Siapa Berperan
Menjodohkan Muhaimin Iskandar dan Anies Baswedan Francisca Christy Rosana : Jurnalis Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 4
September 2023
SELEMBAR surat ditunjukkan
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar kepada Ketua Umum
Partai NasDem Surya Paloh. Isinya, dukungan untuk calon presiden yang diusung
NasDem, Anies Baswedan. Dalam persamuhan di Restoran Kahyangan, Wisma
Nusantara, Jakarta Pusat, pada Selasa petang, 29 Agustus lalu, itu, Muhaimin
juga menyatakan kesediaannya menjadi calon wakil presiden atau cawapres
Anies. “Muhaimin menyampaikan
keinginannya bergabung dengan koalisi pendukung Anies,” kata Wakil Ketua Umum
NasDem Ahmad Ali menceritakan isi pertemuan yang dihadirinya itu kepada Tempo
di NasDem Tower, Jakarta, Kamis, 31 Agustus lalu. Bersama Wakil Ketua Umum
PKB Jazilul Fawaid, Ahmad Ali mengatur pertemuan Muhaimin dengan Surya. Dalam pertemuan berlauk
shabu-shabu itu, Muhaimin menyampaikan telah berbulat hati hengkang dari
koalisi pendukung Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto.
Dua narasumber yang mengetahui pertemuan itu bercerita, Muhaimin merasa
nasibnya sebagai bakal calon wakil presiden Prabowo tak jelas. Padahal PKB dan
Gerindra telah menandatangani perjanjian koalisi pada 13 Agustus 2022. Belakangan, nama Wakil
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu kian tersingkir setelah Partai Amanat
Nasional dan Partai Golkar bergabung dengan koalisi Prabowo. Dua partai itu
memiliki kandidat cawapres. PAN, misalnya, menyorongkan nama Menteri Badan
Usaha Milik Negara Erick Thohir. Sedangkan Golkar bakal mengajukan Ketua Umum
Airlangga Hartarto. Setelah menunjukkan draf
surat dukungan, Muhaimin berbalik menanyakan keseriusan Surya menduetkannya
dengan Anies Baswedan. Narasumber yang hadir dalam pertemuan itu bercerita,
Surya merasa sreg dengan Muhaimin. Ia pun menyatakan mendukung Muhaimin
sebagai cawapres Anies. Tanpa ba-bi-bu, pertemuan
sekitar satu jam yang dihadiri lima orang, yakni Surya, Muhaimin, Jazilul
Fawaid, Ahmad Ali, dan politikus NasDem yang juga Gubernur Nusa Tenggara
Timur, Viktor Laiskodat, itu mencapai kesepakatan. NasDem akan membawa nama
Muhaimin kepada Anies untuk dideklarasikan sebagai cawapres. Surya dan
Muhaimin pun berjabat tangan. Hingga Sabtu malam, 2
September lalu, Muhaimin dan Jazilul Fawaid tak menjawab pertanyaan yang
dikirim Tempo ke nomor telepon seluler mereka. Begitu pula Viktor Laiskodat
tak merespons permintaan wawancara. Komunikasi Muhaimin dengan
NasDem cukup lama terjalin. Empat politikus PKB dan NasDem bercerita,
pendekatan Muhaimin ke koalisi Anies berlangsung setelah Presiden Joko Widodo
“menjodohkan” Prabowo dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat acara
panen raya di Kebumen, Maret lalu. Muhaimin berkali-kali mengancam angkat
kaki dari koalisi Prabowo jika Menteri Pertahanan itu tak menggandengnya
sebagai calon wakil presiden. Diam-diam Muhaimin pun
telah berkali-kali bertemu dengan Anies. Tiga petinggi Koalisi Perubahan
mengatakan salah satu perjumpaan diadakan di rumah Anies di Lebak Bulus,
Jakarta Selatan. Muhaimin juga mengutus kerabatnya untuk merawat komunikasi
dengan Anies dan NasDem. Ditemui di Surabaya pada
Jumat, 1 September lalu, Wakil Ketua Umum PKB Hanif Dhakiri membenarkan kabar
bahwa proses komunikasi antara Muhaimin dan Anies sudah lama berlangsung.
“Tapi, soal teknis penjajakannya, tidak bisa kami sampaikan saat ini,” kata
bekas Menteri Ketenagakerjaan itu. Selepas makan malam di
Restoran Kahyangan, Surya Paloh langsung memanggil Anies Baswedan ke NasDem
Tower. Pertemuan tersebut hanya dihadiri Surya, segelintir orang dekatnya,
dan Anies. Dua petinggi NasDem dan kolega Anies bercerita, Surya meminta
bekas Gubernur DKI Jakarta itu menimbang kemungkinan berpasangan dengan
Muhaimin. Dalam pertemuan itu, ujar
sumber yang sama, Surya mengungkapkan keyakinannya bahwa Muhaimin bisa
menambah pundi suara Anies. Terutama di wilayah yang didominasi pengikut
Nahdlatul Ulama. Berdasarkan survei internal NasDem, perolehan suara Anies
masih bokoh di kantong pemilih NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Adapun PKB
didirikan oleh sejumlah tokoh NU. Surya juga yakin dukungan
dari Muhaimin akan menaikkan elektabilitas Anies. Hasil survei Litbang Kompas
yang dirilis pada 7 Agustus lalu menunjukkan elektabilitas Anies yang
besarnya 19,2 persen tertinggal dari Prabowo dan Ganjar, yang memiliki
tingkat keterpilihan lebih dari 30 persen. Masuknya PKB dan Muhaimin diyakini
dapat menyumbang 10 persen suara dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Sebelum menutup pertemuan,
Surya menyatakan deklarasi perlu digelar dalam waktu cepat jika Anies
menyetujui perjodohan tersebut. Bos Media Group itu menyatakan sudah
mengantisipasi gangguan yang berpotensi menggagalkan deklarasi
Anies-Muhaimin. Malam itu juga, menurut narasumber yang hadir dalam pertemuan
tersebut, Anies memberikan persetujuannya. Wakil Ketua Umum NasDem
Ahmad Ali, yang menemani Surya Paloh, enggan berkomentar tentang pertemuan
antara bosnya dan Anies. “Yang jelas, ini (duet Anies-Muhaimin) kombinasi
yang pas,” kata Ali. Seorang petinggi partai
Koalisi Perubahan untuk Persatuan bercerita, hari-hari itu Tim Delapan sedang
menyusun rencana deklarasi Anies Baswedan dan calon wakilnya. Tim Delapan
berisi orang dekat Anies serta perwakilan tiga partai pendukungnya: NasDem,
Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera. Rencananya deklarasi akan
diadakan paling lambat pekan kedua September. Namun rencana itu sama
sekali tidak menyentuh nama Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Anies,
melainkan Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat yang juga
putra mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. ••• SEHARI seusai pertemuan di
NasDem Tower, atau pada Rabu pagi, 30 Agustus lalu, Anies Baswedan
menyambangi rumah ketua Tim Delapan, Sudirman Said, di Cilangkap, Jakarta
Timur. Sejumlah anggota Tim Delapan ada di sana. Seorang peserta rapat
bercerita, Anies membuka pertemuan dengan menyampaikan keputusannya
berpasangan dengan Muhaimin Iskandar. Namun bekas Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan itu juga memperhitungkan keutuhan koalisi.
Keputusan memilih Muhaimin tanpa melibatkan Partai Keadilan Sejahtera dan
Partai Demokrat bisa membuat Koalisi Perubahan untuk Persatuan rontok. Karena
itu, Anies meminta Sudirman Said meneruskan warta keputusannya kepada
petinggi Demokrat dan PKS. Anies pun meminta Sudirman
mengatur pertemuan dengan Agus Harimurti Yudhoyono untuk menjelaskan
keputusannya secara langsung. Pada Sabtu malam, 2 September lalu, Sudirman
Said membenarkan kabar tentang isi pertemuan di rumahnya. “Kami berdiskusi
soal cara menjaga Demokrat tetap berada di koalisi,” tutur mantan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral itu kepada Tempo. Politikus Demokrat,
Syahrial Nasution, juga membenarkan ada permintaan dari Sudirman untuk
bertemu dengan Agus Yudhoyono. “Permintaan Anies bertemu dengan Mas Agus itu
memang ada, tapi ditolak,” kata Syahrial. Mendapat penolakan dari
Demokrat, deklarasi Anies-Muhaimin dimatangkan pada Kamis, 31 Agustus lalu.
Petinggi Partai Kebangkitan Bangsa dan NasDem bersepakat menggelar deklarasi
dua hari kemudian. Deklarasi itu berlangsung satu hari sebelum Surya Paloh
melawat ke Eropa. Seorang petinggi Partai
NasDem mengatakan pengurus PKB telah memesan sebagian besar kamar Hotel
Majapahit di Surabaya pada Kamis, 31 Agustus lalu. Hotel yang dulu bernama
Yamato itu dipilih sebagai tempat deklarasi karena menjadi simbol sejarah
pergerakan pemuda. Di hotel itu, pada 19 September 1945, para pemuda merobek
bendera Belanda. Adapun Surya menyiapkan
dua pesawat jet untuk membawa rombongan NasDem berisi 40 orang yang berangkat
dari Jakarta pada Sabtu pagi. Menjelang deklarasi, Surya memerintahkan
pengurus Partai NasDem tak menyampaikan pernyataan apa pun kepada publik. Deklarasi ini berlangsung
pada Sabtu siang mengancik sore. Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, dan Surya
Paloh bersama-sama memasuki ruang ballroom Hotel Majapahit dengan pakaian
kemeja putih dan berpeci hitam. Di depan panggung berlatar
belakang tulisan “Deklarasi Capres Cawapres”, Muhaimin berpidato di mimbar.
“Salaman saya dengan Bang Surya ternyata lancar dan mendapatkan restu dari
keluarga besar PKB,” ucap Muhaimin. Seusai deklarasi, Anies
mengungkapkan alasannya memilih berpasangan dengan Muhaimin atau Cak Imin,
yang pernah menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta dua kali
menjabat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. “Cak Imin memiliki pengalaman
lengkap, bagaimana mengelola aspirasi, memimpin kementerian, bagaimana
mengelola APBN. Pengalamannya sangat komplet.” ••• KEPUTUSAN Anies Baswedan
menggandeng Muhaimin Iskandar membakar bara di Partai Demokrat. Dalam rapat
Majelis Tinggi Demokrat yang disiarkan secara langsung pada Jumat, 1
September lalu, Susilo Bambang Yudhoyono bersyukur karena partainya telah
memutuskan tak mendukung Anies Baswedan sehari sebelumnya. Ketua Majelis Tinggi
Demokrat itu menganggap partainya tak perlu mendukung orang yang tak memegang
komitmen. “Sekarang saja tidak baik, tidak amanah, bagaimana nanti kalau
menjadi pemimpin dengan kekuasaan yang besar?” kata Yudhoyono di rumahnya di
Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Deputi Badan Litbang
Partai Demokrat Syahrial Nasution bercerita, Yudhoyono sudah mencurigai
manuver Anies Baswedan yang seolah-olah menginginkan Agus Harimurti sebagai
pendampingnya sejak dua bulan lalu. Saat itu Anies berencana mengumumkan Agus
Yudhoyono sebagai calon wakil presiden sepulang ibadah haji. Namun niat itu
tak kunjung terlaksana. Pada saat yang sama, di
lingkup internal NasDem mengapung sejumlah nama pendamping Anies yang berasal
dari kalangan Nahdlatul Ulama. Misalnya, putri mantan presiden Abdurrahman
Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, dan Gubernur Jawa Timur
Khofifah Indar Parawansa. Munculnya nama-nama itu dianggap memperkecil kans
Agus menjadi calon wakil Anies. Menurut Syahrial, pengurus
partainya mempertanyakan beredarnya nama-nama itu karena Anies telah
berkali-kali menyampaikan akan menggandeng Agus. “Kami melihat ada skenario
pintu belakang,” ujar Syahrial saat ditemui Tempo di rumahnya di Cipete,
Jakarta Selatan, Selasa, 29 Agustus lalu. Kemarahan Yudhoyono kepada
Anies terlihat saat peresmian Museum SBY-Ani (Kristiani Herrawati, istri
Yudhoyono) di Pacitan, Jawa Timur, pada Kamis, 17 Agustus lalu. Presiden
keenam itu tak mengundang Anies. Namun Anies hadir lantaran diajak oleh bekas
wakil presiden Jusuf Kalla. Sempat bersalaman dengan
sahibulhajat, Anies tak berbincang soal politik dengan Yudhoyono ataupun
Agus. “Pak SBY tidak ingin ada nuansa politik di acara yang sakral,” kata
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Andi Arief saat ditemui di kantor
Demokrat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu, 30 Agustus lalu. Sehari seusai peresmian
museum, Yudhoyono mengumpulkan orang-orang dekatnya. Dua petinggi Demokrat
yang hadir bercerita, Yudhoyono tak hanya mengungkapkan kekecewaannya soal
Anies, tapi juga Surya Paloh. Faktor Surya diduga biang penyebab Anies
maju-mundur mengumumkan Agus sebagai calon wakil presiden. Puncak kemarahan Yudhoyono
adalah pernyataan Surya di Padang pada Ahad, 6 Agustus lalu. Saat itu Surya
menyatakan calon wakil Anies akan diumumkan pada menit-menit akhir
pendaftaran pasangan calon. Surya pun meminta semua pihak bersabar. Dalam pertemuan yang
diselingi makan siang itu, Yudhoyono berpesan kepada pengurus Demokrat agar
mengevaluasi dukungan mereka terhadap Koalisi Perubahan yang mengusung Anies
Baswedan. Yudhoyono juga menyiratkan agar Demokrat siap-siap mencabut
dukungan terhadap Anies. Yudhoyono menyinggung
piagam koalisi yang ditandatangani bersama antara Anies, Partai Demokrat,
Partai NasDem, dan Partai Keadilan Sejahtera. Salah satu poinnya: penetapan
calon wakil presiden dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yudhoyono
menilai turunnya elektabilitas Anies dipicu ketidakpastian soal cawapres.
“Suasana saat itu memang panas. Kami mulai curiga ada manuver,” tutur Andi
Arief. Tiba di Cikeas, Bogor,
dari Pacitan, Jawa Timur, pada Selasa, 22 Agustus lalu, Yudhoyono
disebut-sebut menghubungi Jusuf Kalla dan mengabarkan rencana Demokrat
mengevaluasi dukungan terhadap Anies. Kepada Kalla, Yudhoyono mengatakan
partainya berancang-ancang keluar dari koalisi. Politikus Demokrat, Syahrial
Nasution, mengaku mendengar perbincangan Yudhoyono dengan Kalla. Syahrial bercerita, esok
harinya Kalla mengutus Hamid Awaludin—Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia di
era pemerintahan Yudhoyono—bertandang ke Cikeas. Kepada Yudhoyono, Hamid
menyampaikan belum ada nama calon wakil presiden selain Agus. “Kendati berada
di Amerika Serikat, Pak Kalla mengikuti dinamika politik dalam negeri,” kata
Hamid pada Jumat, 1 September lalu. Adapun Kalla membantah
jika disebut berkomunikasi dengan Yudhoyono. “Pada tanggal tersebut saya
sedang di Amerika,” ujar Kalla melalui WhatsApp, Sabtu, 2 September lalu.
Pada hari yang sama ketika menerima utusan Kalla, Yudhoyono mengirim pesan
kepada Anies melalui Tim Delapan. “Pak SBY meminta Anies segera menetapkan
cawapres jika ingin menang,” ucap Andi Arief. Dua hari setelah menerima
pesan itu, pada Jumat, 25 Agustus lalu, Anies datang ke Cikeas bersama Tim
Delapan. Berdiskusi selama empat jam di perpustakaan milik Yudhoyono, Tim
Delapan menyampaikan bahwa Anies telah memutuskan nama calon wakil presiden
yang akan diusung. Kepada Anies dan Tim
Delapan, Yudhoyono menyampaikan agar deklarasi cawapres segera dilakukan.
“Saat itu disepakati deklarasi dilakukan pada 3-10 September,” kata Syahrial,
yang mendengar cerita isi pertemuan tersebut dari Yudhoyono. Dalam rapat
tersebut, Anies ataupun Tim Delapan tak menyebut nama Agus Harimurti atau
calon lain kepada Yudhoyono. ••• MANUVER Surya Paloh
menjodohkan Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar dilatari keengganan Ketua
Umum Partai NasDem itu terhadap langkah Agus Harimurti Yudhoyono untuk maju
dalam Pemilu 2024. Seorang politikus Koalisi Perubahan mengatakan Surya
menyampaikan keberatannya itu kepada ketua Tim Delapan, Sudirman Said, di
NasDem Tower pada Selasa, 29 Agustus lalu. Saat itu Sudirman
berencana menyampaikan waktu deklarasi Agus sebagai calon wakil presiden.
Namun Surya meminta Sudirman menunda deklarasi. Kepada Sudirman, Surya
bercerita tentang hubungan masa lalunya dengan Susilo Bambang Yudhoyono yang
diwarnai pelbagai persoalan. Pada Sabtu malam, 2
September lalu, Sudirman menyatakan kepada Tempo bahwa Surya Paloh tak
menolak Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon wakil presiden Anies. “Untuk
deklarasi dalam waktu dekat, beliau bilang belum siap. Pak Surya juga
menjelaskan dengan terus terang bahwa masih terbuka opsi yang lebih baik,”
ujar Sudirman dalam wawancara tertulis. Ketua Umum Partai Demokrat
Agus Harimurti Yudhoyono menerima Penolakan Surya terhadap Agus juga ia
sampaikan beberapa kali kepada sejumlah orang dekatnya. Tiga kolega Surya
mengatakan bos PT Indocater itu menimbang beberapa hal dari Agus. Salah
satunya dia belum memiliki pengalaman memimpin di pemerintahan. Sinyal penolakan juga
disampaikan langsung dalam perjumpaan antara Surya, Susilo Bambang Yudhoyono,
dan Agus Harimurti di Amerika Serikat, awal tahun ini. Dua politikus NasDem
dan dua kader Demokrat yang mengetahui pertemuan ketiganya mengatakan Surya
menyampaikan bahwa Agus saat ini belum mencapai masa usia keemasannya. Agus, menurut Surya, masih
bisa mengikuti pemilihan presiden hingga empat periode ke depan. Ihwal
penolakannya terhadap Agus, Surya mengatakan purnawirawan mayor Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat itu calon pemimpin masa depan. “Agus
pemimpin muda yang saya harapkan. The rising star ke depan,” kata Surya di
Dewan Pimpinan Pusat NasDem, Gondangdia, Jakarta, Kamis, 31 Agustus lalu. Surya pun mempertimbangkan
kemungkinan pasangan Anies-Agus menang. Berdasarkan simulasi di lingkup
internal NasDem, suara maksimal yang diperoleh pasangan itu pada putaran
pertama kurang dari 30 persen atau tak ada nilai tambah. Pun Demokrat
dianggap tak mampu mengerek perolehan suara Anies yang lemah di Jawa Timur
dan Jawa Tengah. Merujuk pada perolehan
suara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur pada 2019, Demokrat masih
kalah oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang menguasai 27 kursi.
Sedangkan Demokrat hanya punya 14 kursi. “Kami mempertimbangkan bahwa suara
wakil presiden seharusnya membantu memenangi pertarungan,” tutur Wakil Ketua
Umum NasDem Ahmad Ali. Anies bukan tak mau
berduet dengan Agus. Ia beberapa kali menyampaikan proposal berduet dengan
Agus kepada Surya Paloh. Terakhir kali pembahasan itu muncul dalam pertemuan
antara Anies, Surya, dan Tim Delapan di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, pada
Kamis, 24 Agustus lalu. Seorang peserta rapat
mengatakan Surya meminta Anies tak buru-buru mengumumkan calon wakil
presiden. Surya juga memerintahkan Tim Delapan memetakan titik-titik tempat
perolehan suara Anies masih lemah. Sejumlah politikus
Demokrat mencurigai penolakan Surya terhadap Agus berhubungan dengan perintah
Presiden Joko Widodo. Deputi Badan Litbang Demokrat Syahrial Nasution
mengatakan Surya tak pernah menyampaikan isi pertemuan dengan Jokowi kepada
Koalisi Perubahan. Termasuk perjumpaan pada pertengahan Juli lalu.
“Kecurigaan kami mengarah ke sana,” kata Syahrial. Orang dekat Surya
menuturkan, dalam pertemuan Surya dengan Jokowi di Istana pada Juli lalu,
Presiden bertanya dua kali kepada Surya siapa kandidat cawapres Anies.
Setelah diputuskan Anies berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, Surya lantas
menerima panggilan Jokowi ke Istana. Dua petinggi NasDem
bercerita, Surya melaporkan nama Muhaimin sebagai calon wakil Anies kepada
Jokowi. Dalam pertemuan Jokowi, Surya, dan Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, Surya menyampaikan bahwa Anies akan mendeklarasikan calon wakilnya
pada Sabtu, 2 September. Narasumber itu bercerita, Jokowi melempar kode
senyum kepada Surya. Pratikno tak merespons pertanyaan yang dilayangkan Tempo
ke nomor telepon selulernya. Sepulang dari Istana,
Surya mengumpulkan sejumlah pengurus NasDem di kantor partai. Surya
mengatakan hasil pertemuan dengan Jokowi positif. “Jika diskor dengan angka,
0-10, kualitas pertemuannya adalah 9,” ujar Sekretaris Jenderal NasDem
Hermawi Taslim. Kualitas pertemuan itu diterjemahkan sebagai restu Jokowi
terhadap Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies Baswedan. ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/169648/lobi-rahasia-anies-muhaimin |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar