Kesadaran
Benih Kebijaksanaan
Supriyadi ; Direktur
Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Kemenag
|
MEDIA
INDONESIA, 10 Mei 2017
PADA 11 Mei
2017, umat Buddha akan memperingati hari besar keagamaan, yaitu Waisak. Pada
Waisak, umat Buddha diingatkan kembali terhadap tiga peristiwa penting dalam
kehidupan Buddha Gotama, yang terjadi pada purnama di bulan Waisak, yaitu:
Pangeran Siddharta lahir pada 623 SM, petapa Gotama mencapai penerangan Agung
pada 588 SM, dan Buddha Gotama mencapai Parinibbana pada 543 SM. Dengan
mengingat kembali ketiga peristiwa agung itu, umat Buddha diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman terhadap makna perjuangan Pangeran Sidharta dalam
mencapai kesempurnaan hidup untuk kebahagiaan semua makhluk.
Sudah barang
tentu dalam memaknai hari besar Waisak, setiap umat Buddha diharapkan dapat
benar-benar memperdalam pengertian, makna, dan tujuan peringatan Waisak itu,
terutama dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Hal ini penting karena Buddha Dhamma diajarkan Guru Agung Buddha
Gotama untuk kebahagiaan semua makhluk.
Patut untuk
disadari bahwa manusia dalam kehidupan akan terikat oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersumber dari Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu,
nilai-nilai kemanusiaan itu harus terpelihara dengan baik dalam diri setiap
orang. Namun, kenyataannya, tidak jarang nilai-nilai kemanusiaan itu dinodai
upaya pertentangan dengan dalih keyakinan yang berbeda. Untuk itulah, penting
bagi setiap umat beragama untuk semakin memperdalam pengetahuan agamanya
sebagai cahaya kebenaran dan sekaligus membangkitkan kesadaran sebagai warga
bangsa atas pentingnya jalinan hubungan yang bijaksana.
Seiring dengan
datangnya Waisak yang membawa pesan untuk ikut menumbuh kembangkan iklim
kemasyarakatan yang kondusif, sebagai wujud aktualisasi nilai-nilai
kemanusiaan, marilah kita kembali menjadikan kesadaran sebagai motivasi untuk
lebih menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam
kehidupan bersama demi mewujudkan masyarakat yang bahagia dan sejahtera.
Saya melihat
momentum waisak merupakan saat yang tepat bagi semua umat Buddha untuk lebih
memfokuskan diri pada upaya memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
perjalanan spiritual pangeran Sidharta hingga mendapatkan pencerahan demi
kebahagiaan semua makhluk. Dalam pemahaman saya, manakala kita dapat
mengambil hikmah dan semangat keteladanan Sidharta Gotama, umat Buddha akan
dapat memberikan kontribusi yang besar untuk menghadapi tantangan kehidupan
yang senantiasa mewarnai kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan.
Bertolak dari
pemikiran kesadaran itu, sudah tentu perlu upaya untuk terus mendekatkan
peranan agama dalam kehidupan bangsa Indonesia. Agama yang mengajarkan
nilai-nilai luhur kebaikan, keutamaan, kesempurnaan, dan kedamaian. Jika
nilai-nilai luhur itu dapat berkembang, niscaya upaya membangun kesadaran
beragama dapat menjadi bentuk nyata dan positif dalam kehidupan yang damai
dan harmonis.
Peringatan
Waisak 2017 ini memiliki makna yang penting bagi kita setelah kita melewati
proses demokrasi di berbagai wilayah yang cukup menyita waktu, tenaga dan
pikiran, bahkan ongkos yang cukup besar.
Kesadaran dalam diri
Namun, kita
patut bersyukur, segala persoalan proses demokrasi yang berkaitan dengan
kehidupan kenegaraan dan kebangsaan, dapat terselesaikan dengan baik. Kesemuanya
itu tentu ada sesuatu yang mendasari, yang menurut pemahaman saya adalah
masih adanya kesadaran di dalam diri setiap anak bangsa terhadap pentingnya
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menyikapi
pentingnya kesadaran itu, peringatan Waisak kali ini mengambil tema
Tingkatkan kesadaran menjadi kebijaksanaan. Dalam ajaran Buddha, kesadaran
memegang peranan yang sangat fundamental karena berperan penting atas
pengendalian pikiran, sehingga niat-niat buruk pada diri orang itu tidak muncul
ke permukaan. Dalam kaitannya dengan kehidupan kebangsaan, saya ingin
memberikan penekanan pada konteks kesadaran dalam bentuk kewaspadaan yang
kita kenal dengan Appamad, yaitu kesadaran yang timbul sebagai dasar
pentingnya tugas yang sedang dijalani. Umat manusia dalam kehidupannya
bertugas untuk menjaga pikiran, tindakan dan perkataan agar di antara sesama
dapat saling menabur kasih dan sayang, serta semangat saling menghormati.
Buddha Dhamma mengajarkan untuk hidup harmonis, memelihara lingkungan, menjaga
alam semesta, demi kelangsungan dan kelestarian semua makhluk. Itu ajaran
yang sangat mulia, yang melihat jauh ke depan. Mengajak semua makhluk hidup
berdampingan, hidup secara inklusif dengan semangat kebijaksanaan merupakan
pesan spiritual, pesan moral, yang sangat luhur, untuk dijalankan bersama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Oleh karena
itu, makna kesadaran dalam arti kewaspadaan agama dapat menjadi bijaksana
dalam menyikapi fenomena kehidupan kebangsaan saat ini. Karena itu, hal yang
perlu ditumbuhkan ialah kewaspadaan terhadap berbagai tindakan dan upaya yang
dapat menggerus kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan
senantiasa menguatkan kembali pemahaman terhadap empat pilar Kebangsaan
yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Pemahaman
yang kuat terhadap empat pilar kebangsaan ini dapat menjadi pijakan bagi
seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan cita-cita luhur dan masa depan
bangsa yang lebih baik.
Nilai-nilai
demokrasi, persatuan, dan kesatuan bangsa sangat penting untuk
ditumbuhkembangkan. Kesadaran dalam berkonstitusi harus ditanamkan, tidak
cukup hanya dengan menghafal pasal-pasal dalam UUD 1945, tapi juga memahami
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya sebagai landasan dalam
kehidupan kenegaraan. Dalam hal itu, tidaklah cukup hanya dengan kesadaran,
tetapi lebih daripada itu harus ditingkatkan menjadi kebijaksanaan. Sadar
atas setiap tugas yang harus dikerjakan ialah spirit untuk berkarya, tapi
bijaksana dalam melaksanakan tugas akan membuahkan karya yang bermanfaat
untuk semua. Karena itu, sangatlah tepat apabila dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupan kita, menjadikan kesadaran sebagai pijakan untuk
menumbuhkan kebijaksanaan.
Setiap
tindakan yang kita lakukan harus senantiasa dilandasi dengan niat yang luhur,
niat yang baik agar tidak mengganggu sesama. Setiap orang memiliki ruang yang
sama untuk mengekspresikan pemikirannya. Namun, semuanya itu juga harus tetap
memperhatikan orang lain. Segala tindakan yang dilakukan dengan sadar, yang
dilandasi moral yang baik, dengan penuh kebijaksanaan maka, akan bermanfaat
bagi semua orang.
Purnama sidhi
di bulan Waisak menjadi saat yang tepat bagi kita untuk membangkitkan
semangat cinta Tanah Air agar tercipta suasana kehidupan nasional yang rukun,
damai, bahagia, dan sejahtera. Marilah kita isi hidup kita dengan kehidupan
yang terang menuju kehidupan yang lebih terang. Selamat Hari Tri Suci Waisak
2561 Buddhis Era 2017. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar