Jokowi, Rusia dan
Ukraina: Siapa Lawan siapa? Nasir
Djamil
: Anggota Komisi Hukum
DPR RI |
REPUBLIKA, 12 Juli 2022
Perang antara Rusia dan Ukraina telah
mengguncang politik global dan pasar internasional sehingga krisis global ini
membawa tantangan baru ke dalam hubungan internasional. Hal ini tentu akan
menghasilkan dampak jangka panjang pada ekonomi di seluruh dunia. Invasi yang
dilakukan oleh Rusia ke Ukraina menjadi peristiwa global yang memiliki
implikasi besar terhadap seluruh Negara Invasi Ukraina oleh Rusia pada 24
Februari 2022 menandai kembalinya perang antar negara yang menjadi sesuatu
yang belum pernah dialami Eropa sejak tahun 1945 sehingga perang antara Rusia
dan Ukraina memiliki implikasi yang sangat serius bagi pasar global yang
berpotensi menghasilkan dampak yang berjenjang pada ekonomi di seluruh dunia. Rusia dan Ukraina merupakan aktor penting
pada pasar minyak, gas, gandum, energi, makanan, dan pupuk global. Rusia adalah
produsen dan pengekspor minyak terbesar ketiga di dunia, pengekspor gas bumi
terbesar kedua, dan pengekspor batubara terbesar ketiga. Rusia juga merupakan
pengekspor gandum terbesar di dunia dan pengekspor minyak bunga matahari
terbesar kedua. Selain itu, Rusia juga mendominasi perdagangan pupuk global
dan menjadi pengekspor pupuk terbesar. Ukraina sama pentingnya dalam memenuhi
pasar global seperti pengekspor minyak bunga matahari terbesar, pengekspor
jagung terbesar keempat dan pengekspor gandum terbesar kelima. Sebagai
pemasok utama logam dan mineral tentu dengan adanya perang Rusia dan Ukraina
akan mengganggu pasokan mineral dan logam yang pasti akan mempengaruhi
produksi di sejumlah sektor industri. Hal ini menyebabkan terdapat perubahan
dalam harga atau ketersediaan makanan dan energi yang akan berdampak langsung
pada masyarakat dan negara di seluruh dunia. Rusia dan Ukraina memiliki
peranan yang penting bagi pasar energi, makanan, dan pupuk global sehingga
sangat penting untuk mengantisipasi konflik yang muncul. Berdasarkan
Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada awal 2022,
Rusia dan Ukraina secara kolektif menyumbang lebih dari setengah perdagangan
global minyak dan biji-bijian, sekitar seperempat dari semua yang diperdagangkan
gandum dan barley, dan sekitar seperenam dari jagung yang diperdagangkan. Invasi Rusia ke Ukraina tentu mengganggu
ekonomi global yang berkepanjangan ditambah akibat dari pandemi COVID-19.
Meskipun beberapa ekonomi negara telah bangkit kembali dengan cepat setelah
COVID-19. Tetapi dalam perang Rusia dan Ukraina menyebabkan tekanan inflasi
dan gangguan rantai pasokan yang besar salah satunya Indonesia. Dampak
langsung dari perang seperti gangguan rantai pasokan global dan kenaikan
harga energi dan pangan. Selain itu, harga bahan bakar telah meningkat di
beberapa negara. Hal ini menjadikan dampak dari perang Rusia dan Ukraina
memiliki pengaruh yang besar dari berbagai sektor sehingga menimbulkan
restrukturisasi perekonomian global. Diketahui bahwa harga BBM nonsubsidi di
beberapa negara Asia Tenggara telah meningkat seperti di Singapura telah
meningkat sebesar Rp28.500/liter, Thailand Rp19.300/ liter, Indonesia
Rp12.750/ liter, Laos Rp19.200/liter, Filipina Rp18.500/liter, Vietnam
Rp16.800/ liter, Kamboja Rp16.500/liter, dan Myanmar Rp15.300/liter. Dampak
dari perang Rusia dan Ukraina memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan
harga komoditas. Beberapa waktu lalu Presiden Jokowi menemui
Presiden Rusia Putin dan Presiden Ukrania Zelenskyy, info tersebut telah
beredar di media sosial, baik cetak
maupun konvensional dalam negeri. Mantan Walikota Solo itu bersama sang “first lady-nya” awalnya
terbang ke Jerman untuk menghadiri acara KTT G7 yang mana kita di sini adalah
sebagai partner country dari G7 tersebut, dan juga diundang untuk menghadiri
KTT G7 ini sebagai ketua/presidensi G20. Setelah berkunjung ke German, misi
Presiden Jokowi selanjutnya ialah mengajak Presiden Ukraina, Presiden
Zelenskyy untuk membuka ruang dialog dalam rangka perdamaian, untuk membangun
perdamaian, karena perang memang harus segera diakhiri, dan juga yang
berkaitan dengan rantai pangan harus di pulihkan kembali. Dengan misi yang
sama Presiden Jokowi mengajak Presiden Putin untuk membuka ruang dialog dan
sesegera mungkin untuk melakukan penghentian gencatan senjata dan mengakhiri
perang. Kunjungan yang dilakukan oleh Presiden
Jokowi terhadap kedua negara ini merupakan kunjungan yang dilakukan dalam
situasi yang tidak normal. Tetapi, sebagai Presiden G20, Presiden Jokowi
memilih untuk mencoba berkontribusi, meleburkan kedua negara yang sedang
berseteru. Kunjungan yg dilakukan oleh Presiden Jokowi tersebut sebagai
bentuk kemanusiaan yang berkontribusi untuk menangani krisis pangan yang
diakibatkan oleh perang dua Negara tersebut. Dampak perang itu dirasakan oleh
semua negara terutama negara berkembang dan berpendapatan rendah, sehingga
Presiden Jokowi pun berupaya menjembatani spirit perdamaian antar dua Negara
yang bersiteru. Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina turut mempengaruhi
Indonesia dari sisi neraca perdagangan. Akibat konflik tersebut, neraca
perdagangan Indonesia mengalami defisit. Walau di tengah menurunnya surplus
indonesia karena ukraina dan rusia, ketika melakukan kunjungan beberapa hari
yang lalu ke rusia. Presiden Jokowi juga membahas isue pangan seusai bertemu
dengan Presiden Putin. Dampak perang tersebut dirasakan oleh semua
negara terutama negara berkembang dan berpendapatan rendah, sehingga Presiden
Jokowi berupaya menjembatani spirit perdamaian antar dua negara tersebut.
Rusia menyatakan akan bertanggung jawab penuh karena mengganggu ekspor gandum
Ukraina ke Indonesia, serta ke bagian lain dunia. Dan Rusia akan bertanggung
jawab atas krisis pangan yang bisa terjadi kecuali pelabuhan Ukraina segera
dibuka. Inilah yang dibahas secara detail oleh Presiden Volodymyr Zelenskyy
dengan Presiden Joko Widodo," Menariknya Presiden Jokowi hadir menemui
kedua Presiden Ukraina dan Rusia untuk menjembatani Komunikasi antar Ukraina
dan Rusia, bahwa Presiden Jokowi mengklaim dirinya sebagai penyambung lidah
Presiden Zelensky untuk menyampaikan Pesan ke Presiden Putin. Dalam konfrensi
pers Presiden jokowi menyatakan bahwa kunjungannya bukan Kunjungan yang hanya
penting bagi Indonesia tetapi juga penting bagi negara-negara berkembang
untuk mencegah rakyat serta negara-negara berkembang yang berpenghasilan
rendah jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem dan kelaparan,” Kunjungan yang
dilakukan oleh Presiden Jokowi terhadap kedua negara ini merupakan kunjungan
yang dilakukan dalam situasi yang tidak normal. Tetapi, sebagai Presiden G20,
Presiden Jokowi memilih untuk mencoba berkontribusi, meleburkan kedua negara
yang sedang berseteru ini. Kunjungan yg dilakukan oleh Presiden Jokowi
tersebut sebagai bentuk kemanusiaan yang berupaya berkontribusi untuk
menangani krisis pangan yang diakibatkan oleh perang 2 negara ini. Namun, untuk menjadi pihak yang
menjembatani komunikasi antara pihak-pihak yang bersiteru, tentu memiliki
tantangan besar. Indonesia harus memahami karakter Presiden Rusia Vladimir
Putin, kemudian perlu pula mengidentifikasi siapa tokoh Rusia yang
berpengaruh untuk bisa meluluhkan presiden putin. Jikalau berhasil Jokowi pun
akan jadi pemimpin Asia pertama yang akan melakukan kunjungan terhadap kedua
negara tersebut. Di balik sosok Jokowi yang lagi hangat akan
mendamaikan dua Negara yang sedang berseteru itu, tuaian kritikan pun
terlontar dari pakar politik Indonesia yaitu Roky Gerung, ia menilai
kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia untuk membawa misi perdamaian,
tidak akan dianggap oleh dunia Internasional. Ia juga menilai bahwa Jokowi
tidak memiliki kemampuan diplomatik yang mumpuni. "Bagi publik
internasional kemampuan diplomasi (Jokowi) rendah sekali," ujar Rocky
Gerung dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official. Rocky juga menyarankan
Sebaiknya, Pak Jokowi cukup mengutus tokoh Indonesia yang mempunyai kemampuan
diplomasi dan sudah dikenal oleh dunia internasional. "Kirim aja
beberapa orang yang ketokohannya udah dikenal, Pak JK misalnya, atau Pak SBY
yang punya pengalaman diplomatik,". Kemudian, Rocky membeberkan bahwa
kehadiran Jokowi di Ukraina dan Rusia atas inisiatifnya sendiri untuk mencoba
berkomunikasi kepada pimpinan kedua negara tersebut. Juga terlepas dari kritikan Rocky Gerung
bahwa, Presiden Jokowi di anggap mengklaim membawa isu perdamaian antara
Ukraina dan Rusia. Notabenenya Presiden Ukraina tidak ada membahas persoalan
perdamaian atau pun menyampaikan ke Presiden Jokowi sebuah pesan. Hal ini
dibenarkan oleh Juru Bicara Kepresidenan Ukraina Serhii Nikiforov, Serhii
Nikiforov mengatakan jika Zelensky punya pesan untuk Putin, ia akan
menyampaikannya sendiri secara publik, tidak melalui perantara. Nikiforov
mengatakan pertemuan Zelensky dan Jokowi beberapa hari lalu fokus
membicarakan ancaman krisis pasokan pangan global seperti gandum dan pupuk.
Gandum terbesar dari Ukraina, dan blokade pelabuhan Ukraina adalah fokus
utama pembicaraan antara presiden Indonesia dan Ukraina di Kiev,". Tindakan Presiden Jokowi harus kita
apresiasi sebagai tindakan positif, yang mana berupaya untuk menyatukan
Ukraina dan Rusia agar tidak bersiteru kembali. Kritikan pedas yang
dilontarkan Rocky Gerung tersebut ibarat bentuk keputus-asaan tanpa tindakan.
Sedangkan Presiden Jokowi membuat upaya agar pertikaian kedua Negara tersebut
terhentikan, tentu tidak hanya sebatas komunikasi dan narasi yang dibangun
oleh Presiden Jokowi, karena diharapkan upaya berkelanjutan dalam menengahi
situasi sulit ini. Tentu Presiden Jokowi akan memanfaatkan posisi hubungan
bilateral antar kedua Negara tersebut melalui amanat UUD NRI 1945 alinea ke I
dan ke IV sebagai landasan yuridis. Melihat kritikan Rocky Gerung dan juga
klaim Jokowi sebagai jembatan Membangun perdamaian antara Rusia dan Ukraina
menuai pro kontra di Negara sendiri, sehingga menimbulkan kebingungan
terhadap masyarakat siapa sebenarnya yang tengah berperang? Ukraina dan Rusia
atau Jokowi dan Rocky Gerung? Atau kemungkinan sebaliknya. Siapa yang lawan
siapa?. Karena proses mendamaikan peperangan memerlukan jalan yang panjang tidak
serta merta upaya yang dilakukan berhasil. Kalau hanya sebuah komunikasi
membuahkan hasil, tentu sudah dilakukan PBB sejak February lalu tanpa harus
melibatkan pemimpin Negara lain, turun tangan Presiden Jokowi sebagai
penengah merupakan tahap awal yang tengah di ikhtiarkan. Kehadiran Jokowi pun tidak
seperti kunjungan para kepala negara lain yang hadir untuk menegaskan
dukungan atau bantuan logistik dan senjata agar Ukraina bisa bertahan
menghadapi gempuran Rusia, Jokowi datang untuk mengakhiri perang. Kekuatan
lain Jokowi adalah representasinya atas negara yang netral dalam konflik ini.
Pernyataan Jokowi pun ketika menemui kedua Presiden tersebut berbeda dengan
pemimpin Negara lainnya yang menawarkan bantuan dan dukungan berupa senjata
untuk peperangan tetap dilanjutkan, sedangkan Presiden Jokowi menyampaikan
perdamaian bagi kedua Negara tersebut. ● Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/rev008318/jokowi-rusia-dan-ukraina-siapa-lawan-siapa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar