Tantangan
Ekonomi Politik Presiden Baru
Bambang Setiaji ;
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
|
KORAN
SINDO, 17 Juli 2014
Kedatangan
pimpinan yang baru ditunggu-tunggu masyarakat karena diharapkan memberi angin
perubahan. Presiden baru digambarkan sebagai ”satrio piningit” atau kesatria
yang belum muncul sebelumnya— the new
comer; yang akan menyegarkan kepemimpinan nasional.
Dalam
kesempatan ini kita akan membahas tantangan ekonomi yang menjadi pekerjaan
rumah (PR) besar yang ditinggalkan Presiden SBY. Harus diakui Presiden SBY
menorehkan prestasi ekonomi yang tumbuh konsisten di atas 5%, pada saat
banyak negara lain mengalami gejolak ekonomi. SBY telah menghantar ekonomi
Indonesia menjadi ekonomi yang memimpin di ASEAN, di mana kurang lebih
setengah PDB ASEAN berasal dari Indonesia.
Negara
ini juga menjadi ekonomi paling prospektif di Asia setelah China. Presiden
SBY sudah menghantar Indonesia menjadi 10 besar dunia. Namun, perkembangan
ekonomi umum tersebut tentu saja harus dicermati dalam persoalan yang
dihadapi kelompok rawan dan sektoralnya. Walaupun secara umum ekonomi tumbuh
dan menjadi negara adidaya sekalipun, bagi suatu sektor atau kelompok orang
bisa jadi menjadi bencana. Misalnya pertumbuhan ekonomi akan mendorong biaya
hidup makin mahal. Pertumbuhan ekonomi mendorong upah meningkat, upah minimum
juga diizinkan meningkat oleh pemerintah di berbagai daerah.
Itu
bukan semata-mata kebijakan populis yang bersifat politis, melainkan
peningkatan upah diperlukan supaya pembagian nilai tambah hasil produksi
domestik dibagi secara lebih baik. Apabila pekerja tidak ditingkatkan upah
minimumnya, nilai tambah yang diperoleh dari hasil kerja industrinya akan jatuh
ke tangan pemilik modal. Hasilnya ketimpangan ekonomi akan terjadi semakin
besar. Para pekerja akan membawa pulang upah yang sama, tetapi masalahnya,
pertumbuhan ekonomi akan membawa perubahan standar hidup. Pertama,
barang-barang esensial seperti pangan dan sewa kamar akan meningkat sesuai
peningkatan atau pertumbuhan ekonomi.
Perkotaan
akan makin padat, pasar tanah atau pondokan akan meningkat, dan akibatnya
biaya hidup akan makin tinggi. Di luar pekerja formal terdapat lebih besar
lagi populasi pekerja mandiri yaitu orangorang yang semula kesulitan
memperoleh pekerjaan, kemudian memutuskan untuk bekerja sendiri. Mereka
mendirikan usaha apa adanya dan dengan memutar modal yang sangat kecil.
Umumnya
mereka dibantu oleh pekerja keluarga yang tidak dibayar. Kemampuan membayar
mereka terhadap input produksi lebih rendah bahkan sangat rendah, dan
akibatnya kelompok pekerja di sektor ini dibayar di bawah upah minimum.
Jumlah pekerja dan keluarga kelompok ini jauh lebih besar dari pekerja
industri menengah dan atas. Mereka ini, dengan adanya pertumbuhan ekonomi
yang kemudian mendorong peningkatan biaya hidup, merupakan kelompok yang
berkorban.
Pengangguran PR Utama
Pengangguran
tetap merupakan pekerjaan rumah (PR) terbesar yang diwariskan oleh
kepemimpinan nasional sekarang. Penganggur paling terpukul dengan pertumbuhan
ekonomi. Pertama, mereka tidak memiliki pendapatan. Kedua, harga dan standar
hidup terus meningkat. Sementara pameran konsumsi di sekitarnya meningkat
pesat memamerkan barang-barang konsumsi tinggi yang membuat mereka frustrasi.
Ketiadaan pendapatan juga menghambat akses terhadap informasi—kunci penting
kompetisi era sekarang—dan membuat rasa frustrasi makin meluas.
Ini
ditandai oleh anomi sosial, peningkatan minuman keras, prostitusi, bunuh
diri, serta peningkatan kejahatan terorganisasi yang tidak mudah diatasi.
Pengangguran harus diatasi melalui dua sisi, pertama, dari sisi permintaan
tenaga kerja harus dibuka seluas mungkin kran bisnis baik mikro atau
keluarga, usaha kecil, usaha menengah dan besar. Investasi dan yang terkait
misalnya perizinan harus diciptakan sistem yang seramah mungkin. Para
investor harus disambut dengan karpet merah. Tujuan utamanya adalah menyerap
tenaga kerja kita yang kini makin terdidik. Bisnis-bisnis konvensional kurang
tepat lagi mewadahi kepada misalnya berbagai lulusan ahli teknik.
Mereka
harus diwadahi dalam industri tinggi. Industri ini memerlukan investasi dan
riset pengembangan yang besar dan itu hanya mungkin dimiliki kemampuannya
oleh si kaya. Walaupun paradoksal, untuk menolong pengangguran yang frustrasi
dengan pertumbuhan ekonomi cara menolong satu-satunya adalah mempercepat
pertumbuhan yang menyakitkan itu. Hanya si kaya yang mungkin terjadi apabila
ekonomi makin timpang seperti dalam dekade ini yang bisa melakukan atau
membiayai riset pengembangan atau aplikasi produk baru.
Industri
kita berputar pada industri lama yang sudah tidak cocok untuk mewadahi
generasi muda sehingga di satu sisi kita kekurangan capaian pendidikan,
tetapi di sisi lain dibandingkan dengan permintaan tenaga kerja yang ada kita
sudah overpendidikan. Dari sisi suplai tenaga kerja yang tidak lain adalah
dunia pendidikan, di samping perubahan mental bangsa yang berisi kejujuran
dan disiplin, motivasi kerja, daya tahan kerja, kemampuan bekerja dalam tim
yang multikultur. Generasi muda juga harus dibekali pendidikan kewirausahaan.
Perbankan
dengan subsidi bunga dari pemerintah perlu diadakan untuk mendorong tumbuhnya
wirausaha baru yang akan menolong generasi muda lain yang dididik siap
bekerja melalui peningkatan jumlah SMK. Dengan hanya subsidi bunga bank tetap
akan mengedepankan prinsip kehati-hatian karena risiko terbesar tetap pada
perbankan. Dengan subsidi bunga pemerintah hanya cukup menyediakan 5% dari
nilai investasi wirausaha baru. Dengan demikian, multiplier dana pemerintah
juga akan makin besar.
Ekonomi Kelautan
Potensi
laut dan wilayah timur bisa secara terpadu merupakan anugerah Indonesia yang
sangat besar. Kebutuhan daging sapi misalnya yang selama ini diimpor dari
luar negeri bisa diatasi dengan memelihara sapi di daerah yang masih
terbentang luas di Papua dan di NTT. Perlu dikembangkan industri
penyembelihan dan teknologi pendinginan kapal untuk membawa daging terebut ke
wilayah Barat. Sekolah-sekolah kelautan dan sekolah teknik perkapalan perlu
dikembangkan. Generasi muda kita juga kurang mengenal laut. Perlu dibudayakan
atau direorientasi supaya pelajar dan mahasiswa kita memperhatikan laut.
Riset
dan karya tulis mengenai laut perlu diperkenalkan bahkan sejak sedini
mungkin. Industri yang berhubungan dengan laut perlu dikembangkan, industri
perkapalan mutlak diperlukan untuk memanfaatkan potensi ini. Pengangkutan
barang esensial di kawasan Barat selama ini melebihi tonase kapasitas jalan
raya bisa dipertimbangkan untuk dilarang dan dialihkan melalui laut. Tentu
saja pelabuhan-pelabuhan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit perlu
menjadi prioritas pemerintahan yang baru.
Konsentrasi
kepada laut sangat optimal dan efisien, laut tidak memerlukan biaya mengaspal
yang mahal dan merupakan problem tersendiri. Ikan di laut juga tinggal
mengambil, tidak perlu membibit dan memberi makan, dengan harga tangkapan
yang sangat tinggi, di samping tujuan lain memperbaiki kualitas asupan rakyat
dengan protein yang pada akhirnya meningkatkan kecerdasan.
Laut
adalah pekerjaan rumah dan sekaligus warisan kekayaan dari kepemimpinan
sebelumnya. Bank nelayan yang cocok adalah bank dengan sistem bagi hasil dan
sebaiknya negara memelopori bank nelayan ini. Bank Indonesia sudah
menyediakan perangkat yang memungkinkan angsuran naik-turun (sistem mudharabah) sesuai musim untuk nelayan
muda. SMK kelautan atau SMK nelayan modern perlu dibuat untuk mewadahi semua
gagasan ini.
Masalah BBM
BBM
atau energi pada umumnya masih merupakan pekerjaan rumah terbesar.
Pemerintahan demi pemerintahan selalu ragu dan berpikir ulang untuk menaikkan
harga BBM dan mengurangi subsidi negara yang makin membengkak. Kenaikan BBM
akan melukai si miskin bukanlah mitos. Itu fakta yang bisa diteliti besaran
angkanya. Partai-partai politik juga terlihat ambil langkah aman dengan jalan
memberikan keputusan yang mengambang. Langkah termurah dengan
mempertimbangkan aspek politik adalah meminta kembali subsidi BBM menjadi
pajak kendaraan dan penggunaan mesinmesin besar dalam berbagai industri.
Pajak adalah hukuman dan jika hukuman dilakukan kepada si kaya, langkah yang
semula berbahaya untuk mengurangi subsidi menjadi jurus populis. Ini seperti
jurus Taichi yang memanfaatkan energi lawan untuk tujuan.
Korupsi
Pekerjaan
rumah paling nyata dari pemerintahan SBY adalah masalah korupsi. Korupsilah
yang menghancurkan dukungan kepada Partai Demokrat sehingga tidak sanggup
lagi mengusung salah satu pasangan capres dan cawapres. Korupsi menghadang
dari pucuk Partai Demokrat dan elite partai yang menjadi anggota kabinet
bahkan suara sayup kepada Istana. Mental korupsi belum pernah surut, bahkan
makin merajalela yang terlihat dalam pilihan legislatif terakhir. Rakyat
sudah disuguhi dengan suap untuk memilih. Rakyat awam mungkin kurang mengerti
manfaat langsung dari legislatif yang sebenarnya banyak sekali dan yang
paling dirasakan seperti undang- undang pendidikan, kesehatan, dan BPJS.
Demikian
juga yang mungkin merugikan mereka seperti undang-undang mengenai eksploitasi
sumber daya alam. KPK sebagai lambang pemberantasan korupsi harus diperkuat,
para akuntan dan ahli teknologi informasi (TI) dua dari banyak profesi yang
harus dipertimbangkan. Sistem penggunaan uang pemerintah harus diperbaiki
bekerja sama dalam mengelola kas negara dengan perbankan nasional. Perbankan
memanfaatkan sistem TI sehingga semua menjadi transparan karena tercatat.
Bank masih bisa dibobol, namun dengan perkembangan TI kebobolan makin dapat
dibendung. Semua rekanan pemerintah diwajibkan menjadi nasabah bank pengelola
kas suatu departemen.
Cash management
akan mentransparansikan semua transaksi. PPATK akan mudah memantau ke mana
aliran dana negara dan catatan bank bisa menjadi pengganti tangkap tangan.
Dengan tidak satu pun transaksi uang negara boleh dilakukan di luar
perbankan, para koruptor akan berpikir keras untuk membobolnya. Generasi muda
ahli yang kompeten harus direkrut khusus oleh KPK, PPATK, BPK, Irjen, dan
lembaga pengontrol lain. Dalam sistem cash management yang diizinkan menjadi
checker yaitu para pengawas uang negara yang bisa melihat lalu lintas uang,
tetapi tidak bisa bertransaksi.
Dengan
perubahan ini koruptor yang sampai sekarang umumnya belum melek teknologi akan
berpikir ulang untuk bermain-main. Indonesia
online dalam 3-5 tahun ke depan akan ditakuti oleh koruptor dan pada
tahun keenam pada akhir periode kepemimpinan nasional budaya korupsi
diharapkan sudah menghilang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar