Jumat, 05 Juni 2015

Kota Ramah Warga Usia Lanjut

Kota Ramah Warga Usia Lanjut

Nirwono Joga  ;   Koordinator Gerakan Indonesia Menghijau
KORAN TEMPO, 04 Juni 2015


                                                                                                                                                           
                                                
Indonesia memiliki jumlah penduduk berusia lanjut (uslan, sebagai koreksi dari singkatan lansia) sebanyak 25 juta orang dan akan terus naik seiring dengan meningkatnya taraf hidup, kualitas kesehatan, pertambahan penduduk, dan peningkatan usia harapan hidup. Kita merayakan Hari Lansia Nasional pada 29 Mei lalu sebagai wujud kepedulian dan penghormatan kepada warga berusia lanjut. Ini momentum untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan meningkatkan kesejahteraan kehidupan uslan, mengkaji dampak menuanya penduduk terhadap pembangunan, dan mengembangkan potensi warga uslan.

Dukungan pemerintah ditunjukkan dalam bentuk legalisasi UU Nomor 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia dan Keppres Nomor 52/2004 tentang pembentukan Komisi Nasional Perlindungan Penduduk Lanjut Usia (Komnas Lansia), serta penyusunan Rencana Aksi Nasional Lansia.

Indonesia dihadapkan pada ancaman ledakan jumlah penduduk uslan. Badan Kesehatan Dunia memperkirakan peningkatan populasi uslan di dunia mencapai 2 miliar (22 persen, 2020) dan di wilayah Asia Tenggara dari 8 persen (2012), 12 persen (2025), dan lebih dari 20 persen (2050).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2011) mencatat jumlah uslan bertambah rata-rata 450 ribu orang per tahun. Jumlah uslan terus meningkat tajam dari 2 juta orang (1970), 12,7 juta orang (1990), 14,4 juta orang (2000), 19,5 juta orang (2008), 23,99 juta orang (2012), dan 28,9 juta orang (2020).

Sedangkan data dari Kementerian Kesehatan (2011) mencatat bahwa jumlah penduduk uslan 11,3 juta orang (6,4 persen, 1990), meningkat menjadi 15,3 juta jiwa (7,4 persen, 2000), 24 juta (9,77 persen, 2010), dan diproyeksikan menjadi 28,8 juta jiwa (11,34 persen, 2020).

Selama 40 tahun (1970-2010), pertambahan jumlah uslan bertambah 10 kali lipat, sedangkan jumlah penduduk hanya bertambah dua kali lipat. Sebanyak 57 persen tinggal di pedesaan dan 54 persennya adalah wanita.

Jumlah perempuan uslan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Penyebabnya, usia harapan hidup perempuan di Indonesia (71 tahun), sedangkan laki-laki (67 tahun). Ada 10,4 juta jiwa uslan perempuan dan 8,8 juta uslan laki-laki (Data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas, 2009).

Jumlah uslan diperkirakan mencapai 28,82 juta jiwa (11,34 persen, 2020) dan 60 juta jiwa (2050), setara dengan gabungan jumlah penduduk sekarang di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Semakin banyak perubahan pedesaan menjadi perkotaan membuat warga uslan di perkotaan turut meningkat. Peningkatan jumlah uslan akan berdampak luas bagi kota, dari politik, ekonomi, sosial-budaya, hingga lingkungan.

Dengan angka rasio ketergantungan penduduk uslan terus meningkat dari 12,2 persen (2005) menjadi 13,3 persen (2009), itu berarti setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 13 uslan. Peningkatan jumlah penduduk uslan perlu diantisipasi dengan membangun infrastruktur dan pelayanan publik yang ramah uslan.

Badan Kesehatan Dunia mendorong pemberian layanan khusus dan posisi terhormat bagi warga uslan. Fasilitas publik dibuat ramah dan adaptif terhadap keterbatasan uslan. Keluarga dituntut untuk memahami perilaku dan perawatan uslan.

Uslan dilibatkan untuk pekerjaan yang tidak membutuhkan tenaga besar, berisiko kecil, dan lokasi dekat rumah. Lingkungan sekitar diupayakan membuat uslan tetap berkarya di usia senja. Masyarakat diberdayakan membantu uslan, mengkampanyekan pentingnya kesehatan uslan, mencegah penyakit, dan mengelola penyakit degeneratif seperti penyakit sendi, tekanan darah tinggi, katarak, stroke, dan jantung (Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, 2007).

Semakin dini masyarakat mengadopsi gaya hidup sehat sejak muda, semakin besar kesempatan mereka menikmati masa tua yang bahagia, sehat, mandiri, dan produktif sesuai dengan kapasitasnya.

Kota memberikan kemudahan uslan mengakses langsung online atau datang ke pusat kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, klinik, rumah sakit, dan apotik. Fasilitas pelayanan kesehatan menyediakan tenaga medis dan paramedis yang dilatih dasar-dasar gerontologi dan geriatri, infrastruktur ramah uslan (toilet uslan, lantai tidak licin, penerangan cukup, kursi ergonomis), kursi roda, dan klinik pemeriksaan khusus uslan sehingga tidak perlu antre lama.

Kemudahan akses uslan ke tempat ibadah dan fasilitas kegiatan ibadah bersama untuk pengajian atau kebaktian. Pemerintah kota memasukkan warga uslan dalam daftar calon penghuni taman pemakaman umum, serta bekerja sama dengan pihak rumah sakit, yayasan, dan pengelola rumah ibadah dalam mempercepat proses persiapan, pelaksanaan hingga pemakaman, jika ada uslan yang wafat.

Taman-taman kota dibuat ramah uslan untuk kegiatan relaksasi, refleksi, olahraga ringan, atau berinteraksi dengan komunitas (senam jantung, terapi kesehatan, jalan pagi, konseling).

Penuaan adalah proses alami yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Hidup sehat hingga uslan dapat dimulai dari lingkungan terkecil, keluarga dan rumah sehat, lingkungan sehat, serta didukung oleh sistem kota yang ramah uslan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar