Minggu, 01 November 2015

Agar Ahok Tidak Kalah dari Aslinya

Agar Ahok Tidak Kalah dari Aslinya

Dahlan Iskan  ;  Mantan CEO Jawa Pos
                                                      JAWA POS, 26 Oktober 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Hari Minggu kemarin pilkada serentak berlangsung di Kolombia. Benar-benar serentak. Mulai gubernur sampai wali kota/bupati.

Wali kota Bogota yang sudah berhenti tahun 2000 lalu, Enrique Penalosa, nyalon lagi sekarang. Dan kelihatannya Enrique akan terpilih lagi.

Cita-cita utamanya dua: dua-duanya tentang angkutan umum. Pertama, mengembalikan kejayaan busway yang dia lahirkan saat jadi wali kota lebih dari sepuluh tahun lalu. Dia menilai busway kurang terurus sejak dia meninggalkan jabatan wali kota. Kedua, dia ingin membuat keputusan cepat untuk jenis angkutan umum lainnya: kereta bawah tanah atau monorel di atas tanah.

Studi dua pilihan itu sudah dilakukan sejak lama. Agar tidak hanya ada busway. Tapi, dua wali kota penggantinya tidak juga membuat keputusan. Selalu saja terombang-ambing oleh dua macam opini publik. Ada yang bilang lebih baik kereta bawah tanah; ada juga yang bilang lebih baik monorel.

Dengan terpilihnya Enrique, ketertinggalan Bogota dari Medellin bisa dihindari. Selama ini dua kota besar di Kolombia tersebut bersaing. Dua-duanya ternyata menang. Bogota dengan busway-nya. Medellin dengan kereta kabel, metrocable.

Dua jenis angkutan umum itu sama-sama jadi tren baru dunia. Yang mengikuti jejak Medellin kian banyak. Bolivia langsung membangun metrocable. Bahkan lebih panjang: 10 km. Tahun lalu sudah selesai. Karakas di Venezuela menyusul. Bahkan, London pun akhirnya ikut: tahun ini mulai membangunnya. Juga 10 km.

Era kereta gantung hanya untuk turis kelihatannya akan berakhir. Zaman kereta gantung hanya untuk mengatasi problem pegunungan mungkin akan lewat. Setelah sukses di Medellin sejak sepuluh tahun lalu, cable car menuju puncak kejayaannya sebagai public transportation.

Biaya pembangunannya pun akan bisa turun drastis. Bisa tinggal sepertiga monorel ringan. Bisa tinggal sekitar USD 5 juta per kilometer. Di Medellin biaya itu mencapai USD 12 juta/km karena medannya yang sangat sulit. Karena itu, opini publik di London riuh sekali ketika ada bocoran biaya pembangunannya mencapai USD 100 juta per km.

“Belum pernah pabrik kereta gantung kebanjiran order seperti sekarang ini,” komentar ahli transportasi perkotaan seperti dikutip media Eropa.

“Ini juga karena kereta gantung tidak menimbulkan polusi.”

Yang mengikuti langkah Bogota dengan busway-nya juga kian banyak. Jakarta di zaman Gubernur Sutiyoso mengikutinya. Waktu tiba di Meksiko dua hari lalu, saya lihat Mexico City juga sudah mulai mengikutinya.

Tentu saya juga merasakan naik busway selama di Bogota. Di sana namanya TransMilenio. Untuk menandai pergantian milenium 15 tahun yang lalu.

Bogota yang macetnya hampir menyaingi Jakarta memang kian mengandalkan busway itu. Rutenya terus diperluas. Sistemnya dipermodern. Integrasi antarmodanya disempurnakan. Apalagi setelah Enrique terpilih lagi ini.

Selama naik TransMilenio itu, saya terus berpikir ide apa yang bisa membuat busway Jakarta bisa mengejarnya. Saya ingat bunyi iklan: adakalanya copy lebih indah dari warna aslinya. Tapi, bisakah busway Jakarta mengalahkan TransMilenio?

Mungkin Pak Ahok bisa menerima ide ini: bangunlah eskalator secara bertahap di terminal-terminal busway. Bisa dimulai di sepuluh terminal dulu. Kalau ini dilakukan, barulah busway Jakarta lebih modern dari TransMilenio Bogota.

Tidak mahal untuk ukuran APBD Jakarta. Tidak usah ragu untuk memberikan fasilitas lebih modern buat rakyat bawah. Seperti Medellin membangun metrocable-nya itu.

Mumpung masyarakat Bogota juga lagi kurang puas dengan kemajuan TransMilenio sekarang ini. Sampai-sampai Enrique si bidan TransMilenio mencalonkan lagi jadi wali kota Bogota.

Enrique sudah beberapa kali ke Jakarta. Sejak tidak jadi wali kota, dia memang jadi konsultan lembaga dunia untuk perbaikan transportasi kota.

Tapi, tampaknya bukan hanya soal TransMilenio yang membuatnya bersemangat menjadi calon wali kota lagi. Enrique gagal di jalur yang lebih tinggi. Dia tidak terpilih saat dua kali maju sebagai calon presiden. Dua-duanya kalah telak oleh Juan Manuel Santos, presiden Kolombia yang sekarang. Padahal, pemilu presiden berikutnya masih empat tahun lagi.

Yang tidak akan bisa dikalahkan busway Jakarta adalah takdir ini: cuacanya. Kota ini berada di ketinggian 2.500 meter dari atas permukaan laut. Jauh lebih tinggi daripada Bandung. Udara seluruh Kota Bogota sejuk sekali. Ini yang tidak bisa dilawan. Saya tidak akan mengusulkan ke Pak Ahok untuk memasang AC di langit Jakarta. Tapi boleh lah dipasang AC di stasiun busway-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar