Persaudaraan
Samuel Mulia ; Penulis kolom “Parodi” Kompas Minggu
|
KOMPAS, 24 Mei 2015
Dua
bulan terakhir ini, saya mendapat kesempatan untuk berlibur. Libur tahunan
ini setiap kali saya lakukan dengan sahabat-sahabat dekat. Beberapa di antaranya
berprofesi sebagai ibu rumah tangga profesional bahkan ada yang memiliki
usaha sendiri.
”Friends for benefit”
Saya
memiliki dua kelompok persahabatan yang berbeda dengan anggotanya yang
berbeda. Kedua kelompok ini sama-sama berjumlah lima orang. Semuanya wanita
kecuali saya. Di media sosial saat mengunggah foto-foto, tagarnya akan
berakhir dengan kalimat sisterhood.
Saya
sungguh bahagia bisa mendapatkan teman-teman seperti mereka. Bahagianya tidak
hanya mendapatkannya, tetapi mereka mau menerima dengan segala keberadaan
saya. Teman-teman di luar dua kelompok itu kalau sedang melihat foto-foto di
dalam media sosial, sering kali bertanya pada saya, kok mereka bisa betah
sama saya, dan kok mau-maunya menerima saya.
Mungkin
saya tidak bisa memberi jawabnya, karena saya bukan mereka. Tetapi kalau saya
sendiri boleh memberi jawaban, maka saya akan memberikan penjelasan begini.
Bahwa mereka itu memiliki hati yang besar untuk menerima setiap anggotanya
dengan segala situasi yang ada di dalam mereka.
Dengan
persahabatan ini, saya belajar bahwa sebaiknya dalam hidup ini seseorang
hanya perlu teman yang sedikit saja, tetapi berkualitas. Mudahnya, have less
but the best. The best tidak dimaksud memiliki teman yang kaya raya, yang
kehidupan sosialnya bisa membantu saya untuk naik kelas, yang kondang, yang
tidak egois, yang tidak mudah kesal, yang bisa membantu saya dalam
mengembangkan usaha saya. Pokoknya, bukan friends for benefit.
The best
itu adalah yang manusiawi, yang bersifat manusia. Kadang bisa kesal, kadang
bisa plin plan, kadang bisa tertawa terbahak sampai sakit perut, kadang bisa
mengatakan tidak. The best itu adalah mereka yang dengan segala naik dan
turunnya, tetap membuat anggota lainnya tidak merasa perlu mengundurkan diri
dari persahabatan itu.
The best
itu tidak ada syarat untuk menjadi sahabat. Tidak perlu pandai, tidak perlu
menunjukkan bahwa seseorang itu berpendidikan super tinggi, tidak membutuhkan
persyaratan bahwa baju dan koper yang dibawa harus bermerek super kondang.
The best
itu adalah yang bisa membantu anggotanya menurunkan koper yang berat,
menjemput di lapangan terbang kalau perlu, yang mengorganisir tujuan wisata
dan segala biayanya tanpa mengomel dan mengeluh.
Padahal
tidak semua anggota suka laut atau suka perkotaan. The best itu adalah
mengerti kapan harus nurut saja, kapan harus mengeluarkan suara untuk
memindahkan haluan.
”Friends for life!”
Sebagai
salah satu anggota dari dua kelompok itu saya sungguh beruntung. Beruntungnya
bepergian dengan para wanita, mereka sungguh sigap seperti sedang bepergian
bersama keluarga. Saya kadang sampai merasa sungkan karena mereka melakukan
pekerjaan multitasking dengan
mudahnya dan membuat segala sesuatu beres pada waktunya.
Saya mau
berusaha membantu, mereka ternyata jauh lebih sigap. Maka saya pernah menulis
di media sosial, kalau seorang pria berkeinginan menjalani hidup ini dengan
tabah, maka belajarlah dengan para wanita yang setiap saat menjalani
kehidupan rumah tangga dengan problemnya yang tidak akan pernah berhenti.
Mereka bangun paling pagi dan tidur paling malam. Hanya untuk memastikan
semua anggota merasa tenteram dan problem bisa diselesaikan.
Bayangkan
saya memiliki dua kelompok dengan lima wanita di setiap kelompok yang super
andal. Anda bisa bayangkan, saya jauh lebih beruntung dari seorang playboy
yang hanya bisa bersama wanita sebanyak mungkin, tetapi tidak membantu mereka
malah memoroti.
Saya
bercerita panjang lebar di atas bukan untuk membuat mereka bangga dan
kemudian dalam liburan berikutnya saya memoroti mereka. Beberapa hari lalu,
saya mengirimkan pesan kepada salah satu anggota. Saya mengatakan, saya ini
beruntung di masa tua saya, ketika saya sudah tak memiliki anggota keluarga
yang dekat, tak memiliki pasangan hidup, saya ini dikarunia teman-teman yang
paling tidak membuat saya merasa tidak ditinggalkan sendiri.
Persahabatan
itu bukan dibentuk oleh sebuah persyaratan, bukan karena cocok atau tidak
cocok semata, tetapi dikaruniakan Tuhan kepada Anda. Tetapi bagaimana caranya
Anda bisa dikaruniai? Do good things in
life and good things will happen to you!
Kebaikan
dan kebahagiaan itu ada untuk saya dan Anda, kalau saya dan Anda juga bisa
membahagiakan kehidupan orang lain terlebih dahulu. Maka, tanpa Anda ketahui,
tanpa Anda harus berlelah-lelah mencari, Tuhan yang Maha Segalanya itu, akan
menyediakan teman-teman yang sedikit tetapi yang bermutu untuk Anda. Dan
ingat, segala sesuatu yang dari Tuhan itu, tak akan membuat Anda bosan dan
menyerah di tengah jalan. Anda akan dikaruniai friends for life! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar