Tantangan
bagi Generasi Milenial
Beni Sindhunata ; Direktur Eksekutif INBRA
|
KOMPAS,
17 Februari
2018
Pertengahan November lalu,
Partai Solidaritas Indonesia mengumumkan bahwa 60 persen calon anggota
legislatif mereka yang lolos ujian adalah kaum milenial. Ini tentu positif
jika melihat peran serta dan tanggung jawab generasi muda akan masa depan
bangsa. Akan tetapi, jangan lupa, generasi muda ini juga memiliki tantangan
bagi masa depan bangsa dan keberadaan mereka sendiri, khususnya ekonomi dan
politik bangsa ini.
Dalam konteks inilah
generasi milenial yang lahir antara tahun 1980 sampai 2000, atau generasi Y,
ini fokus pada tantangan bagi generasi muda dan peranan mereka bagi masa
depan panggung ekonomi bisnis dan politik Indonesia.
Perlu dipahami bahwa
parpol generasi muda tidak selalu identik bahwa mereka pilihan generasi
milenial. Sebab, latar belakang pendidikan, pengalaman, ataupun lingkungan
berperan serta langsung atau tidak.
Misalnya survei CSIS
(4/11/2017) menunjukkan PDI Perjuangan terpopuler di kalangan kaum milenial
(94,2 persen) di antaranya karena parpol ini pemenang Pilpres 2014. Bahkan
lebih lanjut dikatakan bahwa generasi milenial optimistis terhadap
pemerintahan saat ini (75,3 persen). Implisit menunjukkan bahwa partai
generasi muda belum tentu tertarik atau populer bagi sesama generasi muda.
Sementara Doglas Boneparth
mengatakan, kaum milenial ini tidak punya tujuan finansial yang jelas.
Padahal, mereka umumnya berpenghasilan besar, tetapi banyak yang gagal dalam
mengelola keuangan.
Oleh karena itu, Credit
Suisse mengatakan bahwa generasi ini lebih buruk dalam pengelolaan keuangan
daripada generasi baby boomers karena aturan keuangan yang lebih ketat
daripada pendahulunya. Meski demikian, korporasi Swiss ini bilang bahwa
generasi milenial bukanlah generasi pemalas karena mereka harus berjuang
lebih keras dibandingkan generasi sebelumnya. Karena harga dan tanah yang
naik tinggi dan mahal justru menuntut kerja lebihnya, seperti rumah, dana
pensiun, tabungan, investasi, atau kebutuhan dasar lainnya. Karena itu, tidak
heran jika di masa depan banyak yang tidak sanggup membeli rumah.
Terlepas dari seberapa
tinggi pilihan dan kesukaan warga Indonesia kepada kaum milenial atau
generasi muda di panggung politik, tetapi diharapkan generasi muda ini
bertingkah polah yang lebih baik daripada senior atau pendahulu mereka:
generasi sebelumnya.
Dengan demikian akan
terasa adanya warna, pembaruan, dan semangat baru. Apalagi mereka umumnya
akrab dengan dunia media sosial dan internet ataupun teknologi yang, menurut
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sampai Oktober 2016,
ada 132,7 juta pengguna internet dan 97 persen pengguna media sosial.
Kiprah
mereka ditunggu
Apa pun kesimpulan dari
para surveyor, ini hanya sebagian
cermin dan potret masyarakat milenial dan generasi muda tentang politik
Indonesia sekarang dan ke depan. Ini bisa dimengerti mengingat bahwa tidak
semua generasi muda atau kaum milenial ini bersikap sama tentang masalah
tertentu, karena hal itu juga bergantung pada waktu, pengalaman, dan latar
belakang.
Yang penting adalah
bagaimana mereka—khususnya generasi milenial ini—akan berkiprah sekarang dan
di masa depan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Apakah mereka tetap
mewakili dan mencerminkan suara dan hati nurani mereka, dan tidak hanya di
media massa, tetapi terbukti dalam tindakan nyata bagi negara dan bangsa.
Generasi muda kaum
milenial ini sudah banyak belajar dan melihat panggung politik nasional saat
ini yang penuh dengan citra negatif. Ini merupakan tantangan dan kesempatan
bagi generasi muda untuk berkontribusi baik dan aktif bagi negara dan dirinya
sendiri. Sebab, saat ini dan ke depan publik sudah lebih maju, tahu, dan berpendidikan.
Meskipun demikian,
generasi muda jangan menganggap itu sebagai siklus zaman, tetapi justru
tantangan dan tugas berat untuk merealisasikannya menjadi kenyataan. Dengan
demikian, berbagai sikap, semangat, dan ide positif saat ini bukan hanya manis
di bibir saja, melainkan justru harus direalisasikan.
Semua itu bisa dimulai di
Pilkada 2018 atau Pilpres 2019. Peralihan dari generasi tua ke generasi muda
adalah satu kondisi alami yang tidak bisa dihindari. Jangan hanya terjebak
pada kurun waktu tertentu, apakah 2019, 2028, atau 2045, tetapi untuk jangka
panjang dan masa depan.
Untuk itu, generasi muda
Indonesia harus membawa perubahan yang lebih baik daripada generasi
sebelumnya. Karena publik dan rakyat sudah menyaksikan bagaimana perilaku,
semangat dan sifat sebagian generasi sebelumnya selama ini, baik ketika
menjadi legislator maupun birokrat di pusat ataupun daerah. ●
|
jadwal sabung ayam terpercaya s128net
BalasHapusUntuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
Telegram : +62812-2222-995 / https://t.me/bolavita
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita
Thanks infonya. Oiya ngomongin generasi muda, masalah yang dihadapi saat ini bisa dibilang lebih rumit sih, salah satunya terkait masalah finansial. Makanya ga heran kalo anak-anak muda disarankan buat investasi sedini mungkin. Lalu, apa sih alasan sebenarnya di balik hal itu? Yuk cek jawabannya di sini: Alasan harus investasi sejak muda
BalasHapus