Perusahaan
adalah Lembaga Pendidikan
Hasanudin Abdurakhman ; Cendekiawan; Penulis;
Kini menjadi seorang profesional di perusahaan Jepang di Indonesia
|
DETIKNEWS, 27 Maret 2017
Bagaimana kita melihat perusahaan tempat kita bekerja? Itu
adalah tempat yang kita datangi pagi-pagi, dan kita tinggalkan saat petang,
atau malam hari. Di situ kita menerima perintah-perintah, untuk kita
laksanakan. Dari situlah kita mendapat upah, untuk menafkahi keluarga kita.
Perusahaan ini milik seseorang, atau sejumlah orang.
Mereka menanamkan modal, mempekerjakan orang-orang, memproduksi barang dan
jasa, dan mendapat untung dari situ. Para pengusaha itu menjadi kaya dengan
keuntungan yang diperoleh dari perusahaan. Maka, tak jarang kita melihat diri
kita sebagai orang-orang yang bekerja untuk membuat orang lain kaya. Kita
bahkan sering diperas agar mereka lebih kaya lagi.
Bagaimana para pengusaha melihat perusahaan mereka?
Mungkin banyak juga yang melihatnya dengan cara yang sama dengan sudut
pandang di atas. Perusahaan adalah alat untuk mengumpulkan uang
sebanyak-banyaknya. Bila diperlukan, tekan gaji pekerja dan minimalkan
fasilitas untuk mereka, agar keuntungan yang didapat lebih besar.
Mari kita lihat, bagaimana posisi perusahaan-perusahaan
asing bagi negara mereka. Apa fungsi Mitsubishi, Hitachi, Mitsui, dan
lain-lain bagi Jepang? Mereka adalah pilar negara. Perusahaan-perusahaan itu
menyediakan berbagai produk teknologi yang dipakai untuk menopang kehidupan.
Berbagai barang kebutuhan, baik yang merupakan kebutuhan fundamental maupun
hiburan mereka sediakan. Bahkan berbagai barang untuk pertahanan dan
keselamatan negara juga mereka sediakan.
Mereka juga adalah mesin-mesin penggerak ekonomi negara.
Mereka membeli bahan baku, memprosesnya menjadi barang lain, lalu menjualnya
untuk menghasilkan keuntungan. Dengan cara itulah ekonomi negara dihidupkan.
Ada jutaan orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan
itu, dengan berbagai latar belakang pendidikan. Mereka bergabung di usia
muda, mendapat berbagai latihan, dan melalui itu ilmu serta keterampilan
mereka meningkat. Ada pula yang melakukan berbagai penelitian, lalu menemukan
berbagai ilmu dan teknologi baru.
Kenapa berbeda betul gambarannya dengan perusahaan
Indonesia tadi? Sebenarnya tidak berbeda. Saya hanya menuliskannya dalam
sudut pandang yang berbeda, untuk memberi gambaran betapa pentingnya sudut
pandang itu. Kita akui atau tidak dalam sudut pandang kita sebagai karyawan,
atau sudut pandang pengusaha, perusahaan tetap menjalankan fungsi-fungsi
tadi. Hanya saja, sudut pandang yang kita pilih akan mengubah perilaku kita
terhadap perusahaan, baik dalam posisi kita sebagai karyawan maupun
pengusaha.
Coba kita lihat perusahaan sebagai sebuah lembaga
pendidikan, sebuah sudut pandang yang jarang dianut orang. Seperti dijelaskan
di atas, perusahaan berperan mendidik orang, membuat mereka lebih terampil,
lebih ahli, dan bahkan menghasilkan pengetahuan yang belum pernah ada
sebelumnya.
Dengan sudut pandang itu, apa perilaku yang kita pilih?
Sebagai karyawan kita akan mengisi hari-hari kita dengan belajar, untuk jadi
lebih terampil dan lebih ahli lagi. Kita akan mencari kesempatan untuk
belajar, bahkan, kita menciptakan berbagai kesempatan untuk belajar. Tidak
hanya itu. Kita juga aktif mendidik orang-orang, terutama bawahan kita,
membagikan ilmu dan keterampilan kita, agar mereka juga tumbuh menjadi lebih
terampil dan lebih ahli.
Bagaimana dengan pengusaha? Mereka akan menyediakan
sejumlah dana untuk membiayai berbagai kegiatan pendidikan untuk karyawan.
Tapi, bukankah itu akan mengurangi penghasilan mereka? Secara jangka pendek,
iya. Tapi dalam jangka panjang, keterampilan dan keahlian yang meningkat pada
karyawan akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Tidak hanya itu,
perusahaan akan berkembang menjadi lebih inovatif, dan tumbuh lebih cepat.
Secara jangka panjang pengembangan sumber daya manusia adalah investasi.
Tidakkah itu idealita yang hanya indah di atas kertas?
Tidak. Karena itulah yang terjadi dengan perusahaan-perusahaan Jepang yang
digambarkan di atas. Tidak hanya Jepang, tentu saja, semua perusahaan di
berbagai negara seperti itulah cara berpikirnya. Kalau kita tidak mengambil
sudut pandang itu, maka kita akan jalan di tempat sambil melakukan destruksi
secara mutual.
Banyak perubahan besar terjadi karena perubahan pola pikir
atau mindset. Sebenarnya, tidak ada perubahan besar yang tidak dimulai dari
perubahan pola pikir. Maka, kita semua harus mengubah pola pikir kita,
kemudian mengubah perilaku (attitude) kita terhadap perusahaan.
Perusahaan bukan sekadar tempat cari makan atau tempat
cari untung. Perusahaan adalah pilar yang memastikan negara dan bangsa ini
tetap tegak. Ia memastikan bagaimana anak cucu kita kelak akan berdiri di tengah
bagsa-bangsa lain. Memfungsikan perusahaan sebagai sebuah lembaga pendidikan
adalah sebuah keharusan dalam perspektif itu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar