Percepatan
Pencapaian SDGs :
Belajar
dari Provinsi NTB
Armida S Alisjahbana ; SDGs Center - Universitas
Padjadjaran
|
KORAN
SINDO, 05
Mei 2017
Sudah
lebih dari satu tahun pencanangan Komitmen Global untuk Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), namun belum ada
informasi tentang bagaimana pencapaian SDGs di Indonesia ataupun
daerah-daerah di Indonesia selama dua tahun terakhir ini.
Gambaran
akan prospek pencapaian SDGs dari suatu daerah dalam jangka panjang dapat
ditelusuri dari pencapaian MDGs ataupun beberapa indikator yang relevan
dengan SDGs selama beberapa tahun terakhir.
Dari
penelusuran ini akan diketahui kira-kira apakah daerah tersebut akan dapat
mencapai suatu target SDGs tertentu atau jikapun belum, seberapa jauh deviasi
yang akan terjadi dari target yang harusnya dicapai. Cara yang lazim
digunakan adalah dengan melakukan proyeksi ke depan atau tren pencapaian dari
indikator dimaksud. Menarik untuk mengaplikasikan metode ini untuk Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) yang cukup sukses dalam pencapaian MDGs dibuktikan
dengan lima tahun berturut-turut mendapatkan MDGs Award dari pemerintah.
On the Right Track
Proyeksi
tren serta aplikasi metode scorecard
dari beberapa indikator SDGs untuk Provinsi NTB sampai dengan tahun
2030 (tahun berakhirnya SDGs) menunjukkan hasil sebagai berikut (SDGs Center
Unpad, 2017). Sebagian besar indikator yang diproyeksikan dengan asumsi
business as usual berdasarkan tren 10
tahun terakhir menunjukkan bahwa target indikator tersebut di tahun 2030 akan
tercapai atau paling tidak hampir tercapai. Terdapat 10 indikator yang sudah
pada jalur yang benar atau on the right track
meliputi indikator-indikator percapaian target penurunan
kemiskinan, kecukupan gizi dan kesehatan
anak balita, tingkat partisipasi murni sekolah di tingkat SMA, infrastruktur
dasar seperti: air minum, sanitasi, kualitas jalan dan rumah sederhana yang
layak. Proyeksi pencapaian target-target ini menunjukkan bahwa upaya
pemerintah dan masyarakat Provinsi NTB dalam 10 tahun terakhir cukup berhasil
untuk menyediakan pelayanan publik dan infrastruktur dasar.
Sementara
itu, indikator yang masih jauh dari tren pencapaian SDGs atau off track di antaranya adalah target terkait dengan
prevalensi balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (stunting),
target yang menggambarkan ukuran kesenjangan (Gini Ratio) dan target terkait
pengelolaan lingkungan (perilaku rumah tangga dalam memilah sampah dan emisi
CO2 dari kendaraan bermotor).
Dari
hasil yang disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
kebijakan dan program pembangunan di Provinsi NTB selama delapan tahun
terakhir sudah on the right track. Namun
demikian, karena tingkat pencapaian kesejahteraan rakyat yang masih rendah perlu
upaya percepatan pencapaian SDGs dengan fokus area tertentu.
Fokus Area Upaya
Pencapaian SDGs
Tentu
dengan menyadari sepenuhnya bahwa upaya pencapaian SDGs di Provinsi NTB
sangat kompleks dan memerlukan pendekatan pembangunan yang komprehensif dan
terintegrasi, namun beberapa fokus area yang kiranya perlu menjadi prioritas
tinggi mencakup: pembangunan sumber daya manusia, sektor unggulan penggerak
perekonomian daerah, infrastruktur dasar dan konektivitas, institusi dan tata
kelola pemerintah daerah, serta kepemimpinan (leadership) dari pimpinan
daerah.
Pembangunan
SDM menempati prioritas tinggi karena masih rendahnya rata-rata pendidikan
dan kapasitas SDM di Provinsi NTB. Mengurangi secara signifikan tingkat
dropout di jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta mencapai wajib belajar 12 tahun secara bertahap adalah agenda
yang mendesak untuk dituntaskan. Pendidikan sampai dengan minimal tamat
jenjang SMA akan mampu meningkatkan kapasitas dan skill dari angkatan kerja sehingga sangat memengaruhi
daerah dalam meningkatkan perekonomiannya. Meningkatkan kualitas pendidikan
(termasuk soft skills, perilaku dari anak didik) tidak kalah penting dari
aksesibilitas karena akan sangat membentuk SDM dalam hal etos kerja, perilaku
individu dalam keluarga dan masyarakat.
Di
bidang kesehatan, Provinsi NTB menghadapi masalah masih tingginya angka
kematian ibu melahirkan (AKI), angka kematian bayi (AKB) serta insiden
stunting. Tidak ada jalan pintas untuk pembangunan di bidang kesehatan,
kecuali dengan penerapan continuum of care, yaitu konsep perawatan kesehatan
yang diawali dengan hidup sehat sejak 1000 hari pertama kehidupan, pada usia
2-3 tahun dengan asupan gizi yang baik dan seterusnya sampai dengan lanjut
usia.
Tidak
ada upaya pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan, tanpa didukung oleh
perekonomian daerah yang tumbuh sesuai dengan potensinya. Sektor pertanian
dan peternakan yang masih merupakan sumber pencaharian sebagian besar
penduduk daerah perdesaan masih tetap menjadi prioritas untuk dikembangkan. Provinsi
NTB sangat beruntung karena dikaruniai keindahan alam dan kekayaan budaya
sebagai basis keunggulan sektor pariwisata.
KEK Mandalika yang sudah mulai menggeliat serta Kawasan Samota (Teluk
Saleh, Pulau Moyo dan Gunung Tambora) adalah dua destinasi wisata nasional
yang mencerminkan potensi dan peluang pengembangan wisata NTB.
Semua
ini didukung oleh ekonomi kreatif yang merupakan kekayaan budaya di provinsi
ini seperti kerajinan tenun, gerabah, dan usaha-usaha pengembangannya.
Kemajuan
yang cukup signifikan selama 10 tahun terakhir terutama dirasakan dalam
pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas. Kemajuan ini tercermin
dari pemenuhan target 100% aksesibilitas rumah tangga terhadap air bersih dan
sanitasi yang layak serta 100% elektrifikasi rasio, termasuk untuk daerah
perdesaan sebelum tahun 2020.
Pembangunan waduk dan bendungan di lokasi tertentu, yang rawan
kekeringan (contoh: waduk Pandanduri di Kabupaten Lombok Timur) masih menjadi
prioritas tinggi. Untuk kelancaran arus barang dan jasa antar daerah termasuk
dengan provinsi lain, maka perluasan pembangunan dan pemeliharaan jalan raya
berdasarkan performance based contract
harus dilanjutkan sampai ke tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Termasuk
ke dalam prioritas pembangunan infrastruktur adalah perkuatan konektivitas
melalui perluasan Bandara Internasional Lombok dan pelabuhan-pelabuhan.
Pengelolaan
lingkungan termasuk kawasan wisata masih menjadi catatan untuk perbaikan.
Untuk itu diperlukan sosialisasi dan pendidikan yang terus menerus kepada
masyarakat. Meskipun SDGs mensyaratkan keterlibatan semua pihak, untuk daerah
seperti Provinsi NTB yang masih harus mengejar ketertinggalan dari daerah
lain, maka peran pemerintah sangat krusial. Institusi dan tata kelola dari
kebijakan dan program pemerintah, SDM Aparatur dari segi tingkat pendidikan
dan kualitas sangat urgen untuk
ditingkatkan.
Pemanfaatan
e-government dapat membantu perbaikan
pelayanan publik, terutama untuk sektor-sektor yang memerlukan kecepatan
pelayanan.
Sebagai
penutup, kesemua faktor di atas tidak akan berhasil tanpa adanya kepemimpinan
atau leadership dari pimpinan daerah.
Di samping itu, peran ulama dan tokoh masyarakat tidak kalah pentingnya untuk
memotivasi, mendidik, menjadi panutan bagi masyarakat agar mampu meningkatkan
peran dan kontribusinya bagi kemajuan daerahnya masing-masing. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar