Jumat, 23 Mei 2014

Reformasi dan Krisis Karakter Bangsa

Reformasi dan Krisis Karakter Bangsa

Siti Muyassarotul Hafidzoh  ;   Peneliti di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
SINAR HARAPAN,  22 Mei 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Momentum 16 tahun reformasi, Mei 1998-2014, menjadi refleksi kritis kaum terpelajar di Indonesia dalam meneguhkan kembali perannya membentuk karakter bangsa yang sedang tercabik-cabik. Insan terdidik menuntut peran sosial yang lebih besar dalam membangun etos karakter yang bisa mengilhami lahirnya peradaban baru, bangsa yang beradab.

Bangsa ini sedang miskin karakter. Korupsi masih merajalela, padahal mereka yang terindikasi korupsi adalah kaum berdasi yang lahir dari kampus bergengsi di dalam dan luar negeri. Ironisnya lagi, tidak sedikit mereka yang bergelar sarjana ternyata menganggur, tanpa pekerjaan.

Padahal, pekerjaan bukanlah predikat yang menuntut hadirnya harta yang melimpah, melainkan keaktifan dan kreativitas yang bisa berguna dan bermanfaat bagi sesama. Energi kesarjanaan banyak terdistorsi gelombang pragmatisme yang mengubur karakter para sarjana sebagai penggerak perubahan sosial di Indonesia.

Refleksi menjadi sangat penting untuk membangkitkan kembali spirit bangsa Indonesia agar kembali kepada karakter yang telah diletakkan para pendiri bangsa. Jadi, kita bisa belajar menyongsong masa depan pendidikan dengan secerah dan seoptimistis mungkin. Jejak para guru bangsa menjadi modal semangat membangun kembali jiwa bangsa yang berkarakter dan berkepribadian.

Inspirasi Bung Karno

Dalam refleksi inilah, penting kiranya kaum terpelajar berguru kepada proklamator RI, tak lain adalah Ir Soekarno. Merefleksikan sang putra fajar sangat menarik kalau ditarik dalam konteks pendidikan karakter bangsa ini.

Sekarang ini, pendidikan karakter menjadi kebutuhan sangat urgen dalam menancapkan nilai dan jati diri bangsa bagi generasi masa depan sehingga generasi masa depan mempunyai semangat dan ikatan kuat membangun Indonesia. Dengan karakter itulah, generasi masa depan bisa melanjutkan semangat perjuangan para pendiri bangsa ghunah menumpahkan segala yang dimiliki untuk kemajuan bangsa.

Ini sangat penting karena kondisi bangsa Indonesia sedang tercabik dengan berbagai ulah pihak yang merusak karakter bangsa. Tidak sedikit kaum terpelajar yang justru menjadi otak lahirnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Kaum elite semakin menggila dengan kekuasaannya, sedangkan kaum miskin semakin menikmati penjara yang diciptakan saudaranya sendiri. Dulu Bung Karno dipenjara Belanda karena sikap kritisnya, kini rakyat kecil dipenjara karena hilangnya karakter elite bangsa.

Meneguhkan Karakter Bangsa

Dari menelusuri jejak kehidupan Bung Karno, insan pendidikan bisa memetik hikmah dalam mengembangkan pendidikan karakter. Bung Karno dikenal sebagai tokoh utama pergerakan nasional yang memberikan sumbangsih sangat besar dalam membentuk karakter Indonesia ketika masih awal diproklamasikan.

Kemampuan Bung Karno menggali Pancasila sebagai dasar negara menjadi bukti integritasnya memegang teguh karakter bangsa. Dengan Pancasila, Bung Karno bisa merangkul semua elemen bangsa. Itu tak lain karena Pancasila bagi Bung Karno adalah hasil dari nilai budaya Nusantara.

Dengan tegas Bung Karno menyatakan, “Aku bukan pencipta Pancasila. Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Aku hanya menggali Pancasila daripada buminya Indonesia.” (Soekarno, 1 Juni 1945).

Untuk meneguhkan karakter bangsa, Doni Kusuma A (2008) mengatakan, walaupun Bung Karno belajar di sekolah Belanda, ia tak mau membeo kepada negara itu. Ia ingin merdeka dan mandiri. Sebagai pendidik bangsa, Bung Karno tak ingin bangsa ini bermental budak, enggan untuk merdeka. Untuk itu, semangat merdeka harus dinyalakan. Tanpa semangat merdeka, tidak ada daya upaya untuk mengubah nasib.

Dalam Suluh Indonesia Muda (1928), Bung Karno memperdungungkan,
“Jika kita ingin mendidik rakyat Indonesia ke arah kebebasan dan kemerdekaan, jika kita ingin mendidik rakyat Indonesia tuan di atas dirinya sendiri, pertama-tama haruslah kita membangun dan membangkitkan dalam hati sanubari rakyat Indonesia itu agar punya roh dan semangat menjadi roh merdeka dan semangat merdeka yang sekeras-kerasnya, yang harus pula kita hidupkan menjadi api kemauan merdeka yang sehidup-hidupnya! Itu karena hanya roh merdeka dan semangat merdeka yang sudah bangkit menjadi kemauan merdeka sajalah yang dapat melahirkan sesuatu perbuatan merdeka yang berhasil.”

Jelaslah, kemerdekaan merupakan prasyarat membangun karakter bangsa yang bisa mengubah nasibnya dan menggerakkannya sebagai kekuatan besar. Pendidikan karakter bangsa yang ia cita-citakan merupakan proses panjang menuju kemerdekaan, melalui usaha-usaha hari ini dan usaha jangka panjang.

Kemerdekaan ini harus diraih bersama dengan gotong royong, bukan dengan bercerai-berai. “Satu tujuan, satu arah perlawanan, satu pergulatan, bukan dua-tiga,” demikian ujar Bung Karno dalam Fikiran Ra’jat (1933).

Pendidikan karakter juga harus menanamkan kemauan yang besar. Oleh karena itu, kepercayaan diri yang tinggi sangat dibutuhkan. Bagi Bung Karno, kepercayaan diri yang tinggi semakin mempertebal kemauan untuk merdeka.

Kepercayaan diri yang tinggi menjadi roh nasional dalam melestarikan kebangkitan nasionalisme kebangsaan.

“Tiap-tiap geraknya roh nasional hanyalah bisa terjadi jikalau rakyat itu mempunyai harapan atas berhasilnya kekuatan sendiri dan mempunyai kepercayaan dalam kekuatan sendiri. Harapan dan kepercayaan atas diri sendiri itulah yang menjadi sendi roh-roh nasional,” tutur Bung Karno dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi.

Dari sini, menurut Alfian (2001), terlihat sekali bahwa kunci sukses Bung Karno membangun karakter bangsa terletak kepada kekebasan berpikir yang sangat dihargainya, sikap kritisnya tajam, antidogmatisme, integritas kepribadiannya yang tinggi, kepercayaan kepada diri sendiri kuat, dan keberaniannya mengembangkan pemikiran sendiri. Keenam hal inilah yang tertanam dalam dirinya dan selalu dikobarkan dalam membangun karakter bangsa Indonesia.

Pembentukan karakter bangsa yang sedang dikembangkan sekarang ini penting untuk bercermin kepada Bung Karno dalam membangun karakter bangsa. Terbukti, Bung Karno mampu membangun Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dengan jati dirinya sendiri, walaupun diombang-ambingkan berbagai godaan yang akan menjatuhkan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar