Literasi
Digital di Era Revolusi 4.0 Dilla: Guru di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi |
KOMPAS, 12 Juli 2022
Revolusi
industri adalah perubahan secara cepat atas perkembangan manusia dalam
membuat peralatan kerja. Revolusi yang pertama (1.0) yaitu terjadinya
perubahan besar-besaran dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang.
Ditandai dengan ditemukannya mesin bertenaga uap. Revolusi
pertama ini terjadi pada tahun 1750-1850 (akhir abad ke-18). Revolusi
industri ini menjadi tanda terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia,
yang memengaruhi hampir semua aspek kehidupan sehari-hari. Revolusi
kedua (2.0) mulai dari tahun 1913 (abad ke-20), ditandai dengan ditemukannya
listrik dan adanya produksi mobil secara masal. Revolusi ini menggantikan mesin
uap, karena telah ditemukannya, listrik, dan lampu. Jadi, cara memproduksi
barang digantikan melalui pemakaian mesin dengan listrik. Revolusi
industri ketiga (3.0) dimulai pada awal tahun 1970-an. Penemuan ini ditandai
dengan munculnya komputer dan robot yang bisa bergerak secera otomatis.
Banyak pekerjaan manusia yang sudah dibantu dengan komputer dan robot
sehingga semakin mempermudah pekerjaan dan bisa menghasilkan barang yang
banyak. Sekarang
ini di abad ke-21, eranya revolusi 4.0 yang berpotensi pada meningkatnya
kualitas kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Teknologi canggih sudah
sangat akrab dengan kita sejak diumumkannya masa revolusi 4.0 ini oleh Jerman
pada tahun 2010-an. Internet
bukanlah barang baru lagi, semua kehidupan manusia dipengaruhi oleh adanya
internet. Hampir semua kegiatan manusia sekarang ini memenggunakan situs
digital. Dari yang kecil sampai yang tua sudah tahu dengan yang namanya
internet. Dengan kemajuan teknologi internet atau cyber ini, banyak
menimbulkan dampak bagi gaya hidup masyarakatnya. Tidak
terkecuali perubahan gaya hidup generasi yang ada di zaman ini. Mereka adalah
generasi milenial yang sudah jarang membaca buku karena hanya berfokus kepada
gawai saja. Mereka lebih senang berkutat dengan gawainya daripada membaca
buku. Mereka
disebut juga dengan generasi langgas (bebas). Bebas mencari dan mendapatkan
informasi dari mana saja. Untuk bisa membawa mereka menjadi generasi yang
aktif dan kreatif, kita harus bisa memanfaatkan kegemaran mereka tersebut
melalui gerakan literasi digital. Bagi milenial yang hidupnya selalu ditemani
oleh teknologi ini, kita asah mereka untuk bisa mencari semua informasi yang
bisa membawa perubahan positif bagi perkembangan individu mereka. Peran
guru Bagaimana
cara membawa perubahan yang positif tersebut? Sebagai guru, yang jelas
gerakan literasi digital juga harus dipadupadankan dengan literasi baca tulis
di buku. Biarlah mereka mencari informasi dengan teknologi digitalnya, tetapi
tetap pandu mereka untuk bisa berkolaborasi dan mengomunikasikan apa yang
mereka dapat di depan forum-forum diskusi di depan kelas. Itulah
peran kita sebagai guru untuk bisa menjadikan kaum milenial sekarang menjadi
sumber daya manusia yang aktif, kreatif, berpikiran kritis, dan bisa
berkomunikasi dan berkolaborasi dalam kehiduan nyata mereka. Jangan biarkan
mereka berselancar di dunia maya tanpa menyadari bahwa mereka sesungguhnya
hidup di dunia nyata. Atas
dasar itu, gerakan literasi digital mulai diperkenalkan saat ini. Kita tidak
akan lepas dengan yang namanya teknologi. Apalagi gawai, sudah semua orang
menggunakan teknologi ini. Kenapa kita tidak bisa memanfaatkannya bagi
kemajuan ilmu generasi milenial kita? Literasi
adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan
keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara menghitung dan
memecahkan masalah. Pada tingkat keahlian tertentu, semua hal yang harus
dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
literasi tidaklah bisa lepas dari kemampuan berbahasa. Teknologi digital
sekarang inilah sebagai pembantu untuk mewujudkan generasi yang melek
literasi. Kita
asuh mereka untuk berselancar mencari informasi yang dibutuhkan, dengan
memberi tahu situs-situs yang bagus untuk mereka. Mengasah mereka dalam
menuliskan semua informasi yang telah mereka dapat di gawainya dan menjadikan
sebuah kumpulan karya berupa buku. Sebagai
generasi milenial yang melek literasi seharusnyalah kita sebagai guru harus
mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam merangkai kata yang bermakna dan
menuliskannya kembali dengan baik. Tulisan merupakan jejak rekam dan bukti
sejarah peradaban manusia yang berupa peristiwa, pengalaman, pengetahuan,
pemikiran, dan ilmu pengetahuan. Tulisan dapat menembus dan menelusuri lorong
ruang dan waktu di masa lampau. Jika
saja di zaman ini tidak ada lagi tulisan atau orang yang menulis, niscaya
kita akan kembali ke zaman pra-sejarah. Faktanya zaman sekarang bisa
dikatakan sebagai peradaban tulisan atau dunia teks. Terbukti banjirnya
informasi yang kita terima setiap hari dari berbagai media cetak dan
elektronik sebagian besar berbentuk teks atau tulisan. Singkat kata, tulisan
telah mengisi seluruh ruang kehidupan manusai modern di era milenial seperti
saat ini. Walau
bagaimanapun dunia berubah, generasi berganti, tidak akan mungkin kita akan
hanya berdiri saja menatap mereka dengan antipati tanpa bisa berbuat untuk
mereka lebih maju lagi. Kitalah gurunya, kitalah manusia pendamping bagi
mereka menuju pintu gerbang kesuksesan mereka di masa depan. Jadilah guru
yang memang melek ilmu karena menjadi guru tidak hanya belajar satu kali,
tetapi belajar berkali-kali kalau kita tidak ingin dikebiri oleh ilmu dan
teknologi.● Sumber :
https://www.kompas.id/baca/opini/2022/07/11/literasi-digital-di-era-revolusi-40 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar