandi hendaknya memberi perhatian ekstra
terhadap kesiapan Jakarta. Event internasional ini akan menjadi pertaruhan
bagi kepemimpinan Anies-Sandi di Jakarta.
Selain soal
Asian Games XVIII, Jakarta pun sedang sibuk membangun sejumlah proyek
infrastruktur transportasi. Ada proyek Mass Rapid Transit (MRT) dari wilayah
selatan menuju pusat dan utara Jakarta.
Selain itu,
Pemprov DKI Jakarta juga sedang membangun dua dari tujuh rute Light Rail
Transit (LRT). Ditambah dengan pembangunan jembatan layang dan underpass di
beberapa titik, Ibu Kota memang tampak begitu sibuk membangun. Akibat itu,
belakangan ini kemacetan lalu lintas pada hampir semua ruas jalan utama sudah
sangat parah dan sangat menyiksa warga.
Penyelesaian
semua proyek infrastruktur itu dan upaya mengurai kemacetan juga harus
menjadi fokus perhatian Anies-Sandi. Pemprov DKI yang baru nanti harus
memiliki catatan rinci mengenai jadwal penyelesaian proyek. Hal ini perlu
agar Pemprov DKI berani memastikan bahwa semua proyek infrastruktur itu akan
selesai tepat waktu.
Penyelesaian
proyek yang tepat waktu akan berpengaruh signifikan terhadap upaya
mengurangi kemacetan. Kalau memungkinkan, penyelesaian beberapa proyek itu
bahkan bisa dipercepat.
Karena itu,
sambil menunggu pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum DKI tentang hasil
final Pilkada 2017, Anies-Sandi perlu meningkatkan intensitas koordinasi
dengan pasangan petahana Ahok-Djarot.
Selain membahas rencana program yang akan dimasukkan dalam APBD
DKI Perubahan, Anies-Sandi juga harus memberi perhatian terhadap
agenda-agenda lain sebagaimana telah disebut sebelumnya. Termasuk program
penanganan banjir hingga tempat pembuangan akhir sampah.
Seperti diketahui bersama, masih ada sejumlah persoalan pelik
yang akan terus dihadapi Pemprov DKI Jakarta dari waktu ke waktu. Semua
persoalan pelik itu bersinggungan langsung dengan kepentingan warga.
Sehingga, jika gubernur lalai atau lamban, kinerja Pemprov DKI Jakarta akan
langsung dikecam warga. Kemungkinan-kemungkinan seperti itulah yang harus
diantisipasi Anies-Sandi. Maka itu, koordinasi dengan Ahok-Djarot menjadi
sangat penting agar transisi nanti minim masalah.
Pengawasan
Publik
Berkat perubahan pola pendekatan masalah dan pengelolaan
anggaran, warga Jakarta kini sangat kritis terhadap Pemprov DKI. Warga
Jakarta menuntut pengelolaan anggaran yang transparan.
Kualitas pelayanan publik harus terus ditingkatkan. Manajemen
pemprov pun harus responsif. Terhadap beberapa aspek itu, bisa dikatakan
bahwa Pemprov DKI saat ini sudah meletakkan standar baru yang lebih baik dari
sebelumnya.
Setidaknya, hal ini tercermin dari tingkat kepuasan warga
Jakarta terhadap kinerja kepemimpinan Ahok-Djarot. Maka itu, tantangannya
sangat jelas bagi Anies-Sandi. Minimal mempertahankan standar yang sudah
dicapai saat ini. Akan lebih ideal jika Anies-Sandi bisa meningkatkan standar
itu.
Persepsi warga Ibu Kota tentang pengelolaan APBD DKI yang
transparan dan bebas dari korupsi bisa dipahami dari begitu banyak pendapat
warga. Misalnya, berkat transparansi anggaran saat ini, warga Ibu Kota seakan
disadarkan bahwa bertahun-tahun lalu banyak anggaran yang menguap karena tak
jelas pemanfaatannya.
Sebagai misal anggaran untuk membersihkan atau penanganan
sarana dan prasarana umum (PPSU) serta anggaran untuk mengeruk atau membersihkan
sungai dan kali. Pada tahun-tahun terdahulu sarana dan prasarana umum serta
sungai/kali dibiarkan kotor, padahal ada alokasi anggaran untuk
membersihkannya.
Warga pun berasumsi bahwa ada begal anggaran di Pemprov DKI
Jakarta. Dugaan ini semakin kuat ketika Pemprov DKI dan DPRD DKI pada 2014
bersitegang karena isu APBD DKI yang sarat dengan anggaran ganda. Fakta
historis ini tentu saja tidak boleh lolos dari pantauan Anies-Sandi.
Selain transparansi pengelolaan APBD, warga DKI juga menyoroti
penggunaan dana yang bersumber dari corporate social responsibility (CSR).
Tentang pemanfaatan CSR, aturan main yang diterapkan saat ini adalah langsung
dalam bentuk barang atau proyek. Alokasi CSR tidak lagi dalam bentuk dana
tunai, tetapi langsung dikonversi dalam bentuk proyek untuk kepentingan umum.
Revitalisasi untuk ribuan kilometer trotoar dibiayai dengan CSR.
Realisasi proyek peningkatan Jembatan Semanggi pun dibiayai dengan CSR,
termasuk revitalisasi kawasan Kalijodo. Transparansi dan model pemanfaatan
CSR ini hendaknya diteruskan Anies-Sandi.
Faktor lain yang juga harus diamati Anies-Sandi adalah
konsistensi dan kualitas pelayanan publik, khususnya di semua kelurahan
hingga pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit. Kendati masih
terdapat kekurangan di sana-sini, warga DKI secara umum menyatakan cukup
puas atas upaya perbaikan yang telah dilakukan selama ini.
Ditemukan banyak fakta bahwa jika pusat-pusat layanan publik
tidak bekerja sebagaimana mestinya, warga tidak segan-segan untuk melapor
atau menginformasikannya melalui media sosial. Ketidakberesan itu akan
menjadi gunjingan warga. Jika pusat-pusat layanan publik itu tidak segera
membenahi kinerja, publik akan mengecam gubernur dan wakil gubernur.
Selain intens memantau pelayanan publik, Anies-Sandi juga harus
memastikan birokrasi yang dipimpinnya mampu responsif terhadap keluhan atau
laporan warga. Keluhan atau laporan itu langsung disampaikan warga dengan
datang ke Balai Kota DKI atau melalui sarana media sosial.
Patut digarisbawahi oleh Anies-Sandi bahwa keluhan atau laporan
warga akan selalu ada. Dan, sudah pasti bahwa warga menghendaki agar Pemprov
DKI merespons keluhan maupun laporan-laporan itu.
Pada masa lalu warga Jakarta nyaris tidak peduli dengan kinerja
Pemprov DKI. Tetapi, kini warga Jakarta justru sangat aktif mengawasi Pemprov
DKI dari hari ke hari. Maka itu, ketika Anies-Sandi diberi amanah untuk
memimpin Jakarta dan mengendalikan birokrasi Pemprov DKI, itu adalah
pekerjaan besar yang sangat berat karena penuh tantangan.
Dengan begitu, pesta kemenangan harus segera diakhiri.
Anies-Sandi harus mulai mendata program kerja prioritas yang relevan dengan kepentingan
warga Ibu Kota. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar