Dari Oprah hingga
Sarah
Garin Nugroho ; Sutradara
Film, Kolumnis “Udar Rasa”
Kompas
|
KOMPAS,
09 Februari 2014
”Bicara itu
murah”. Demikian olok-olok para pakar komunikasi. Tak heran acara
bincang-bincang menjadi primadona acara di televisi-televisi Indonesia,
terlebih ketika kebebasan bicara menjadi euforia terbesar hidup berbangsa.
Dengan kata
lain, keberanian bicara menjadi primadona utama komunikasi berbangsa. Hal ini
didukung kenyataan bahwa masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat baca dan
tulis, melainkan kini masuk dalam alfabet televisi. Jangan heran, sebagian
besar cara berpikir, bertindak, dan bereaksi bangsa ini terhadap tokoh
politik dan berbagai peristiwa dibentuk oleh televisi. Inilah era masyarakat
televisi.
Oleh karena
itu, menjadi menarik menyimak bincang-bincang di televisi Indonesia.
Mengingat, bincang-bincang menjadi representasi baik-buruk dan kekacauan
wajah demokratisasi Indonesia. Bincang-bincang membawa jawaban atas
pertanyaan: apakah kebebasan bicara sudah disertai pengetahuan, keterampilan,
dan etika yang menjadi prasyarat dialog yang beradab?
Televisi
adalah media yang kekuatan komunikasinya dibawa oleh karakterisasi seseorang,
baik itu pembawa berita, pemandu bincang-bincang, bintang sinetron, maupun
pemandu program musik atau bola. Berbeda dengan berita utama dari surat kabar
yang nama dan sosok seseorang yang menulis tidaklah terlalu penting.
Sosok yang
paling fenomenal, yang telah dicatat majalah Forbes sebagai wanita paling berpengaruh di
dunia adalah Oprah Winfrey. Pemandu bincang-bincang ini telah memandu lebih
dari 4.500 episode, ditonton lebih dari 150 negara dengan penonton lebih dari
40 juta setiap minggu. Dalam perayaan ke-25 tahun program bincang-bincangnya,
begitu banyak tokoh selebritas dunia hadir. Bintang film Tom Hanks memberi
sambutan yang mampu merepresentasikan kultur bincang-bincang yang dibangun
Oprah: ”Kamu dikelilingi oleh cinta... kamu dikelilingi oleh manusia dari 150
negara yang mampu mengatakan: kalian semua punya kekuatan. Kamu membuka dan
memperkuat kehidupan di luar batas batas kebangsaan.”
Dengan begitu,
Oprah tidak hanya menghibur dan memberi informasi, tetapi juga membagi kisah
kehidupan, mentransformasi luka kehidupan dengan kebajikan, mendorong
keberanian menjalani hidup, melakukan transformasi lebih berkualitas
sekaligus berbagi dan membuka kehidupan.
Oleh karena
itu, layaknya arti kata moderator, Oprah menjalankan dirinya sebagai medium
moderasi untuk tamu-tamunya. Oprah tidaklah memamerkan keintelektualan
dirinya, melakukan pameran kemampuan debat, ataupun intimidasi dan
penyerangan kata. Oprah menjadikan tamu-tamunya mampu berkisah dan berbagi
kisah yang membuka kehidupan.
Oleh karena
itu, sungguh menyedihkan, melihat bincang-bincang Indonesia yang lebih
sebagai pameran bicara dan intelektual pemandu acara daripada tamunya serta
menjadikan tamu bincang-bincang tidak mampu bicara serta disudutkan untuk
dibodohkan. Lebih celaka lagi, pembodohan para tamu yang lemah disebar ke
Twitter, sementara tamu-tamu yang memang memiliki kekuasaan seperti presiden
cenderung tidak mendapat intimidasi.
Catatan
terhadap Oprah menunjukkan suatu hal penting, yakni bahwa sebuah
bincang-bincang yang berhasil senantiasa memiliki kultur sendiri, gabungan
antara konsep dan personalitas pemandu.
Sekiranya saya
harus memilih bincang-bincang favorit, maka saya memilih bincang-bincang yang
bertajuk dan dipandu Sarah Sechan. Ia tidak cenderung pameran kecerdasan dan
perdebatan untuk membodohkan tamunya, tetapi kecerdasan menjadi bagian
karakternya untuk menghidupkan tamu dan dialognya dengan penonton secara
segar dan bersahaja.
Pada akhirnya,
memang, bicara itu murah, maka program bincang-bincang akan selalu menjadi
alternatif program murah yang memungkinkan populer. Namun, televisi akan
menjadi murahan, sekiranya, kebebasan bicara tidak disertai keterampilan,
pengetahuan serta etika dan personalitas pembawa acara. Yang muncul hanya
tontonan bincang yang ramai dan sensasional karena memang masalahnya
sensasional. Namun, sesungguhnya ia tidak membuka kehidupan apa pun. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar