|
DI Paris, Adonis—pemikir Arab kontemporer—menyampaikan
kepada penulis bahwa posisi Bashar al-Assad saat ini jauh lebih kuat daripada
era-era sebelumnya.
Assad mampu memanfaatkan friksi
politik di dalam negeri dan kartu geopolitik yang lebih menguntungkan rezimnya.
Lebih jauh, Adonis melakukan penelusuran geneologis terhadap akar yang penyebab
mengapa rezim otoriter mampu melanggengkan kekuasaannya, yakni karena kekuatan
nalar sektarianisme dalam lanskap politik Arab.
Pasca-jatuhnya Dinasti Ottoman di
Turki (1923), dunia Arab tak mampu membangun negara- bangsa yang mengedepankan
kepentingan bersama. Di permukaan, mereka berupaya membangun negara-bangsa,
tetapi hakikatnya kekuasaan hanya dikuasai sekte dan kelompok tertentu.
Tanpa solusi
Pasca-tercapainya kesepakatan
antara Rusia dan Amerika dalam rangka memusnahkan senjata kimia sebagai
alternatif dari invasi terhadap rezim Assad, harus diakui kesepakatan itu tak
berdampak apa-apa dalam konteks friksi politik di Suriah. Bahkan, pihak oposisi
menuding AS, khususnya Obama, hanya mengedepankan kepentingan politiknya, bukan
kepentingan rakyat Suriah.
Arab Saudi dan negara-negara Arab
yang bergabung dalam Liga Arab juga amat kecewa terhadap sikap AS karena tak
menyodorkan solusi tuntas atas krisis berkepanjangan di Suriah. Sikap yang
diambil AS sangat bertentangan dengan hasil pertemuan Liga Arab di Mesir, yang
mendukung sepenuhnya serangan militer ke Suriah. Arab Saudi dan beberapa negara
Teluk lainnya bahkan bersedia membiayai aksi militer tersebut.
Menurut Liga Arab dan pihak oposisi
Suriah, membiarkan rezim Assad berkuasa berarti melegalkan rezim membombardir
pihak oposisi, yang posisinya semakin terjepit akibat lemahnya amunisi
persenjataan. Di samping itu, pihak oposisi terfragmentasi dalam beberapa
kelompok, yang semakin melemahkan kekuatan mereka.
Bashar al-Assad memang punya kartu
politik yang kerap digunakan sebagai bahan diplomasi dengan Barat, yaitu
keberadaan Al Qaeda di barisan oposisi. Sayap Al Nusra ditengarai telah
menguasai beberapa wilayah, dengan agenda membangun negara Islam di Suriah.
Faktanya, setiap wilayah yang dikuasai Al Qaeda otomatis diberlakukan penerapan
syariat Islam. Al Qaeda punya agenda serius menjadikan Suriah sebagai
Afganistan jilid dua.
Saat ini pihak oposisi dari suku
Kurdi sedang berjibaku melumpuhkan sayap Al Qaeda di Suriah karena mereka
dianggap sebagai ancaman bagi perjuangan oposisi dalam melengserkan rezim
Assad, sekaligus tantangan bagi masa depan Suriah pasca-Assad. Dalam hal ini,
baik AS maupun Rusia menjadikan Al Qaeda sebagai tantangan yang cukup serius
bagi masa depan Suriah pasca-Assad. Metamorfosis Taliban menjadi Al Qaeda di
Afganistan merupakan pelajaran berharga bagi tatanan politik pascakrisis.
”Geneva 2”
Maka, solusi paling mujarab adalah
memulai kembali perundingan sebagai upaya memecahkan masalah dalam negeri.
Pertemuan Geneva 2 yang akan diagendakan akhir tahun ini, atau awal tahun
depan, yang akan mempertemukan semua faksi politik Suriah merupakan kesempatan
emas untuk keluar dari benang kusut solusi Suriah.
Ada tiga agenda besar yang harus
dicapai dalam perundingan tersebut. Pertama, semua pihak harus punya komitmen
kuat menghentikan segala bentuk konflik dan kekerasan. Hal itu perlu dilakukan
segera karena potensi jatuhnya korban dalam jumlah besar tidak terelakkan.
Korban jiwa selama konflik sudah
lebih dari 100.000 orang, jumlah yang sangat besar. Jika dibandingkan tragedi
musim semi di beberapa negara Arab lainnya, seperti Tunisia, Mesir, Yaman, dan
Libya, tragedi yang menimpa Suriah sudah tergolong dalam pelanggaran
kemanusiaan yang mahaberat.
Dunia internasional harus mengambil langkah serius
guna menghentikan konflik dan kekerasan, serta mendorong semua pihak duduk
bersama mencari jalan keluar secara politik untuk membangun kembali Suriah dari
keterpurukan, serta keluar dari pihak-pihak yang memancing di air keruh,
seperti rencana besar Al Qaeda.
Kedua, transisi kekuasaan. Solusi
ini mutlak diperlukan karena salah satu upaya menghentikan kekerasan adalah
turunnya Bashar al-Assad dari kursi kekuasaan. Perundingan Geneva 1 pada Juni
2012 telah merekomendasikan perlunya transisi kekuasaan kepada otoritas yang
inklusif.
Sayangnya, solusi tersebut tak bisa
diimplementasikan karena Rusia dan China masih berkomitmen mendukung rezim
Assad. Menurut Rusia, Suriah merupakan mitra strategis yang penting di Timur
Tengah, di samping Iran, yang harus disokong dan dipertahankan hingga titik
darah penghabisan. Karena itu, Rusia selalu menggunakan veto dan berbagai macam
terobosan diplomatik untuk menghambat rencana AS dan negara-negara Eropa dalam
melancarkan serangan militer ke Suriah.
Sebenarnya, sikap Rusia dalam
memberikan dukungan penuh terhadap rezim Assad menjadi batu sandungan yang
cukup serius bagi solusi politik di Suriah. Idealnya, Rusia menjadi mediator
untuk mencapai titik temu dalam rangka mewujudkan transisi kekuasaan yang
damai. Karena itu, Rusia punya peran sangat strategis dalam rangka meyakinkan
Iran, Hizbullah, dan rezim Assad agar memenuhi tuntutan publik perihal transisi
kekuasaan. Sebab tak ada solusi politik paling bisa diterima semua pihak untuk
menghentikan kekerasan, kecuali transisi kekuasaan.
Ketiga, perhatian terhadap masalah
kemanusiaan, baik warga negara yang masih tinggal di Suriah maupun para
pengungsi yang berada di beberapa negara Arab. Keberadaan makin mengkhawatirkan
karena perundingan di level internasional hanya fokus pada solusi politik dan
mengabaikan aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah solusi kemanusiaan.
Padahal, masalah kemanusiaan jauh lebih mendesak dipecahkan agar memberikan
kemungkinan bagi pihak-pihak yang tidak terlibat dalam konflik, atau mereka
yang jadi korban konflik, tak mudah direkrut oleh Al Qaeda dan pihak-pihak yang
punyai agenda politik di Suriah.
Intinya, perundingan Geneva 2
merupakan kesempatan emas untuk memecahkan beberapa persoalan tersebut. Hanya
saja, jalan menuju perundingan masih menimbulkan kendala karena pihak oposisi
memandang perundingan tak memberikan dampak pada tataran operasional di
lapangan. Faktanya, rezim Assad masih berkuasa dan makin kuat. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar