Sekolah
Legislatif
Ahmad Baedowi ; Direktur Pendidikan
Yayasan Sukma, Jakarta
|
MEDIA
INDONESIA, 25 Agustus 2014
DRAMA pemilihan presiden
berakhir manis bagi pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), ketika
Mahkamah Konstitusi (MK) menolak semua gugatan pasangan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa. Ini berarti secara sah dan meyakinkan, Jokowi akan
menjadi Presiden ke-7 RI. Muasal kemenangan Jokowi ialah bergabungnya Partai
NasDem besutan Surya Paloh sebagai partai pertama yang menyatakan dukungan
terhadap PDIP yang menetapkan Jokowi sebagai calon presiden.
Inisiatif kedua NasDem
ialah menggagas workshop para anggota legislatif terpilih dengan balutan
`sekolah legislatif '. Kata sekolah menyiratkan adanya kebutuhan jangka
pendek, menengah, dan panjang terhadap para legislator asal NasDem untuk
terus belajar terhadap bukan hanya hal-hal baru, tetapi juga melakukan
simulasi terhadap proses-proses yang akan berlangsung di gedung DPR selama
mereka bertugas sebagai wakil rakyat.
Yang menarik dari sekolah
legislatif NasDem ialah keragaman materi, mulai dari gaya komunikasi efektif
para legislator ketika nanti akan berhadapan dengan publik dan media hingga
pengenalan materi table manner.Selain itu, peserta sekolah legislatif NasDem
juga diberi pengayaan materi hasil riset beberapa lembaga kredibel dalam
rangka memberikan bahan yang cukup dalam menganalisis situasi yang ada di
tengah-tengah masyarakat. Jelas sekali ide dasar sekolah legislatif adalah
keinginan untuk menjadikan para wakil rakyat asal NasDem memiliki
sensitivitas terhadap seluruh isu yang berkembang di masyarakat.
Mengapa sekolah
legislatif penting? Bagi saya, partai itu harus kurang lebih sama dengan
membangun sebuah sekolah atau lembaga pendidikan. Dalam membuat sekolah, yang
terpenting adalah keyakinan bahwa apa yang kita buat hari ini untuk
kemenangan dan kesuksesan anak-cucu kita ke depan.Alangkah indahnya jika
seluruh partai, tidak terkecuali NasDem, menjadikan partai politik sebagai
lembaga pendidikan yang akan menciptakan generasi penerus yang cerdas dan
beriman serta membanggakan ibu pertiwi.
Tentu kita ingin
restorasi dan gerakan perubahan yang dikumandangkan oleh Surya Paloh dengan
Partai NasDem, melihat persoalan pendidikan ini secara serius dengan membuat
sayap kajian bidang pendidikan yang komprehensif. Ini lantaran jika NasDem
dipilih dan dipercaya rakyat, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama
seperti yang telah dibuat oleh banyak partai politik yang memasukkan dan
memasung isu pendidikan ke dalam ranah politik. Ini artinya jika niat membuat
partai hanya untuk kekuasaan semata, malapetaka akan selalu setia
mendampingi. Menyentuh pendidikan secara asasi hanya bisa dilakukan dengan
keikhlasan. Karena itu, jika NasDem ingin berumur panjang, keikhlasan harus
menjadi bagian dari visi besar membangun masa depan yang lebih baik.
Belum membanggakan
“History
is a race between education and catastrophe,“ kata HG Wells. Jika NasDem
ingin dikenang sepanjang masa, titik pangkal perjuangannya harus dinisbatkan
kepada keyakinan untuk memperbaiki kondisi pendidikan di Tanah Air. Sepanjang
sejarah Indonesia, pendidikan belum pernah menjadi sektor paling membanggakan
bagi bangsa ini. Malah sebaliknya, jika kita becermin dalam-dalam, kita akan
sadar bahwa karut-marut kondisi Indonesia merupakan mata rantai yang tak
putus dari rendahnya kualitas pendidikan anak bangsa.
Selain itu, sekolah
legislatif juga diharapkan dapat menumbuhkan minat para legislator NasDem
untuk terus memiliki semangat untuk belajar, terutama dalam membaca fenomena
sosial yang berlangsung di tengah masyarakat. Fenomena-fenomena sosial yang
terjadi di tengah masyarakat kita saat ini seolah berjalan paralel dengan apa
yang terjadi di dunia pendidikan. Semua rupa perilaku tidak terpuji di bidang
pendidikan pasti akan memiliki pengaruh yang kuat terhadap apa yang terjadi
di masyarakat. Pendidikan, sebagaimana kehidupan, adalah proses tak berujung
yang harus direkayasa secara generik dan bertanggung jawab agar apa yang akan
terjadi di masya rakat bisa dikendalikan dengan baik. Pada sisi ini, aspek
emosional dan sosial proses pembelajaran harus dibentuk melalui sebuah mata
rantai yang kuat antara visi dan misi Partai NasDem yang jelas dan terukur.
Para anggota
legislator wajib menggali dan mengkaji secara serius keterkaitan antara
proses emosional, sosial, dan kognitif masyarakat yang sedang terjadi. Kata
kuncinya terletak pada bagaimana sekolah legislatif memiliki sensitivitas
yang secara kreatif mendorong terciptanya struktur emosi dan prososial yang
tinggi terhadap lingkungan masyarakat.
Sanna Jarvela dalam Social and
Emotional Aspects of Learning (2011) mengurai setidaknya empat hal yang perlu
diperhatikan dalam melihat hubungan antara pendidikan dan perilaku
masyarakat.
Pertama, kajian
tentang aspek motivasi belajar seperti keingintahuan, atribut emosi, motivasi
intrinsik dan ekstrinsik harus terus digali berdasarkan konteks sosial saat
ini. Kedua, memberikan kesempatan kepada para legislator untuk mengenali
aspek emosinya secara cerdas juga penting dilakukan, terutama untuk melihat
hubungan emosi dengan kondisi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ketiga,
kajian terhadap interaksi sosial dengan beragam bentuknya perlu dieksplorasi
melalui serangkaian riset komprehensif. Yang terakhir, keempat, penting untuk
memperkenalkan secara perlahan konsep self-regulation sebagai bagian dari
pembentukan budaya parlementaria yang sehat.
Sekolah legislatif
harus diyakini sebagai salah satu cara partai politik dalam mengurai banyak
sekali problem sosial-budaya hingga ekonomi, politik, dan hukum melalui
refleksi proses belajar yang terus-menerus. Bahkan jika proses pendidikan
dipercaya sebagai cara untuk menyampaikan pesan berharga kepada setiap
manusia, dalam rumusan almarhum Nelson Mandela, seorang wakil rakyat harus
pandai menggunakan bahasa yang digunakan audiensnya. “Jika Anda berbicara dengan bahasa yang dimengerti orang, hal itu
masuk dalam pikirannya. Jika Anda berbicara dalam bahasanya, itu masuk ke
hatinya.“ ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar