Kemelut
Industri Gula
JA Noertjahyo ; Wartawan Senior; Pengamat Industri Gula
|
KOMPAS, 31 Mei 2017
Dua laporan tentang industri gula di Kompas, Senin (15/5),
menyiratkan sengkarut industri gula yang semakin ruwet dan parah. Nasib
petani tebu rupanya tidak pernah beranjak dari keterpurukannya.
Tahun 1983 Kompas memuat serial tulisan "Kemelut
Industri Gula". Pada bagian pertama, tulisan berjudul "Ada Tangis
di Balik Gemerlapnya PG" (Kompas, 7 November 1983). Kini, setelah hampir
34 tahun tulisan itu dimuat, ternyata "Derita Petani Tebu Kian
Parah".
Penutup tulisan
tahun 1983 itu berbunyi: "Kemelut industri gula sudah cukup runyam dan
lama berjalan. Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, impor gula bisa
membengkak dan rencana berswasembada akan tetap impian kosong".
Puluhan tahun
Tahun 1987, Kompas menurunkan lagi serial "Simfoni
Industri Gula" dengan tiga tulisan berjudul "Terjebak di Tanahnya
Sendiri", "Keberhasilan Itu Meminta Korban", dan
"Pergunjingan Terus Berlangsung".
Selanjutnya ada tulisan
"Industri Gula Nasional: Dibiarkan Mati ataukah
Dipertahankan" (Wayan R Susila, 10 November 2001), dan "Nyawa
Pabrik Gula Digantungkan di Tangan Petani" (Andreas Maryoto, Kompas, 29
Mei 2002). Dalam buku Dari Ladang sampai Kabinet, Menggugat Nasib Petani (JA
Noertjahyo, Penerbit Buku Kompas, 2005) pun dimuat sebuah bab berjudul
"Manisnya Gula, Pahitnya Petani".
Selain memaparkan kondisi pergulaan kita, hampir semua
tulisan itu juga memberikan masukan tentang cara-cara yang bisa ditempuh
untuk memperbaiki industri gula.
Pemerintah melalui Departemen Pertanian memang sudah
berbuat banyak untuk membenahi industri
gula. Namun, dengan memperhatikan kenyataan yang ada pada saat
ini, berbagai pertanyaan muncul.
Laporan wartawan
Kompas, 15 Mei, di antaranya berbunyi: "Saat ini, petani yang memanen
lebih awal, seperti di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, hanya mendapat 500-600
kuintal per hektar dari biasanya 700 kuintal per hektar. Rendemen hanya 5,5
persen, jauh dari kondisi ideal di atas 7,5 persen." Hablur gulanya pun
hanya sekitar 33 kilogram/hektar. Sungguh memprihatinkan.
Dibandingkan data-data beberapa dekade perjalanan industri
gula, kenyataan itu memang memilukan. Seperti
produksi tebu/ rendemen 1930 (130,6/14,76), 1940 (137,8/12,79, 1950
(88,3/ 10,59), 1960 (82,3/10,89), 1970 (96,4/9,06), 1980 (72,8/9,00), dan
1990 (76,9/7,55). Praktis produktivitas lahan dan tingkat rendemen rata-rata
kurang dari separuh dengan kecenderungan terus merosot.
Dari ladang
Produktivitas lahan dan tingkat rendemen ditentukan mulai
dari ladang. Waktu dan cara menggarap lahan harus benar dan tepat. Demikian
juga waktu tanam, memupuk, mengairi, klenthek, sampai saat tebang pada
kematangan puncak. Kualitas bibit dan kesuburan lahan juga sangat menentukan.
Menurut John Vermeer, dulu Kepala Bagian Tanaman PNP
XX/Gula, menanam tebu perlu disiplin ketat pada semua tahapan. Ini dia
buktikan saat meningkatkan produktivitas pabrik gula (PG) di Madiun dan
sekitarnya pada 1975. Dokumen perusahaan menyebutkan, produksi hablur per
hektarnya, PG Kanigoro 151,9 kuintal, PG Sudhono 150,8 kuintal, PG Pagottan
150,3 kuintal, dan PG Purwodadi 135,6 kuintal. Karena itu, empat PG di Madiun
dan sekitarnya yang bernaung di bawah PNP XX berturut-turut menduduki tempat
teratas dalam keunggulan produksi di antara PG-PG seluruh Indonesia (Kompas,
26 Juni 1983).
Atas prestasinya yang gemilang, John Vermeer menerima
penghargaan dari Menteri Pertanian Prof H Thoyib Hadiwidjaja.
John Vermeer juga mengingatkan, cara menebang tebu
pangkalnya harus mbuntut tikus dan
kotorannya (pelepah daun, tanah, dan lain lain) harus dibersihkan.
Tebu harus segera diangkut dan dalam waktu 24 jam tebu sudah masuk
penggilingan. Jika lebih dari 24 jam, kandungan gula tebu mulai berfermentasi
dan menurunkan tingkat rendemen.
Tanaman tebu sebaiknya hanya dikepras maksimal dua kali.
Lebih dari dua kali kandungan gulanya sudah jauh merosot. Jika kita
perhatikan, saat ini banyak petani yang mengepras sampai empat kali atau
lebih.
Perlakuan saat tanam sampai tebang juga asal-asalan,
bahkan banyak yang baru masuk penggilingan setelah tiga hari (atau lebih)
dari saat tebang. Di beberapa PG terlihat antrean truk pemuat tebu
berderet-deret, ada yang harus menginap lebih dari semalam untuk masuk ke
mesin penggilingan. Akibatnya, rendemen turun. Semakin lama antre semakin
besar rendemen turun.
Bibit dan pupuk
Sudah puluhan tahun petani kesulitan mendapatkan bibit
varietas tebu unggul. Akibatnya, banyak petani yang menanam bibit seadanya
dengan panenan yang kurang baik. Karena itu, salah satu rekomendasi Rakernas
APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) di P3GI Pasuruan 12-13 Mei
2017, adalah terpenuhinya bibit tebu varietas unggul yang selama ini tidak
mudah didapat (Kompas, 16 Mei 2017).
Rekomendasi lain tentang perbaikan permodalan, infrastruktur
pengairan, kuota impor, serta revitalisasi pabrik gula, dan tanaman tebu.
"Itu tanggung jawab negara," ujar HM Arum Sabil, Ketua Umum Dewan
Pembina Pengurus Pusat APTRI.
Jika disimak, semua rekomendasi merupakan persoalan lama
yang dihadapi dan belum pernah ada penyelesaian yang tepat.
Kondisi yang berlarut ini, secara implisit tersirat dalam
judul berita Kompas, 17 Mei 2017, halaman 22: "Revitalisasi Industri
Pabrik Gula Mendesak", dengan intro: "Tidak ada jalan lain
mengembalikan kejayaan petani tebu dan industri gula nasional selain
merealisasikan program revitalisasi yang sudah digagas lebih dari 40 tahun.
Diperlukan sinergi yang kuat dari semua pihak yang terlibat dalam industri
pergulaan nasional dan mengesampingkan ego sektoral."
Selama itu, apa yang kita lakukan? Semoga kita-terutama
mereka yang terlibat dalam industri gula-mencapai kesadaran penuh dan bangkit
untuk berbuat secara tepat. Biarlah gula terasa manis untuk semua pihak. ●
|
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium