Hawking
dan Asal Usul Alam Semesta
Freddy Permana Zen ; Guru Besar Fisika Teoretik Energi Tinggi
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (ITB)
|
REPUBLIKA,
19 Maret
2018
Beberapa hari lalu, tepatnya Rabu
14 Maret, tepat saat A Einstein dilahirkan sekitar 139 tahun lalu, telah
meninggal dunia salah seorang fisikawan besar abad ini, Prof SW Hawking. Hal
ini merupakan kehilangan besar, tidak hanya bagi keluarga dan sahabatnya,
tapi juga bagi dunia, khususnya bidang fisika.
Banyak karyanya yang menginspirasi
kalangan saintis dalam pengembangan ilmu, terutama di bidang ruang-waktu
selain juga pernyataan-pernyataannya yang sering kali kontroversial dan
banyak menggelitik orang untuk berkomentar.
Bersama-sama Einstein, tak pelak
Hawking masuk jajaran selebritas dunia yang komentarnya banyak dikutip media.
Di samping itu, sebenarnya menarik untuk membahas teori-teori yang ia
kemukakan pada saat hidupnya, sehingga dapat diambil beberapa pelajaran
darinya bagi generasi muda dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (juga
teknologi).
Singularitas
di alam semesta
Awal kariernya dimulai ketika
hendak menyelesaikan disertasi S-3 atau doktornya (PhD) di usia yang sangat
muda, sekitar 23 tahun, di bawah bimbingan Prof D Sciama di Oxford
University. Ia mengajukan proposal bahwa jika alam semesta seperti saat ini
dan kita kembali ke masa lalu (dalam waktu sejauh-jauhnya) maka akan bertemu
dengan suatu titik awal alam semesta.
Masalahnya adalah bagaimana cara
menandai titik awal tersebut dan lintasan mana yang diambil untuk kembali ke
masa lalu dan kecepatan berapa? Apakah semua kecepatan atau lintasan sebarang
dapat dipakai untuk ke masa lalu?
Untuk keperluan ini, ia harus
mengambil teori Einstein sebagai landasan serta matematika bidang topologi
dan geometri diferensial sebagai alat analisisnya. Untuk keperluan itu, ia
mendekati Prof R Penrose, matematikawan di Oxford yang mendalami bidang
geometri.
Teori Newton tidak dapat digunakan
untuk menggambarkan dinamika alam semesta. Teori ini menghendaki semua titik
di jagat raya bersifat datar, jika bertemu dengan benda mempunyai massa besar
(masif) misalnya galaksi, dinamikanya datar dan tivial.
Tentu hal ini tidaklah betul jika
digunakan untuk menggambarkan struktur global jagat raya. Jika ada benda
masif maka ruang-waktu yang ada di sekitarnya melengkung (tidak datar), jadi
struktur kausal (sebab-akibat) tidak sesederhana konsep Newton.
Ada wilayah benda masif yang
bergerak (disebut wilayah timelike), cahaya yang bergerak dengan kecepatan
yang paling besar di jagat raya (wilayah null), dan wilayah spacelike yang
kecepatan gerak lebih besar dari cahaya.
Tentunya trajektori atau lintasan
yang diambil, sesuai dengan lintasan kausal adalah timelike dan null, yaitu
benda masif dan cahaya. Untuk bagian spacelike kita abaikan karena tidak
kausal, sebab dan akibat dapat bertukar.
Di samping itu, lintasan tempuh
yang diambil haruslah yang paling singkat atau ekstrem yang disebut geodesic
maka dipilihlah lintasan kausal (timelike dan null) yang bersifat geodesic.
Kemudian Hawking (dibantu Penrose), merumuskan dinamika lintasan tadi kembali
ke masa lalu, mereka menemukan suatu titik yang mengakhiri sifat kausal dan
geodesic dari lintasan, sehingga titik tersebut disebut titik singular atau
awal mula jagat raya yang kita tempati ini. Hasil riset tersebut mereka
publikasikan di beberapa jurnal dan buku.
Yang menarik adalah kesimpulan
dari teorema singulitas di atas menghendaki adanya awal alam semesta,
walaupun hanya mengambil efek klasik. Era sebelumnya, berdasarkan teori
Newton, keadaan ini tidak dapat dijelaskan, sehingga awal dan penciptaan alam
semesta bersifat spekulatif. Sehingga, ada yang berpendapat bahwa alam semesta
terjadi dengan sendirinya, tidak ada peranan Tuhan.
Namun, dengan teorema Hawking dan
Penrose jelas menunjukkan ada awal dan sebelum awal tidak diketahui fisinya,
sehingga dapat disimpulkan tentu ada yang menciptakannya, yaitu Allah SWT.
Namun, kontroversi ini rupanya
masih dilanjutkan oleh Hawking. Penulis masih ingat waktu itu di Kyoto ketika
mendengar ceramah Hawking tentang awal alam semesta, dia mengatakan bahwa
efek kuantum (sehingga timbul fluktuasi kuantum) yang menyebabkan terjadinya
ruang-waktu.
Kesimpulan ini menjadi
kontroversial dan penulis sempat menanyakan bahwa boleh saja efek kuantum
berlaku di situ, tetapi siapa yang menciptakan efek tersebut? Tidak mungkin
hukum kuantum terjadi dengan sendirinya. Jadi, kesimpulan bahwa alam semesta
terjadi dengan sendirinya tak berdasar secara fisis.
Memang kesimpulan Hawking di atas
tidaklah dijadikan pegangan oleh para saintis yang menggeluti bidang ini.
Namun, pernyataan ini kemudian dikutip oleh media, sehingga menjadi besar dan
Hawking pun menjadi selebritas.
Di samping itu, ada juga
singularitas yang muncul akibat akhir masa hidup benda-benda masif. Misalnya
melalui runtuhnya gravitasi atau bintang. Mereka pun telah menunjukkan gejala
ini melalui kehadiran black hole.
Penampakan benda ini tidak bisa
dilihat secara langsung karena ada batas pandang pada saat terbentuknya benda
tersebut. Melalui deteksi tidak langsung, tapi dari dinamika benda yang ada
di sekitar black hole, para ilmuwan dapat mengamati kehadirannya. Malahan
dapat digunakan untuk mendeteksi kehadiran gelombang gravitasi, sehingga the
Royal Swedish Academy of Sciences menganugerahkan hadiah Nobel bidang Fisika
2017 kepada tiga fisikawan masing-masing R Weiss, BC Barish, dan KS Thorne
atas kontribusi mereka dalam penemuan gelombang gravitasi.
Ada beberapa lagi penemuan Hawking
lainnya yang cukup signifikan. Misalnya, efek kuantum di sekitar event
horizon black hole menyebabkan benda tersebut tidaklah hitam pekat, tetapi
meradiasi energi yang disebut radiasi Hawking. Efek ini kemudian memberikan
sifat termodinamika black hole.
Dari uraian singkat tersebut dapat
kita simpulkan, walaupun banyak hal kontroversial dari Hawking, banyak
sumbangan pemikiran yang ia berikan untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Bagi
kita, apa pun pernyataan yang diberikan Hawking, kita tetap yakin bahwa alam
semesta diciptakan Allah SWT. Penemuan-penemuan yang dilakukan manusia tiada
lain adalah untuk menguatkan keyakinan tersebut. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab. ●
|
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong Sgp
BalasHapus