Indonesia Di Ambang
Krisis Beras Yopie Hidayat : Kontributor Tempo |
MAJALAH TEMPO, 4
September 2023
TANDA-TANDA akan datangnya
sebuah krisis kian terlihat di pasar beras dunia. Biang keladinya apa lagi
kalau bukan musim kering ekstrem karena munculnya fenomena El Niño. Ancaman
ini membuat pemerintah India mengambil kebijakan ekstrem pula. Sejak akhir
Juli lalu, India menyetop ekspor beras, kecuali varian basmati yang tergolong
kelas premium, demi memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. India adalah eksportir
beras terbesar di dunia. Terhentinya pasokan beras dari sana tentu berdampak
luas. Di Thailand misalnya, per akhir Agustus lalu, harga beras domestik
sudah melonjak 20 persen, menjadi US$ 597 per ton, hanya dalam tempo dua
minggu. Sejauh ini, pemerintah Thailand belum berencana ikut-ikutan melarang
ekspor beras karena masih punya surplus produksi yang besar. Tak ada masalah
dalam pemenuhan kebutuhan domestik. Bahkan sebetulnya Thailand dapat
memanfaatkan peluang bisnis, mengisi kekosongan pasokan beras India di pasar
global. Namun dampak El Niño tentu
juga menurunkan jumlah produksi beras Thailand sehingga surplusnya berkurang.
Pemerintah Thailand memperkirakan jumlah produksi beras 2023 akan merosot
sekitar 5,6 persen dibanding pada tahun lalu menjadi 32,5 juta ton. Baik
pedagang maupun petani Thailand kini cenderung menimbun beras untuk
mengantisipasi penurunan jumlah produksi dan menunggu kenaikan harga agar
untung lebih besar. Itulah yang membuat harga beras di Thailand bergejolak
karena pasokan beras ke pasar sangat ketat. Seretnya pasokan di pasar
domestik tentu saja berdampak pada pasar ekspor karena Thailand adalah
eksportir beras terbesar kedua di dunia. Asosiasi eksportir beras Thailand
memperkirakan total ekspor mereka tahun ini tak akan bertambah, tetap sekitar
8 juta ton. Thailand tak akan mampu menambal lubang pasokan yang dibuat
India. Konsekuensi berikutnya
mudah ditebak, harga beras di pasar internasional ikut melambung. Saat ini
harganya sudah mencapai rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Sebagai
negara yang masih harus mengimpor beras, Indonesia ikut menanggung beban
kenaikan harga itu. Seperti biasa, kenaikan harga tentu langsung menyetrum ke
konsumen di pasar lokal. Lonjakan harga beras di
pasar domestik yang makin tajam memicu Ikatan Pedagang Pasar Indonesia
(Ikappi) melemparkan sinyal bahaya, melalui pesan yang mereka sebarkan ke
media, Kamis, 31 Agustus lalu. Inti pesannya: situasi Indonesia memang belum
darurat beras, tapi ada potensi ke arah sana. Kenaikan harga beras saat ini
merupakan yang terburuk dalam sejarah. Sinyal bahaya dari Ikappi
ini patut mendapat perhatian serius. Harga beras medium yang menjadi patokan
pemerintah terus menanjak, cukup jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET)
yang ditetapkan Badan Pangan Nasional. Di pekan terakhir Agustus lalu, harga
beras medium sudah berkisar Rp 12.600 per kilogram. Padahal HET-nya hanya Rp
10.900 untuk Pulau Jawa. Satu soal lagi yang lebih
berat, dampak kekeringan sebetulnya baru mulai terasa pada Agustus lalu.
Puncaknya baru akan datang pada September dan Oktober nanti. Stok beras hasil
panen raya Maret-April lalu sudah menipis untuk konsumsi masyarakat,
sementara kekeringan membuat jumlah produksi beras menurun. Estimasinya, ada
potensi produksi sebesar 1,2 juta ton yang hilang. Itu perkiraan paling
konservatif dari pemerintah. Berbagai lembaga bahkan menaruh estimasi lebih
besar, hingga 1,5 juta ton. Pemerintah mengaku
mempunyai cadangan 1,6 juta ton untuk menambal kebutuhan. Mungkin, di atas
kertas, stok ini cukup untuk membawa kita melampaui musim paceklik. Namun,
pertanyaannya, apakah laporan tentang cadangan yang cukup itu sesuai dengan
kondisi pasar? Ekonom selalu bilang,
harga tak pernah berbohong. Jika harga terus merambat naik tak tertahan,
tentu ada sesuatu tentang pasokan beras yang sesungguhnya. Kembali lagi pada
kisah awal krisis di atas, di pasar internasional pun pasokan beras ketat.
Walhasil, tak mudah bagi pemerintah mencari beras untuk digerojokkan ke pasar
agar harganya segera turun. Indonesia benar-benar berada di ambang krisis
beras. ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/sinyal-pasar/169627/krisis-beras-indonesia |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar