Opini
Digital :
Goes
to Kampus, Goes to Perpus!
|
Sebenarnya sudah cukup lama ide “Opini Digital Goes to
Kampus” ini muncul di kepala saya. Tapi entah mengapa baru saat ini saya bisa
menuliskannya. Ide ini bermula ketika
saya hendak menghentikan kegiatan posting artikel-artikel Opini di blog
pribadi saya. Maklum, saya ingin menikmati hari-hari tua saya dengan membaca
dan menulis. Lalu muncul ide tersebut. Dan saya berniat sebelum saya benar-benar
menghentikan kegiatan posting artikel Opini maka saya harus terlebih dahulu
mempublikasikan ide tersebut. Terserah, apakah nantinya ide tersebut dapat diterima
dan diwujudkan atau sebaliknya ia hanya masuk ke keranjang sampah.
Idenya begini.
Seperti terlihat pada judul tulisan ini saya ingin sekali kampus-kampus dan
perpustakaan-perpustakaan umum di Indonesia mempunyai koleksi artikel-artikel
opini digital, terutama yang terkait dengan kehidupan bangsa kita. Tujuannya
adalah agar para dosen, mahasiswa, dan masyarakat umum dapat memanfaatkan secara
maksimal artikel-artikel opini tersebut untuk kepentingan pendidikan. Untuk
kepentingan pembelajaran. Lalu, bagaimana kira-kira cara untuk mewujudkan
gagasan tersebut? Caranya kurang-lebih
sama dengan yang saya lakukan saat ini.
Saat ini saya
menawarkan file koleksi artikel opini saya (2012 sd 2017) kepada otoritas
kampus dan perpustakaan umum, dosen atau siapapun yang bisa meyakinkan saya
bahwa file tersebut akan dimanfaatkan secara maksimal sesuai tujuan untuk
keperluan pendidikan, pembelajaran. Saya akan senang sekali seandainya pihak
kampus atau perpustakaan umum penerima file opini tersebut bersedia
memberikan biaya ongkir flashdisk kepada saya. Mungkin jumlahnya sekitar Rp
20 ribu saja untuk biaya ongkir bolak-balik. Satu hal yang membuat saya
merasa bahagia adalah meskipun saya memberikan seluruh koleksi artikel opini
kepada banyak kampus dan perpustakaan umum, namun koleksi artikel opini saya
masih tetap utuh.
Salah satu
kelemahan koleksi artikel saya adalah karena ia hanya merupakan hasil dari “proyek
sampingan” saya. Saya membayangkan kalau “proyek” tersebut dikerjakan secara
lebih serius (profesional) dan melibatkan banyak relawan komunitas pecinta
artikel opini yang masih “fresh”. Seandainya
apa yang saya bayangkan tersebut menjadi kenyataan, dapat dipastikan hasilnya
pasti akan sangat sangat memuaskan. Setiap artikel pasti memuat alamat URL
sebagai rujukan. Jumlah artikel opini yang dikoleksi per hari pasti akan
lebih banyak, termasuk artikel dengan referensi di luar negeri. Selain itu,
selain judul dan penulis, nama file artikel pasti akan dilengkapi dengan
indeks (tags) yang lebih teratur dan mampu memberikan kenyamanan akses bagi
para penggunanya (users). Pun seandainya artikel opini nantinya akan
disajikan secara online, pasti media online tersebut akan didesain dan
dikelola secara professional. Contohnya, jadwal tayang online akan bisa
disajikan secara on time.
Salah satu manfaat
dari proyek opini digital adalah ia bisa menjadi arsip kumulatif yang
terus-menerus bertambah dari tahun ke tahun. Sebagai arsip digital tentu saja
ia dapat dimanfaatkan dengan mudah untuk keperluan penelitian. Seandainya
proyek “Opini Digital” ini sudah ada sejak lama mungkin kita akan dengan
sangat mudah mengakses artikel-artikel tentang pergulatan pemikiran dalam Polemik Kebudayaan (1930- an), Sekularisasi dan Pluralisme (1970-an),
dan Ekonomi Pancasila (1980-an)
yang sangat fenomenal di Indonesia.
Tentu ada banyak
jalan untuk mencapai sesuatu yang kita cita-citakan. Tulisan ini saya buat
antara lain untuk mengundang siapa saja yang tertarik dengan proyek “Opini Digital : Goes to Kampus, Goes to
Perpus!” untuk mendiskusikan beberapa pilihan “jalan terbaik”. Yang ada
di kepala saya saat ini selain melibatkan mereka yang bekerja secara
profesional untuk keperluan operasional, proyek juga semestinya melibatkan
para pelanggan tetap artikel opini sebagai kontributor finansial dan juga
relawan komunitas pecinta opini sebagai narasumber data dan informasi yang
diperlukan untuk pengelolaan dan pengembangan proyek.
Kalau harian Kompas
menawarkan layanan akses “Kompas Digital Premium” dengan tarif 50 ribu rupiah
per bulan, saya berharap para pelanggan “Opini Digital” yang memberikan
donasi 50 ribu rupiah per bulan bisa menikmati koleksi artikel opini tiap
hari selama satu bulan (diperkirakan akan tersedia ratusan file artikel opini
per bulan). Selain donasi dari para pelanggan tentu ide tentang “monetisasi
web resmi opini” bisa pula dipertimbangkan sebagai sumber finansial. Keberadaan sumber finansial tersebut tentu
sangat penting untuk menunjang kegiatan proyek. Dengan demikian diharapkan
pelanggan bisa mendapatkan pelayanan terbaik dan paling tidak setelah tutup
tahun perpustakaan kampus dan perpustakaan umum bisa mendapatkan tambahan
koleksi tahunan artikel opini yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pendidikan di kampus dan juga untuk layanan publik.
Harus diakui bahwa
ide proyek layanan opini digital tersebut masih sangat mentah dan lemah. Justru karena itulah saya mengundang para
pecinta artikel opini untuk mendiskusikan lebih lanjut proyek tersebut,
mungkin nanti dalam sebuah grup whattsap. Sebagai langkah awal, saya juga ingin mengundang
para rektor dan otoritas di perguruan tinggi untuk membantu saya men-deliver koleksi artikel opini yang
telah diposting di blog ini (http://budisansblog.blogspot.com/)
untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal di perpustakaan kampus.
Proyek “Opini Digital : Goes to Kampus, Goes to
Perpus” mungkin masih merupakan Mimpi. Tapi memenuhi keinginan agar setiap
warga kampus bisa meng-copy dan memanfaatkan koleksi artikel opini saya
(sekitar 30 ribuan artikel sejak 2012) dengan percuma mungkin hanya
membutuhkan jawaban “Ya atau Tidak” dari pejabat atau otoritas di kampus. Bila tertarik dengan undangan saya, silakan
kirim pesan email ke budisan_2005@yahoo.com atau SMS/pesan Whatsapp ke 08156256550. Anda bisa juga melempar komentar di laman
ini. ●
|
Kereeeen, bagus sekali
BalasHapus