Mengatasi
Kesulitan Hidup
Sawitri
Supardi Sadarjoen ; Penulis Rubrik Konsultasi Psikologi Harian
Kompas, Dekan Fakultas Psikologi Universitas YARSI
|
KOMPAS,
23 Februari 2014
Kesulitan hidup manusia dapat digolongkan menjadi beberapa.
Pertama, kesulitan yang bersifat katastrofik, saat kita tiba-tiba, tanpa
diduga, harus mengatasi kesulitan akibat gunung meletus atau banjir bandang.
Bencana ini melanda kehidupan keseharian yang sudah terasa mapan dan
sejahtera.
Kedua, kesulitan sebagai akibat tahap perkembangan jiwa yang
harus kita lalui, seperti peralihan tahap perkembangan jiwa dari masa dewasa
ke usia pensiun, dengan berbagai penyesuaian yang harus kita lalui.
Ketiga, kesulitan yang secara aktual kita hadapi dalam
keseharian kita, seperti tiba-tiba hujan deras dan kita harus melalui jalan
yang macet karena berlimpahnya kendaraan di jalan raya. Marah, kesal, jengkel
melanda diri kita, sementara hidup harus berlanjut. Tanyalah kepada diri
sendiri, apakah kita akan membuat diri kita terpaku tanpa daya dan upaya
untuk mengatasinya hingga ajal menjemput?
Suatu ketika setiap orang akan mengalami kehilangan yang amat
sangat, saat orang yang sangat kita cintai dan tempat kita berlindung
tiba-tiba meninggal dunia karena kecelakaan, misalnya. Pada situasi ini kita
benar-benar mengalami shock mental yang tak terkira beratnya. Ini adalah satu
contoh kesulitan katastrofik karena tak terduga.
Untuk itu, seorang pakar psikologi klinis dari Amerika, Dr
Zoppo, menyatakan, yang paling penting adalah jangan membiarkan diri berada
dalam keadaan terpuruk. Jadi, sebenarnya kita bisa melakukan sesuatu yang
menolong diri kita untuk melalui situasi buruk tersebut.
Apa saja kiranya yang bisa kita lakukan saat menyadari
keterpurukan kita?
1. Biarkan diri kita untuk bersedih sejenak
Menangislah sepuas hati, jangan menahan kesedihan hati. Melalui
derai air mata, kita tidak hanya membuat diri kita mengasihani diri, tetapi
juga menangis adalah merupakan ungkapan emosi yang harus dikeluarkan.
Dengan menangis, beban di bahu kita terlepas dan tubuh kita
menjadi lebih ringan rasanya. Tangisan ternyata merupakan pembuka lapisan
pertahanan diri dari aspek kesadaran manusia, dengan menangis akhirnya kita
mampu menerima kenyataan akan hilangnya sosok pengayom dalam kehidupan kita.
2. Hadapilah tantangan yang ada di depan mata
Hambatan lain untuk menuju pada kesehatan mental adalah
kecenderungan untuk melarikan diri dari kenyataan dengan cara melakukan
tindakan tidak produktif, bahkan justru menghancurkan diri, seperti mengisi
kekosongan perasaan karena kehilangan figur pengayom dengan cara mabuk-mabuk,
minum minuman keras, main judi, atau makan terus tanpa kendali.
Untuk mengatasi hal itu, seyogianya kita menilai diri, kenapa
kita lebih mengutamakan melarikan diri dari kesulitan? Bukankah kita
seharusnya menjadikan kesulitan tersebut sebagai tantangan yang harus kita
hadapi.
Prof De Kolk dari Boston menyarankan beberapa kiat di bawah ini.
”Adalah sangat penting bagi kita untuk mengerahkan perhatian kita kepada hal
lain selain kesulitan kita”.
Oleh karena itu, pertimbangkanlah berbagai kiat berikut ini.
a. Bergabunglah dengan kelompok kegiatan sosial yang bermaksud
memberikan dukungan bagi orang-orang yang terlibat kesulitan dalam
kehidupannya. Mengapa? Karena Anda membutuhkan kawan berbincang-bincang dan
kawan bincang yang paling efektif adalah orang-orang yang telah mampu
mengatasi kesulitannya.
b. Baca, carilah bacaan yang inspiratif karena isi bacaan tersebut
akan membuat Anda rileks dan memungkinkan Anda mendapatkan inspirasi cara
penyelesaian kesulitan.
c. Buat sebuah diary, banyak orang mendapatkan rasa nyaman
dengan menuliskan pengalaman-pengalaman buruknya. Dengan demikian, diary
tersebut justru akan membuat Anda memperoleh pertolongan dari diri sendiri.
d. Rencanakan suatu perjalanan/aktivitas tertentu. Dengan ide
tersebut, Anda bisa berharap ada sesuatu di masa depan yang akan membuat Anda
menjadi segar kembali. Mungkin saja rencana tersebut sebenarnya ide yang
tertunda pelaksanaannya karena tiba-tiba Anda menghadapi musibah.
e. Pelajari keterampilan baru, misalnya hobi baru atau jenis
olahraga baru. Keterampilan baru membuat gairah hidup Anda muncul kembali.
f. Hadiahilah diri Anda dengan sesuatu yang Anda inginkan.
Mungkin hanya dengan melakukan hal yang sederhana, seperti bangun lebih pagi,
mandi, dan cuci rambut dengan air hangat yang nyaman di tubuh, siapkan
sarapan yang lain daripada biasanya, maka hal terebut akan menjadikan hadiah
diri yang membuat fisik terasa nyaman.
g. Olahraga ringan dengan teratur akan membuat fisik juga terasa
segar dan kesegaran fisik akan berpengaruh pada kesegaran mental pula.
3. Keluarlah dari kungkungan diri sendiri
Setelah sempat membiarkan diri sedih dan menangis sepuasnya,
keluarlah dari kungkungan mengasihani diri sendiri. Mulailah membuka
pandangan bahwa banyak orang yang kondisinya lebih buruk dari diri kita.
Bergabunglah dengan lembaga sosial untuk memberikan bantuan kepada orang
lain. Dengan membantu orang lain, pikiran kita akan diisi oleh hal lain
daripada terpuruk berlanjut dengan kesulitan kita sendiri.
4. Lebih bersikap sabar terhadap diri
Dengan memberikan jeda waktu yang memadai, sambil melakukan
upaya mengatasi permasalahan diri, maka upaya pemulihan ketenangan dan
kesehatan mental kita pun akan semakin mantap.
Akhirul kata, pilihlah kiat yang sesuai dengan kondisi mental,
sosial, dan fisik kita demi percepatan perolehan solusi dari kesulitan hidup
yang kita alami. Kehidupan harus terus berjalan. Bravo! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar