Senin, 07 Juni 2021

 

ETF, Investasi Berisiko Rendah dengan Hasil Tinggi?

Joice Tauris Santi ; Wartawan Kompas

KOMPAS, 07 Juni 2021

 

 

                                                           

Selain reksa dana dan saham, instrumen investasi lain yang ada di pasar modal adalah exchange traded fund atau ETF. Dari segi struktur produk, ETF sangat mirip dengan reksa dana, khususnya reksa dana saham dan obligasi.

 

Di Bursa Efek Indonesia, hingga akhir Desember 2020 ada 47 produk ETF. Di antara produk-produk tersebut, hanya tiga produk saja yang menggunakan obligasi sebagai dasarnya. Lainnya, menggunakan saham sebagai underlying (dasar harga). Per Januari 2021, jumlah dana kelolaan ETF sebesar Rp 15,1 triliun, naik 6,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

 

Ada dua jenis cara pengelolaan ETF, yaitu aktif dan pasif. Manajer investasi yang mengelola ETF secara aktif, rajin bertransaksi jual dan beli. Manajer investasi meracik sendiri saham-saham atau obligasi yang akan dimasukkan ke dalam sebuah produk ETF. Jadi, kepiawaian manajer investasi menentukan kinerja ETF tersebut.

 

Cara kedua adalah pengelolaan pasif. Manajer investasi menyusun ETF dengan mengacu pada sebuah indeks. Contoh, indeks LQ 45. ETF yang disusun merupakan semacam tiruan LQ45 karena berisi saham-saham di dalam indeks tersebut. Pembobotannya pun sama. Karena isinya mirip dengan daftar LQ 45, kinerjanya pun tidak berbeda jauh dengan kinerja indeksnya.

 

Investor tentunya kesulitan jika akan membeli semua saham yang ada di indeks LQ 45. Membeli ETF LQ 45 adalah jalan keluar untuk memiliki saham-saham paling likuid di bursa dalam negeri.

 

Demikian pula dengan investor yang senang dengan saham-saham syariah. Ketimbang membeli semua saham syariah, sebagai gantinya dapat membeli ETF syariah yang berisi saham syariah.

 

Harga reksa dana ditentukan di akhir hari bursa, sedangkan harga ETF merupakan harga seketika, seturut harga saham saat itu. ETF juga dapat ditransaksikan atau diperjualbelikan di bursa. Sementara reksa dana ditransaksikan melalui manajer investasi. ETF juga lebih likuid dibandingkan reksa dana.

 

ETF juga biasanya dimanfaatkan oleh investor institusi untuk mengukur kinerja saham-saham di bursa sebuah negara. Misalnya, ETF iShares MSCI Indonesia ETF (Eido). ETF ini berisi saham-saham yang ada di bursa Indonesia. ETF Eido diperdagangkan di bursa New York.

 

ETF ini berisi 99 persen saham yang ada di bursa Indonesia. Jadi cukup merepresentasikan kondisi di Bursa Efek Indonesia. Banyak lagi ETF dari negara lain yang digunakan sebagai patokan para investor besar dari mancanegara.

 

Dibandingkan dengan membeli saham langsung, volatilitas produk ETF lebih rendah. Satu ETF terdiri dari beberapa macam saham. Dalam satu hari perdagangan, tidak semua saham naik, tidak semua saham turun. Ada saham yang naik, ada saham yang turun sehingga membuat harga ETF tidak terlalu bergejolak.

 

Investor dapat membeli produk-produk ETF di perusahaan sekuritas. ETF dapat dijadikan alternatif investasi di pasar modal, selain reksa dana, obligasi ritel, dan saham. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar