Kanker
dalam Pusaran Pandemi Covid-19 Noorwati Sutandyo ; Hematolog Onkologi Medik, Staf
Medik Fungsional RS Kanker Dharmais, Pengurus Pusat Perhimpunan Onkologi
Indonesia |
KOMPAS,
22 Februari
2021
Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari 2021
baru saja berlalu dan peringatannya biasanya berlangsung selama sebulan.
Tidak ada gaung kemeriahan seperti tahun-tahun yang lalu. Seakan-akan semua
tertutup oleh kesuraman akan pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Dalam waktu singkat, Covid-19 telah menjadi
pandemi global yang merebut panggung dunia. Hingga saat ini belum ada
tanda-tanda pandemi akan segera berakhir. Ini merupakan penantian yang
panjang dan melelahkan bagi semua negara. Berdasarkan data dari WHO (World Health
Organization), jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di dunia per tanggal 4
Februari 2021 telah mencapai 103,6 juta kasus dan telah menyebabkan kematian
sebanyak 2,25 juta jiwa. Di Indonesia, data dari Satgas Covid-19, per tanggal
4 Februari 2021, total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 1,1 juta
kasus, dengan kasus aktif sebanyak 174 ribu dan angka kematian sebesar 31
ribu jiwa. Di sisi lain, sejak tahun 2018 WHO telah
memprediksi adanya lonjakan kasus kanker yang diperkirakan akan terjadi pada
tahun 2030-2040. Berdasarkan data GLOBOCAN, IARC - WHO, jumlah insidensi dan
kematian akibat kanker pada tahun 2020 sebesar 19,3 juta kasus dengan 10 juta
kematian, berarti lebih dari separuh kasus baru. Prosentase kematian yang
jauh lebih tinggi daripada Covid-19. Angka tersebut diprediksi akan terus naik
mencapai 50%, menjadi 28,5 juta kasus dengan 16 juta kematian pada tahun
2040. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan serius,
sistematis, dan terukur, supaya target pengurangan kasus dapat dicapai. Serupa
tapi tak sama Sejatinya, kedua penyakit ini serupa tapi
tidak sama. Secara pengertian, kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan
pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh dan memerlukan
waktu bertahun-tahun. Sementara itu, Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang dapat berdampak dalam tubuh seseorang
dalam hitungan hari. Dari sisi pengobatan, sampai saat ini belum
ada terapi definitif bagi pasien kanker, seperti terapi pada TBC atau infeksi
bakteri lain. Secara umum terapi kanker bertujuan untuk menurunkan jumlah sel
kanker semaksimal mungkin hingga penderita dapat mencapai tahap remisi. Terapi kanker bervariasi, mulai dari
pembedahan, penyinaran (radioterapi), dan terapi sistemik (antara lain,
kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi). Sama halnya dengan kanker, belum
ada terapi definitif pada Covid-19; yang ada lebih ke arah terapi suportif,
antivirus, antibiotik, anti-koagulan, anti IL-6, imunoglobulin, hingga terapi
konvalesen plasma. National Cancer Institute menyebutkan faktor
risiko dari kanker adalah multifaktor, seperti rokok, alkohol, nutrisi,
kelebihan berat badan, dan inaktivitas fisik. Sementara pada Covid-19, semua
individu dari berbagai kalangan usia memiliki faktor risiko yang sama;
kecuali orang tua dan individu dengan komorbiditas medis lain, seperti asma,
penyakit paru obstruktif kronis, obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan
gagal ginjal, lebih rentan untuk mengalami Covid-19 dengan gejala berat. Hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah
kanker, antara lain, stop konsumsi rokok, mengurangi konsumsi alkohol,
mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan aktivitas fisik, dan diet yang
sehat. Vaksinasi juga dapat diberikan untuk mencegah beberapa kanker, seperti
kanker serviks. Sementara pada Covid-19, bisa dicegah
dengan cara sederhana, yaitu mematuhi protokol kesehatan 5M (memakai masker,
menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjauhi
kerumunan, dan mengurangi mobilitas) serta vaksinasi yang baru kita lakukan
bersama. Dilema
Covid-19 dan pasien kanker Bagaimana efek Covid-19 terhadap kanker?
Pasien kanker merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap infeksi
SARS-CoV-2. Penelitian Tian et al., di Cina menunjukkan pasien kanker
memiliki risiko menderita Covid-19 dengan gejala berat empat kali lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien non-kanker. Penelitian oleh Fillmore et
al., di Amerika Serikat menunjukkan, dari 22.914 pasien kanker, sebesar 1.794
pasien terkonfirmasi positif Covid-19 dengan angka mortalitas sebesar 14 %. Sejak April 2020 sampai dengan Januari
2021, jumlah pasien kanker yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Rumah Sakit
Kanker Nasional Dharmais sebanyak 841 kasus, dengan jumlah kematian 79 kasus
(9,4%). Sebanyak 688 kasus (81,8%) menderita sakit ringan dan tanpa gejala,
serta ditemukan pada saat menjalani pengobatan rawat jalan. Sementara itu,
jumlah pasien rawat inap sebesar 153 kasus (18,2%), 79 kasus (51,6%) di
antaranya meninggal saat menjalani perawatan. Pandemi Covid-19 juga telah mengganggu
beberapa pelayanan kesehatan secara global, salah satunya adalah deteksi dini
kanker. Sejak pandemi berlangsung pada awal tahun 2020, jumlah deteksi dini
dan skrining kanker di Amerika Serikat, Belanda, Jepang, India menurun secara
drastis. Yayasan Kanker Indonesia memperkirakan,
jumlah skrining dan deteksi dini pasien terhadap kanker di Indonesia menurun
lebih dari 50%. Hal ini dikarenakan adanya protokol kesehatan ketat serta
ketakutan dan kekhawatiran masyarakat akan risiko terpapar SARS-CoV-2 apabila
datang ke fasilitas kesehatan. Jurnal Lancet Oncology memperkirakan,
jumlah insiden dan kematian kanker akan jauh meningkat akibat dampak
penundaan skrining dan deteksi dini kanker saat pandemi. Dampak ini bersifat
tidak langsung dengan melonjaknya angka kematian kanker yang terjadi dalam
lima tahun kemudian. Dengan adanya Covid-19, apakah lonjakan
pasien kanker yang diprediksi akan jatuh pada tahun 2030-2040, akan datang
lebih dini? Bisa saja terjadi. Karena itu, diharapkan Pemerintah menaruh
perhatian pada masalah ini dan mengantisipasi prediksi tersebut. Bagi masyarakat, diharapkan partisipasinya
dengan menghindari faktor risiko Covid-19 sekaligus juga menghindari faktor
risiko kanker. Caranya, menginformasikan secara terus-menerus kepada masyarakat
bahwa deteksi dini kanker tetap harus dilakukan. Bagi pasien kanker, kontrol
tahunan harus tetap dijalankan sesuai jadwal. Selamat Hari Kanker Sedunia, rekan tenaga
kesehatan dan sahabat penyintas kanker. Tetap semangat dalam perjuangan! ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar