Tantangan
Politik Luar Negeri Kontemporer Beginda Pakpahan ; Analis Politik dan Ekonomi Global;
Lulus PhD dari University of Edinburgh, UK |
KOMPAS,
24 Februari
2021
Pandemi Covid-19 masih berlanjut sejak 2000
sampai dengan 2021. Hal tersebut berdampak signifikan pada kondisi kesehatan,
ekonomi, politik dan sosial dari pelbagai negara. Ke depannya, situasi dunia
masih dibayangi oleh pandemi, pelambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian
hubungan internasional. Oleh karena itu, apa saja pelbagai
tantangan politik luar negeri kontemporer untuk Indonesia? Pertama, jalan terjal dan berlikunya akses
setara vaksin Covid-19 bagi sejumlah negara di dunia. Meskipun begitu, ada
secercah harapan di tengah pandemi karena penemuan vaksin oleh beberapa
perusahaan farmasi dan institusi penelitian di sejumlah negara, seperti
Pfizer-BioNtech, Moderna, Oxford University-Astra Zeneca, Sinovac, Sinopharm,
Gamaleya Research Institute, dan lainnya. Namun, terbatasnya jumlah produksi vaksin
dari pelbagai perusahaan farmasi global yang telah menjalani uji klinis tahap
akhir mengakibatkan peningkatan nasionalisme dan kompetisi vaksin antarnegara
di dunia. Negara-negara maju berupaya menjaga akses
dan mengamankan pasokan vaksin Covid-19 saat ini dan ke depannya.
Negara-negara maju sudah mendapatkan vaksin lebih dulu daripada negara-negara
berkembang dan tertinggal. Mereka sudah melaksanakan vaksinasi
terhadap penduduknya pada akhir tahun 2020 dan terus berlanjut pada 2021.
Belum berjalannya dan optimalnya kesepakatan internasional atas akses vaksin
Covid-19 yang setara dan minimnya pendanaan internasional untuk kegiatan
tersebut menjadi tantangan nyata yang dihadapi oleh negara-negara berkembang
dan tertinggal. Di tambah lagi, negara-negara maju dan
negara-negara berkembang/tertinggal masih bernegosiasi alot tentang perlu
atau tidaknya relaksasi atas perjanjian atas Hak Kekayaan Intelektual
(Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights/TRIPs) di The World
Trade Organization terkait dengan produksi atas obat-obatan, hak paten, cara
penanganan Covid-19 dan juga vaksin. Belum adanya kesepakatan dan jalan keluar
atas isu di atas, akan melemahkan upaya dari dan menambah kompleksitas bagi
negara-negara berkembang dan tertinggal dalam penanganan pandemi Covid-19 di
wilayah mereka masing-masing. Tantangan politik luar negeri pertama
adalah Indonesia masih terus berjuang mendapatkan akses vaksin bagi rakyatnya
melalui pendekatan bilateral secara selektif dengan negara-negara penghasil
vaksin dan juga ikut serta dalam kolaborasi internasional untuk akses setara
atas vaksin Covid-19 bagi seluruh negara. Kedua, berlanjutnya persaingan geo-politik
dan geo-ekonomi antara negara-negara besar di Asia Tenggara pada tahun 2021.
Lebih spesifik, persaingan pengaruh antara Amerika Serikat dan China di Laut
China Selatan dan perang dagang antarmereka masih terus berlangsung. Adanya perubahan tampuk kepemimpinan
Amerika Serikat dari Presiden Donald Trump kepada Presiden Joe Biden pada 20
Januari 2021 tidak akan mengubah situasi persaingan negara-negara besar yang
sedang terjadi di Asia Tenggara. Perubahan kebijakan luar negeri dan
perdagangan Amerika Serikat dari pendekatan America First fokus pada
isolasionis, proteksionis, unilateral dan transaksional yang diterapkan oleh
Presiden Trump akan menuju ke pendekatan optimalisasi diplomasi kerja sama
multilateral dan regional di bawah Presiden Joe Biden. Penguatan konsolidasi aliansi yang dimotori
oleh Amerika Serikat di Asia dan Indo-Pasifik akan dioptimalkan oleh
pemerintahan Presiden Joe Biden untuk merespons peningkatan pengaruh China di
kawasan tersebut (Pakpahan, 2020). Perkembangan situasi tersebut berdampak
terhadap Indonesia dan juga negara-negara ASEAN. Konsekuensinya, Indonesia
dan ASEAN perlu menjaga perdamaian dan stabilitas keamanan kawasan Asia
Tenggara dengan mempertahankan netralitas, menjaga persatuan, dan
mengoptimalkan sentralitas ASEAN. Hal ini adalah tantangan politik luar
negeri Indonesia berikutnya. Ketiga, pelemahan ekonomi global dan resesi
ekonomi di mayoritas negara dunia yang masih berlanjut pada 2021. Mayoritas
negara-negara di Asia Tenggara dan di dunia masih menutup perbatasannya atau
lockdown karena peningkatan gelombang lanjutan dari penyebaran Covid-19
terkini di wilayah mereka masing-masing dan cepatnya penyebaran varian baru
Covid-19 dari UK dan Afrika Selatan ke seluruh dunia. Lebih lanjut, peningkatan kebijakan
proteksionis terjadi di sejumlah negara tak terelakkan karena meningkatnya
nasionalisme ekonomi di masyarakatnya dan melemahnya dukungan mereka terhadap
globalisasi. Konsekuensinya, dukungan terhadap kerja sama internasional
menurun dan tatanan global melemah. Lumpuhnya rantai pasok global dan regional
dan pembatasan kegiatan ekonomi masih terus berlangsung pada tahun 2021.
Ekonomi Indonesia dan negara-negara ASEAN serta dunia mengalami dampak
signifikan dari kondisi tersebut. Tantangan politik luar negeri Indonesia
ketiga adalah mengoptimalisasi diplomasi ekonomi Indonesia dalam rangka
pemulihan ekonomi dan perdagangan internasional Indonesia, seperti usaha
peningkatan ekspor Indonesia ke depannya dan upaya akselerasi peningkatan
investasi langsung yang masuk ke Indonesia. Harapannya, semua itu dapat berjalan lancar
ke depannya sehingga tercipta pemulihan ekonomi nasional. Pada saat yang
sama, Indonesia dan negara-negara sahabat dapat saling bekerja sama dalam
rangka menghidupkan kembali berbagai aktivitas ekonomi di kawasan Asia
Tenggara dan dunia berdasarkan protokol kesehatan pada 2021. Sejumlah tantangan politik luar negeri
Indonesia masih dibayangi ketidakpastian hubungan internasional dan dunia,
seperti (1) penanganan pandemi Covid-19 dan kompetisi akses dan pasokan
vaksin Covid-19 antarnegara di dunia; (2) persaingan geopolitik dan
geo-ekonomi negara-negara besar di Asia Tenggara; serta (3) pemulihan ekonomi
nasional dan internasional yang masih berjalan lambat. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar