Kompetensi
Fauzi Bowo
Bagus
Takwin dan Niniek L Karim ; Pengajar di Fakultas Psikologi UI
Sumber :
KOMPAS, 25 Juni 2012
Dalam derajat tertentu, Fauzi Bowo memiliki
hampir semua kompetensi yang perlu dimiliki gubernur DKI Jakarta. Kompetensi
yang menonjol adalah kemampuan mengenali visi dan mengartikulasikannya,
meskipun secara konkret visi itu belum jadi kenyataan.
Kemampuannya memberi rangsangan intelektual,
kepekaan terhadap global, dan pengambilan risiko juga menjadi kekuatannya yang
menonjol. Ia kurang menonjol dalam kompetensi kerja sama, hubungan
interpersonal, dan komunikasi. Ia juga kurang menggugah secara emosional.
Kepemimpinan Transformasional
Hampir semua aspek dari kelompok kompetensi
kepemimpinan transformasional dimilikinya. Ia merencanakan program yang akan
menyelesaikan masalah Jakarta hingga tahun 2050.
Namun, visinya tentang Jakarta kurang
mendapat publikasi karena ia sendiri jarang menyampaikannya secara jelas kepada
publik. Fauzi juga selalu mencari kesempatan-kesempatan baru bagi Jakarta,
tetapi kurang mampu menginspirasi orang lain untuk berkomitmen dengan rencana
dan mimpi masa depan Jakarta.
Sebagai pemimpin, Fauzi Bowo menyediakan
tingkah laku-model yang memadai, memberi contoh ”melakukan” ketimbang hanya
”mengatakan”. Ia mendorong penerimaan terhadap tujuan kelompok dengan secara
rutin mengunjungi warganya. Kepada bawahannya, ia mempromosikan spirit kerja
sama untuk mencapai tujuan. Ia merangsang dan mendorong bawahannya aktif,
bersemangat, dan berinisiatif.
Dalam rangka mencapai tujuan Jakarta
berdasarkan indikator yang ditentukannya, ia menuntut bawahannya menampilkan
kinerja terbaik. Ekspektasinya tinggi dan menuntut kualitas kinerja yang bagus
meskipun toleransinya terhadap ketidakberhasilan masih tergolong tinggi.
Dalam keseharian tugasnya, Fauzi menyediakan
dukungan terhadap anak buahnya secara individual, hormat, serta peduli terhadap
perasaan dan kebutuhan mereka. Namun di hadapan publik, ia terkesan datar dan
tak hangat sehingga terkesan tak mempertimbangkan perasaan orang lain dan
kurang mementingkan hubungan interpersonal.
Kekuatan Fauzi yang juga menonjol adalah
mampu menggugah dan menantang bawahannya untuk memeriksa kembali asumsi mereka
tentang pekerjaan dan memikirkan bagaimana pekerjaan itu dapat dilakukan. Ia
mengajukan pertanyaan yang membuat bawahannya berpikir untuk melakukan
pekerjaan dengan cara lebih baik.
Kerja Sama dan Komunikasi
Dalam kompetensi kerja sama, Fauzi Bowo
kurang menonjol. Kemampuan untuk mengembangkan kerja sama saat berpartisipasi dalam
kelompok tak begitu terlihat. Ia cenderung enggan menanggapi kritik, keluhan,
ataupun opini yang dianggapnya tak berdasar.
Dia tipe pemikir yang lebih suka bekerja
sendiri dengan kerangka pikirnya. Walau selalu bekerja menuju solusi yang
bermanfaat bagi semua pihak, ia kurang optimal mengumpulkan masukan dari pihak
yang terkena dampak program.
Fauzi lebih percaya kepada ahli daripada
berusaha menemukan area persetujuan untuk membangun konsensus. Ketika bekerja
dengan para pihak yang berkonflik, ia akan menggunakan aturan formal untuk
menyelesaikannya.
Mampu menyimak berbagai sudut pandang dan
selalu menuntut argumentasi logis-komprehensif dari pemberi masukan. Tampaknya,
dia tak tahan mendengar pendapat orang yang menurutnya tak berdasar.
Respons spontannya, bila tak puas dengan
jawaban, bisa membuat orang merasa dikecilkan. Tak jarang ia memberi penilaian
dan kritik spontan terhadap ide orang lain dan tak segan memotong pembicaraan
mitra komunikasinya. Kadang, ia menggunakan kata yang menyinggung pihak-pihak
tertentu.
Fokus kepada Warga
Mengandalkan ilmu pengetahuan, Fauzi Bowo
menunjukkan kepedulian yang tinggi dalam usahanya memenuhi kebutuhan warga. Ia
selalu bertanya dan mendengar. Bahkan melalui bantuan ahli survei, ia berusaha
mengidentifikasi kebutuhan, keinginan, dan harapan warga.
Fauzi menyadari dampak kebijakan, peraturan,
dan tindakan terhadap warga meski itu tidak sering diungkapkan kepada publik.
Ia mencari tahu tren yang ada di masyarakat untuk mengetahui apa yang
diinginkan dan dibutuhkan warga di masa depan yang dekat.
Secara informal, ia melibatkan stakeholder
(pemangku kepentingan) dalam proses pembuatan keputusan atau penyelesaian
masalah melalui kunjungan-kunjungan subuhnya ke wilayah DKI Jakarta.
Kesadarannya akan keterbatasan sumber daya
yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta, mendorongnya untuk mencari pendekatan
kreatif guna menyediakan dan meningkatkan pelayanan. Kepedulian terhadap
pencapaian dan peningkatan hasil serta meningkatkan pelayanan ditampilkannya
melalui beberapa program. Program itu seperti pengobatan gratis untuk warga
miskin, meski prosedurnya masih bertele-tele, anggaran pendidikan 28 persen,
dan transparansi tender proyek Pemprov DKI Jakarta.
Kepekaan Global
Kompetensi yang sangat menonjol pada Fauzi
Bowo adalah kepekaan terhadap global, yaitu kemampuan untuk terus meningkatkan
pengetahuan tentang latar belakang, orientasi, pengalaman, dan budaya negara
lain.
Pengalamannya mengunjungi dan tinggal di
beberapa negara mendukung kompetensi ini sehingga mampu menciptakan atmosfer
yang membuat orang asing merasa diterima dan diundang untuk berpartisipasi.
Terbukti, Ia mampu mendapat dana bantuan dari Belanda untuk riset mengenai land
subsidence dan kenaikan air laut di Jakarta. Menyiapkan program menghadapi
kemungkinan rob tahun 2025. Kepekaan terhadap global ini didukung oleh
kompetensi diversitasnya yang juga cukup menonjol. Ia menampilkan respek
terhadap berbagai perbedaan.
Fauzi Bowo juga menunjukkan kemampuan
menghasilkan ide dan menggunakannya untuk mengembangkan pelayanan yang lebih
baik. Ia merupakan gubernur di Indonesia yang pertama menginstruksikan
penggunaan electronic procurement, yaitu penggunaan internet untuk mempermudah
dan mempercepat transaksi bisnis, dalam proses tender proyek DKI Jakarta.
Menginstruksikan penyediaan banyak ruang
bidding di kantor Pemprov DKI yang dilengkapi komputer dan layar besar. Semua
infrastruktur itu dimaksudkan untuk memonitor sejauh mana proses tender
berlangsung. Hasilnya, dalam setahun pertama dapat dihemat anggaran sebesar 18
persen.
Keputusan berisiko dibuat oleh Fauzi Bowo
sebagai gubernur, yakni membuat pabrik air minum sendiri, membuat pelabuhan
sendiri, tanggul raksasa di Teluk Jakarta, mengambil tanggung jawab pembiayaan
pembangunan MRT sebesar 58 persen hingga menerbitkan dan menjual obligasi
daerah.
Semua itu menunjukkan adanya kompetensi
pengambilan risiko. Fauzi juga berkehendak membuat rekomendasi radikal dan
mendukung penerapannya. Ia siap menghadapi beban finansial dan protes keras
dari sejumlah pihak.
Fauzi Bowo yang sering dinilai kurang tegas
dan terlalu banyak pertimbangan ternyata telah membuat keputusan yang berani.
Gaya dan strategi komunikasi yang digunakannya mengaburkan semua yang sudah
dilakukannya selama ini. Kelemahan itu perlu dibenahi jika Fauzi terpilih lagi
menjadi gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar