Senin, 24 Februari 2014

Mengatasi Kesulitan Hidup

Mengatasi Kesulitan Hidup

Sawitri Supardi Sadarjoen  ;   Penulis Rubrik Konsultasi Psikologi Harian Kompas, Dekan Fakultas Psikologi Universitas YARSI
KOMPAS,  23 Februari 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                                                                                       
Kesulitan hidup manusia dapat digolongkan menjadi beberapa. Pertama, kesulitan yang bersifat katastrofik, saat kita tiba-tiba, tanpa diduga, harus mengatasi kesulitan akibat gunung meletus atau banjir bandang. Bencana ini melanda kehidupan keseharian yang sudah terasa mapan dan sejahtera.
Kedua, kesulitan sebagai akibat tahap perkembangan jiwa yang harus kita lalui, seperti peralihan tahap perkembangan jiwa dari masa dewasa ke usia pensiun, dengan berbagai penyesuaian yang harus kita lalui.

Ketiga, kesulitan yang secara aktual kita hadapi dalam keseharian kita, seperti tiba-tiba hujan deras dan kita harus melalui jalan yang macet karena berlimpahnya kendaraan di jalan raya. Marah, kesal, jengkel melanda diri kita, sementara hidup harus berlanjut. Tanyalah kepada diri sendiri, apakah kita akan membuat diri kita terpaku tanpa daya dan upaya untuk mengatasinya hingga ajal menjemput?

Suatu ketika setiap orang akan mengalami kehilangan yang amat sangat, saat orang yang sangat kita cintai dan tempat kita berlindung tiba-tiba meninggal dunia karena kecelakaan, misalnya. Pada situasi ini kita benar-benar mengalami shock mental yang tak terkira beratnya. Ini adalah satu contoh kesulitan katastrofik karena tak terduga.

Untuk itu, seorang pakar psikologi klinis dari Amerika, Dr Zoppo, menyatakan, yang paling penting adalah jangan membiarkan diri berada dalam keadaan terpuruk. Jadi, sebenarnya kita bisa melakukan sesuatu yang menolong diri kita untuk melalui situasi buruk tersebut.

Apa saja kiranya yang bisa kita lakukan saat menyadari keterpurukan kita?

1. Biarkan diri kita untuk bersedih sejenak

Menangislah sepuas hati, jangan menahan kesedihan hati. Melalui derai air mata, kita tidak hanya membuat diri kita mengasihani diri, tetapi juga menangis adalah merupakan ungkapan emosi yang harus dikeluarkan.

Dengan menangis, beban di bahu kita terlepas dan tubuh kita menjadi lebih ringan rasanya. Tangisan ternyata merupakan pembuka lapisan pertahanan diri dari aspek kesadaran manusia, dengan menangis akhirnya kita mampu menerima kenyataan akan hilangnya sosok pengayom dalam kehidupan kita.

2. Hadapilah tantangan yang ada di depan mata

Hambatan lain untuk menuju pada kesehatan mental adalah kecenderungan untuk melarikan diri dari kenyataan dengan cara melakukan tindakan tidak produktif, bahkan justru menghancurkan diri, seperti mengisi kekosongan perasaan karena kehilangan figur pengayom dengan cara mabuk-mabuk, minum minuman keras, main judi, atau makan terus tanpa kendali.

Untuk mengatasi hal itu, seyogianya kita menilai diri, kenapa kita lebih mengutamakan melarikan diri dari kesulitan? Bukankah kita seharusnya menjadikan kesulitan tersebut sebagai tantangan yang harus kita hadapi.

Prof De Kolk dari Boston menyarankan beberapa kiat di bawah ini. ”Adalah sangat penting bagi kita untuk mengerahkan perhatian kita kepada hal lain selain kesulitan kita”.

Oleh karena itu, pertimbangkanlah berbagai kiat berikut ini.

a. Bergabunglah dengan kelompok kegiatan sosial yang bermaksud memberikan dukungan bagi orang-orang yang terlibat kesulitan dalam kehidupannya. Mengapa? Karena Anda membutuhkan kawan berbincang-bincang dan kawan bincang yang paling efektif adalah orang-orang yang telah mampu mengatasi kesulitannya.

b. Baca, carilah bacaan yang inspiratif karena isi bacaan tersebut akan membuat Anda rileks dan memungkinkan Anda mendapatkan inspirasi cara penyelesaian kesulitan.

c. Buat sebuah diary, banyak orang mendapatkan rasa nyaman dengan menuliskan pengalaman-pengalaman buruknya. Dengan demikian, diary tersebut justru akan membuat Anda memperoleh pertolongan dari diri sendiri.

d. Rencanakan suatu perjalanan/aktivitas tertentu. Dengan ide tersebut, Anda bisa berharap ada sesuatu di masa depan yang akan membuat Anda menjadi segar kembali. Mungkin saja rencana tersebut sebenarnya ide yang tertunda pelaksanaannya karena tiba-tiba Anda menghadapi musibah.

e. Pelajari keterampilan baru, misalnya hobi baru atau jenis olahraga baru. Keterampilan baru membuat gairah hidup Anda muncul kembali.

f. Hadiahilah diri Anda dengan sesuatu yang Anda inginkan. Mungkin hanya dengan melakukan hal yang sederhana, seperti bangun lebih pagi, mandi, dan cuci rambut dengan air hangat yang nyaman di tubuh, siapkan sarapan yang lain daripada biasanya, maka hal terebut akan menjadikan hadiah diri yang membuat fisik terasa nyaman.

g. Olahraga ringan dengan teratur akan membuat fisik juga terasa segar dan kesegaran fisik akan berpengaruh pada kesegaran mental pula.

3. Keluarlah dari kungkungan diri sendiri

Setelah sempat membiarkan diri sedih dan menangis sepuasnya, keluarlah dari kungkungan mengasihani diri sendiri. Mulailah membuka pandangan bahwa banyak orang yang kondisinya lebih buruk dari diri kita. Bergabunglah dengan lembaga sosial untuk memberikan bantuan kepada orang lain. Dengan membantu orang lain, pikiran kita akan diisi oleh hal lain daripada terpuruk berlanjut dengan kesulitan kita sendiri.

4. Lebih bersikap sabar terhadap diri

Dengan memberikan jeda waktu yang memadai, sambil melakukan upaya mengatasi permasalahan diri, maka upaya pemulihan ketenangan dan kesehatan mental kita pun akan semakin mantap.

Akhirul kata, pilihlah kiat yang sesuai dengan kondisi mental, sosial, dan fisik kita demi percepatan perolehan solusi dari kesulitan hidup yang kita alami. Kehidupan harus terus berjalan. Bravo!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar