Siapa
Pembela Alquran
Komaruddin Hidayat ; Guru
Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
|
KORAN SINDO, 16 Desember
2016
SIAPA pun orangnya kalau hak milik yang
sangat dicintai dan dihargainya dihina pasti akan tersinggung. Misalnya ada
orang menghina famili, suku, agama atau kitab suci yang dimuliakannya, pasti
dia akan tersinggung dan marah.
Hanya cara dan ekspresi kemarahannya
berbeda-beda. Ada yang sangat emosional, ada yang sedang-sedang saja, atau
mungkin malah ada yang balik menasihatinya dengan cerdas dan lemah lembut.
Bagi mereka yang biasa membaca karya tulis
orientalis, sangat banyak dijumpai tulisan mereka yang mencerca, memfitnah
serta merendahkan Nabi Muhammad SAW dan Alquran. Untung saja buku-buku itu
tidak diakses dan dibaca oleh kebanyakan umat Islam sehingga tidak memancing
kemarahan.
Di antara buku-buku itu terkesan ingin
merendahkan citra Nabi Muhammad dengan
menyajikan cerita-cerita palsu yang dikemas secara rasional untuk meyakinkan
pembaca. Jika mereka berhasil merendahkan Nabi Muhammad, implikasi lanjutan
yang dikehendaki adalah untuk merendahkan dan tidak memercayai warisannya,
terutama Alquran.
Jadi, kalau sosok pembawanya berhasil
didegradasi, maka konsekuensinya Alquran yang disampaikan kehilangan
kesahihannya. Menurun wibawanya.
Namun, uniknya, yang membela dan mengkritik
balik karya orientalis yang menyudutkan Islam itu sebagian adalah juga
orientalis Barat yang karena integritas keilmuannya mengoreksi kesalahan
mereka. Dengan demikian, secara ilmiah historis yang ikut membela kerasulan
Muhammad dan Alquran tidak dimonopoli oleh umat islam saja.
Di dalam Alquran Surat Al-Hijr (15: 9)
dinyatakan, “Sungguh Kami telah
menurunkan Alquran, dan Kami pasti akan menjaganya.” Dalam ilmu tafsir, jika
digunakan kata "Kami", berarti Allah melibatkan aktor lain. Mungkin
sekali yang dimaksud adalah Rasulullah Muhammad dan orang-orang yang
mengimani dan mencintai Alquran yang senantiasa menjaga kesucian dan
kemuliaan Alquran.
Bagi orang-orang nonmuslim, kekaguman
kepada Alquran adalah jika melihat orang-orang muslim berhasil membangun
akhlak mulia dan peradaban luhur berkat pengamalannya terhadap isi Alquran.
Makanya ketika Aisyah, isteri Nabi, ditanya, bisakah secara singkat
digambarkan bagaimana akhlak
Rasulullah itu? Akhlaquhul quran.
Alquran itulah akhlak Nabi.
Sosok pemimpin yang berhasil mengubah watak
Umar bin Khattab yang semula beringas, penyembah berhala, dan tega mengubur
hidup-hidup anak perempuannya berubah total menjadi pribadi yang amat
sederhana, rendah hati, adil, tegas dan berwibawa. Yang mudah menangis
melihat penderitaan orang lain dan ketika bersujud.
Dalam episode sejarah Islam, yang paling
menonjol membela proses pewahyuan dan kompilasi Alquran adalah para sahabat
Nabi. Tapi setelah Alquran utuh dan diabadikan dalam wujud mushaf/buku atau
sekarang dengan teknologi digital, Alquran hadir menemui para penantang dan
pembacanya tanpa ada pembelanya.
Sebagai mukjizat ilahi, Alquran sanggup
membela dirinya sendiri, bahkan menaklukkan
lawan-lawannya sebagaimana Umar bin Khattab tergetar hatinya
mendengarkan sentuhan Alquran lalu menyatakan memeluk Islam.
Bagi sebagian orang, justru Alquran yang
menjadi penunjuk jalan dan pembela umat Islam agar menang menghadapi berbagai
jebakan thaghut dan setan. Tapi, sekali lagi, jika ada orang yang menodai
Alquran memang mesti diingatkan dengan cara yang simpatik, siapa tahu dengan
begitu nantinya akan jatuh cinta dan mengimani Alquran.
Untuk memuliakan Alquran, cara terbaik
adalah mengimani dan mengamalkannya agar menjadi manusia teladan (uswah hasanah) dan pembawa rahmat bagi
lingkungannya. Menurut para pakar, generasi awal Islam maju dan disegani
dunia karena mengamalkan Alquran yang membuahkan peradaban unggul pencerah
zaman.
Tapi sekarang sebagian orang memilih-milih
surat dan ayat sebagai legitimasi untuk membunuh orang sehingga muncul
sinisme dan salah paham bahwa Alquran dianggapnya sebagai kitab penyebar
kebencian, bukannya rahmat dan kasih sayang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar