Episentrum Interaksi Negara-negara Besar
Rene L Pattiradjawane ; Wartawan
Senior Kompas
|
KOMPAS,
18 November 2015
Pertemuan para
pemimpin entitas ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Manila,
Filipina, menjadi berbeda dibandingkan dengan pertemuan tahunan sebelumnya.
Bagi kawasan Asia, APEC menjadi model institusionalisasi kerja sama yang
semakin menghadapi beragam tantangan, termasuk ancaman radikalisme dan
ekstremisme seperti dipertontonkan serangan terkoordinasi di Paris, Perancis,
akhir pekan lalu.
Berbeda dengan ajang
APEC di Beijing, tahun lalu, pertemuan di Manila ini dibayangi berbagai
persoalan yang lebih berat dalam menata kerja sama ekonomi dan perdagangan
melalui mekanisme perdagangan bebas. Dalam skala global, kebangkitan Tiongkok
sebagai kekuatan ekonomi mulai dirasakan dengan berbagai inisiatif baru tanpa
preseden sebelumnya.
Di sisi optimistis,
para pemimpin entitas ekonomi Asia Pasifik memiliki peluang kerja sama dalam
nuansa pembangunan ekonomi, kerja sama politik, ataupun konsolidasi
institusionalisasi mencakup berbagai aspek. Gagasan Tiongkok tentang ”satu
jalan satu sabuk” (OBOR) melalui pembentukan Bank Investasi Infrastruktur
Asia (AIIB) memberikan harapan adanya mekanisme kerja sama multilateral yang
sama sekali baru, meninggalkan struktur multilateralisasi usang Perang
Dingin, seperti Bank Dunia ataupun Dana Moneter Internasional (IMF).
Dicapainya kesepakatan
Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) dimotori Amerika Serikat tanpa mengikutsertakan
Tiongkok, meningkatkan ketergantungan kerja sama ekonomi dan perdagangan yang
lebih rumit dalam mempertahankan kesetimbangan dinamis yang mewarnai
keseluruhan kerja sama regional di kawasan Asia Pasifik.
Di sisi pesimistis,
berkembangnya kerja sama regional dan multilateral ini menghadirkan situasi
meningkatnya ketegangan, khususnya klaim tumpang tindih kedaulatan di kawasan
Laut Tiongkok Selatan sebagai alur laut komunikasi paling penting menopang
pembangunan ekonomi kawasan dan interaksi kerja sama perdagangan yang saling
menguntungkan.
Secara bersamaan,
secara tersamar mencuat potensi kekacauan ketika institusi regional memiliki
kapasitas yang terbatas untuk mencegahnya. Terpecahnya berbagai entitas
ekonomi ke dalam ragam institusi baru, seperti TPP dan AIIB, persoalan pokok
keamanan dan stabilitas kawasan menyeret keseluruhan institusi di kawasan
Asia Pasifik terikat pada persaingan negara-negara besar yang memiliki
agendanya sendiri.
Lingkungan strategis
seperti ini yang akan mewarnai dan menentukan arah stabilitas dan keamanan
kawasan ketika entitas ekonomi dan kepentingan nasional terpecah-pecah ke
dalam blok kepentingan persaingan negara besar. Kita mencatat setidaknya ada
beberapa faktor utama yang akan menentukan langkah-langkah momentum
mempertahankan kepercayaan strategis mengembangkan lebih dalam mekanisme
kerja sama yang saling menguntungkan.
Pertama, tidak
terbantahkan kalau persoalan lingkungan hidup di kawasan Asia Pasifik
memiliki dampak menentukan masa depan pembangunan ekonomi, politik, dan
kemungkinan juga strategis. Masalah lingkungan menjadi persoalan serius
menantang eksistensi dinamika Asia berpotensi merugikan paradigma pertumbuhan
yang cepat sebagai ciri utama kawasan.
Persoalan ini
sekaligus bisa berubah menjadi krisis legitimasi yang bisa menyeret
elite-elite politik berbagai entitas ekonomi di kawasan, menghadapi dilema
memenuhi kebutuhan kesejahteraan nasional berhadapan dengan tuntutan
lingkungan yang ramah bagi keberlangsungan generasi mendatang.
Kedua, terkait
hubungan kerja sama antarnegara, persoalan yang juga mengkhawatirkan adalah
kemampuan berbagai negara di dalam dan luar kawasan untuk membangun
institusi-institusi yang efektif. Tiongkok dan Jepang dalam berbagai
tingkatan mencoba memberikan kepemimpinan kawasan, tetapi sulit merealisasikannya
karena berbagai hal, termasuk ambisi yang terkandung di dalamnya walaupun
intensitas interaksi di antara keduanya terus meningkat.
Apa pun faktor yang
menentukan dinamika Asia Pasifik, kawasan ini menjadi episentrum interaksi
negara besar AS-Tiongkok yang akan memengaruhi evolusi sistem global abad
ke-21. Berbagai perubahan dunia dimulai di kawasan baik melalui APEC ataupun
institusi regional dan multilateral lainnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar