Wawancara Menteri
Kesehatan Thailand soal Manfaat Ganja Budiarti Utami Putri : Jurnalis Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 16
Juli
2022
TIGA tahun menjabat
Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul menepati janji
kampanye menjalankan program legalisasi ganja. Kebijakan yang berlaku mulai 9
Juni lalu ini menjadikan Thailand negara Asia pertama yang menggunakan
pendekatan paling liberal terhadap mariyuana. Simak wawancara Menteri
Kesehatan Thailand soal manfaat ganja: Bagaimana
Anda menyiapkan kebijakan legalisasi ganja? Kami percaya tanaman ganja
sejak zaman kuno sudah digunakan untuk pengobatan di negara ini. Dalam 50
tahun terakhir kami harus mengikuti kesepakatan internasional
mengkategorikannya sebagai narkotik. Partai saya lalu mengkampanyekan
legalisasi ganja dalam Pemilihan Umum 2019. Kami bilang Thailand akan terbuka
dengan opsi kebijakan ini. Sebab, berdasarkan studi, ganja akan bermanfaat
untuk negara dan masyarakat jika kita bisa menggunakannya dengan benar. Kami
percaya ganja bisa dipakai untuk pasien dengan berbagai penyakit. Kebijakan
itu didorong petani ganja, praktisi kesehatan tradisional, atau pebisnis? Partai kami punya tim
strategis. Setiap kali memasuki pemilu, setiap partai politik akan
mengeksplorasi kebijakan apa yang bisa ditawarkan kepada masyarakat.
Kebijakan ganja ini menyentuh hati banyak orang sehingga kami mendapat jutaan
suara dari sana. Kami
mendengar Anda dibantu pebisnis dan pakar pengobatan tradisional menggodok
kebijakan legalisasi ganja. Siapa saja mereka? Saya tidak yakin mereka
mengizinkan kalau saya ungkap namanya. Namun tentu kami tidak bergantung pada
rekomendasi satu penasihat saja. Kami mengumpulkan banyak orang yang
berpandangan sejalan dan bekerja sama mengeksplorasi kesempatan-kesempatan
yang ada. Kami mempelajari kajian penggunaan ganja untuk pengobatan dari
institusi-institusi ternama. Jadi kebijakan ini tidak ujug-ujug. Bagaimana
tarik-menarik Rancangan Undang-Undang Ganja dan Tanaman Rami—yang partai Anda
janjikan—di parlemen saat ini? Komisi legislasi sedang
memfinalkan substansi aturan itu. Mereka bilang akan selesai bulan Agustus
atau September. Jadi, terus terang, prosesnya bukan lagi di tangan saya.
Kementerian Kesehatan hanya bisa memberikan informasi, fakta, dan data
berdasarkan permintaan komisi legislasi. Kami harus menunggu. Apa
yang akan diatur dalam undang-undang itu? Pengaturan dasar saja,
yaitu hanya orang-orang berusia 20 tahun ke atas yang bisa mengakses ganja.
Kami juga tidak akan mengizinkan pemakaian ganja rekreasi di area publik.
Semua produk yang mengandung ganja harus terdaftar dan bersertifikat. Ekstrak
ganja dengan kadar THC lebih dari 0,2 persen masih tergolong narkotik dan
ganja tak boleh digunakan di sekolah dan tempat publik. Aturan yang sudah
kami jalankan mencakup semua kekhawatiran bahwa orang akan memakai ganja
untuk kegiatan yang tidak produktif dan di luar maksud Kementerian Kesehatan. Anda
terbuka jika negara-negara di Asia Tenggara ingin belajar kepada Thailand? Tentu saja. Saya sempat
mengikuti rapat bilateral dengan Menteri Kesehatan Malaysia saat pertemuan
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dua bulan lalu. Dia cukup tertarik pada kebijakan
Thailand soal legalisasi ganja medis. Jika ada kesempatan, dia ingin datang
ke Thailand dan melihat langsung. Saya bertanya tentang
hukum di sana yang sangat melarang narkotik. Itu sebabnya dia ingin
berdiskusi dengan saya soal legalisasi ganja. Sepertinya kami punya pemikiran
yang sama. Kita meninggalkan hal-hal yang baik dari ganja karena selama ini
diajari bahwa ganja itu narkotik dan berbahaya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar