Waspadai
'Konser' Akhir Tahun
Kelompok
Bahrun Naim
Stanislaus Riyanta ; Analis
Intelijen dan Terorisme;
Alumnus Program Pascasarjana
Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia
|
DETIKNEWS, 22 Desember
2016
Akhir tahun 2016 ini secara secara berurutan
Densus 88 berhasil melakukan pencegahan aksi teror. Densus 88 melakukan
penangkapan terhadap terduga pelaku teror disertai dengan berbagai barang
bukti. Penangkapan yang dilakukan Densus 88 di Bekasi, Ngawi, Payakumbuh,
Deli Serdang dan Tangerang Selatan membuktikan bahwa ada gerakan kelompok
teror yang akan melakukan aksi atau 'konser' di akhir tahun.
Di Bekasi, Densus 88 berhasil mengamankan
terduga calon pengantin bom bunuh diri berjenis kelamin perempuan dengan
barang bukti berupa bom panci dengan daya ledak hingga radius 300 meter.
Perempuan bernama Dian Yulia Novi yang ditangkap Densus 88 pada hari Sabtu
(10/12/2016) tersebut rencananya akan melakukan aksi bom bunuh diri di Istana
pada saat pergantian pasukan Paspampres. Setelah Dian dan beberapa orang
kelompoknya tertangkap, Polri juga mengamankan orang yang diduga terlibat
dengan rencana aksi ini yaitu Khafid Fathoni (22), yang ditangkap di Ngawi.
Khafid merupakan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Solo.
Di Purworejo, Densus 88 mengamankan seorang
perempuan dengan inisial IP (35) pada kamis (15/12/2016). IP ditangkap di
rumahnya dengan dugaan sebagai anggota kelompok bom panci yang berhasil
diamankan oleh Densus 88 di Bekasi. Kelompok dengan calon pengantin Dian
Yulia Novi ini diketahui berafiliasi dengan Bahrun Naim, yang sekaligus
diduga sebagai sponsor dari rencana aksi bom bunuh diri di Istana. Hal ini
dibuktikan dengan adanya transfer dana dari Bahrun Naim kepada kelompok bom
panci Bekasi.
Pada Rabu (21/12/2016), Polri menangkap
serorang terduga teroris di Kecamatan Biru-Biru, Deli Serdang Sumatera Utara.
Terduga teroris berinisial S ini merupakan kaki tangan Gigih Rahmat Dewa di
Batam yang merupakan bagian dari jaringan Bahrun Naim. Di Payakumbuh seorang
terduga teroris dengan inisial JT alias H ditangkap Densus 88 (21/12/2016).
JT alias H diduga mempunyai peran sebagai pembeli bahan-bahan untuk pembuatan
bom.
Di hari yang sama, Densus 88 berhasil
menangkap satu orang terduga teroris bernama Adam di Tangerang Selatan. Dari
hasil interogasi maka Densus 88 melakukan pengembangan dan melakukan
penyergepan terhadap kelompok Adam di sebuah rumah kontrakan nomor 46 RT
02/RW 01 Kampung Curug, Setu, Tangerang Selatan. Densus 88 menembak mati 3
orang tersebut.
Tindakan tegas dari aparat kepolisian ini
dilakukan karena tiga orang yang akan ditangkap melakukan perlawanan dengan
senjata api dan melempar bom. Dalam penangkapan tersebut Densus 88 berhasil
mengamankan bom pipa dan senjata api. Dari penyelidikan yang dilakukan ternyata
diketahui bahwa 2 dari 3 orang yang tewas adalah calon pengantin bom bunuh
diri.
'Konser' Akhir Tahun
Akhir tahun adalah waktu ideal dan favorit
bagi kelompok teroris, terutama di Indonesia untuk melakukan aksinya, atau
sering juga disebut sebagai sebuah 'konser'. Indonesia tentu tidak akan lupa
dengan peristiwa aksi bom malam natal tahun 2000. Rangkaian bom Natal di
sejumlah gereja pada tahun 2000 oleh kelompok Jamaah Islamiyah tersebut
merenggut banyak korban. Dalam hitungan menit, ratusan korban berjatuhan,
merenggut nyawa 16 jiwa dan melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil
rusak.
Pada akhir tahun 2013, polisi berhasil
menangkap terduga teroris yang akan melakukan aksi bom Natal 2013 dan tahun
baru 2014. Para teroris yang tertangkap Densus 88 tersebut adalah Irwan
Kurniawan alias Arqom, ditangkap di Lamongan, Jawa Timur; Fahri alias Agus
dan A ditangkap ditangkap di Kali Abang Nangka, Bekasi Utara.
Di Bekasi, pada 23 Desember 2015, Polri
menangkap Arif Hidayatulah dan kelompoknya termasuk yang berasal dari Uighur.
Arif Hidayatulah diketahui tergabung dalam Jamaah Anshar Daulah Khilafah
Nusantara (JAKDN). Arif Hidayatulah adalah teman kuliah Bahrun Naim yang
sekarang berada di Suriah. Dalam penangkapan ini diketahui ada satu orang
yang lolos, yaitu Nur Rohman, yang dikemudian hari diketahui menjadi pelaku
bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta.
Dari trend analisis tersebut di atas dan dari
berbagai bukti-bukti yang diperoleh oleh Polri melalui satuan khususnya
Densus 88, maka Indonesia patut mewasapadai 'konser' akhir tahun kelompok
teroris. Kerja keras Densus 88 mengamankan terduga teroris beserta barang
buktinya dimungkinkan masih meloloskan anggota kelompok lainnya. Anggota
kelompok yang lain, jika ada, tentu akan lebih agresif dan nekad untuk
melancarkan 'konser' akhir tahunnya, sebagai bentuk perlawanan terhadap
Polri/Densus 88 atas ditangkapnya orang-orang satu kelompoknya.
Dominasi Bahrun Naim
Penangkapan terduga teroris di Bekasi, Ngawi,
Payakumbuh, Deli Serdang, dan Tangerang Selatan diduga didominasi oleh peran
Bahrun Naim yang merupakan salah satu tokoh ISIS yang berasal dari Indonesia.
Bahrun Naim diduga sekarang berada di Suriah, walaupun ada pihak yang
menyebutkan bahwa Bahrun Naim saat ini sudah berada di Mindanao Filipina.
Keterlibatakan Bahrun Naim sebagai otak dari
rencana 'konser' akhir tahun di Indonesia tentu bukan asal tuduh. Densus 88
tentu mempunyai peta jaringan, bukti transaksi keuangan, bukti arus
komunikasi, dan tentu saja pengakuan-pengakuan dari terduga teroris yang
tertangkap dan diinterogasi, walaupun nilai dari pengakuan biasanya hanya
akan jadi petunjuk, bukan sebagai kebenaran.
Motivasi Bahrun Naim untuk melakukan 'konser'
akhir tahun di Indonesia diduga terkait dengan rencana pengembangan ISIS di
Asia Tenggara. Terdesaknya ISIS di Irak dan Suriah membuat ISIS perlu
menyelamatkan diri dengan mencari tempat lain. Diduga tempat yang akan
menjadi basis ISIS setelah pergi dari Irak dan Suriah adalah Afghanistan dan
Asia Tenggara. Bahrun Naim tentu mempunyai harapan besar terhadap keberadaan
ISIS di Asia Tenggara.
Keinginan eksistensi Bahrun Naim sebagai tokoh
ISIS yang berasal dari Indonesia untuk menjadi pemimpin ISIS di Asia Tenggara
tidak bias diabaikan. Salah satu cara Bahrun Naim untuk membuktikan
eksistensinya adalah dengan mengadakan 'konser' akhir tahun di Indonesia. Hal
ini sejalan dengan perintah dari pemimpim ISIS di Suriah kepada para
simpatisannya untuk mengadakan aksi di wilayahnya masing-masing.
Pencegahan
Densus 88 yang melakukan penangkapan terduga
teroris di berbagai kota adalah langkah pencegahan yang berhasil dilakukan
dan patut mendapat apresiasi. Keberhasilan Densus 88 ini secara signifikan
akan melemahkan rencana 'konser' akhir tahun yang akan dilakukan oleh
kelompok teroris jaringan Bahrun Naim. Namun tetap perlu diwaspadai masih ada
kelompok-kelompok lainnya yang belum terdeteksi dan ditangani oleh Densus 88.
Masyarakat dapat berperan aktif mencegah aksi
terorisme terutama aksi terror 'konser' akhir tahun dengan mengamati
lingkungannya masing-masing, Dari berbagai penangkapan yang dilakukan
terlihat bahwa orang-orang yang ditangkap melakukan kontrak rumah atau sewa
kamar sebagai tempat transit. Masyarakat terutama yang mempunyai usaha
mengontrakkan rumah atau menyewakan kamar perlu waspada jika ada orang-orang
yang akan kontrak/sewa dalam jangka waktu pendek.
Tidak ada salahnya masyarakat cerewet terhadap
orang-orang yang tidak dikenal, tanyakan alamat asalnya, pekerjaan, dan
alasan kontrak/sewa rumah. Jika orang tersebut mempunyai tujuan negatif tentu
tidak suka dan akan menghindar jika 'diinterogasi'. Koordinasi dengan aparat
setempat perlu dilakukan jika ada orang tidak dikenal datang di suatu lingkungan.
Perayaan Natal diduga merupakan salah satu
momen yang menjadi incaran kelompok teroris. Gereja adalah salah satu sasaran
teror, hal ini terbukti dari aksi teror di Medan dan Samarinda yang menyerang
gereja. Warga gereja tentu memahami siapa saja masyarakat yang biasa datang
ke gereja tersebut, jika ada orang yang tidak dikenal tidak perlu ragu
meminta bantuan aparat keamanan yang bertugas untuk melakukan tindakan
pencegahan. Aparat keamanan perlu menggandeng elemen masyarakat untuk
mencegah peristiwa bom malam natal tahun 2000 terulang. Semakin banyak elemen
masyarakat yang bersatu untuk mencegah aksi teror maka semakin ragu pelaku
teror akan melakukan aksinya.
Polisi merupakan salah satu sasaran utama dari
kelompok teroris jaringan Bahrun Naim, hal ini terbukti dari aksi-aksi teror
serangan kepada Polisi di Thamrin Jakarta, Tangerang dan Surakarta. Perlu
waspada terhadap pancingan untuk berkumpul di suatu tempat yang akan menjadi
killing zone aksi bom bunuh diri. Kesiapsiagaan dan kewaspadaan Polri dan
aparat lainnya diperlukan untuk mencegah dan melawan terorisme.
Ancaman terorisme terutama aksi 'konser' akhir
tahun bukan sekedar dongeng. Bukti-bukti sudah diperoleh. Masyarakat harus
waspada, Polri dan aparat keamanan lain tidak bisa mencegah tanpa
keterlibatan masyarakat. Terorisme harus dilawan secara serius, dan tidak
perlu menunggu ada korban selanjutnya untuk tidak mengatakan bahwa terorisme
adalah pengalihan isu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar