Risiko
Dihindari atau Tak Terhindarkan?
Muk Kuang ; Professional
Trainer, Speaker, Author-Messages of Hope,
Amazing Life, Think and Act Like A Winner
|
KORAN
SINDO, 28 Oktober 2014
Seorang sahabat pernah bercerita bagaimana ia berkeinginan
meninggalkan pekerjaannya dan mulai berwirausaha. Akan tetapi, dia ragu
karena risikonya dianggap lebih besar apabila dia meninggalkan pekerjaannya.
Ketidakpastian bahwa usahanya bakal berhasil dan risiko tingkat
pengembalian modal usaha menjadi hambatan sehingga dia memutuskan untuk
menunda rencananya tersebut. Kisah serupa terjadi pada seorang salesperson
dalam sebuah pelatihan yang saya mentori. Dia menyatakan ingin sekali pindah
ke perusahaan lain dan kebetulan ada tawaran di depan mata. Hanya, dalam hati
kecilnya muncul pertanyaan, “Bagaimana kalau nanti di tempat yang baru
lingkungannya tidak nyaman? Bagaimana nanti kalau tekanan di tempat baru
lebih tinggi dari tempat saya sekarang? Bagaimana kalau lingkungannya tidak
senyaman sekarang? Bagaimana kalau komisinya tidak begitu menarik atau sama
dengan yang sekarang?” Semua pertanyaan dan keraguan ini terus menghampiri
pemikirannya sebelum mengambil keputusan menerima tawaran atau tetap di perusahaan
yang sekarang.
Dari kedua peristiwa ini, ada kesamaan yang dapat menjadi
refleksi kita bersama, yakni bagaimana kita menakar sebuah risiko dengan
lebih baik sebelum memutuskan, apakah risiko dapat dihindari, atau justru
sebenarnya ke mana pun kita pergi selalu ada risiko yang mungkin dihadapi.
Risiko Selalu Ada
Mengutip perkataan pendiri Facebook Mark Zuckerberg, “The biggest risk is not taking any
risk... In a world that changing really quickly, the only strategy that is
guaranteed to fail is not taking risks.” Terkadang kita menganggap bahwa
dengan tidak mengambil keputusan kita terhindar dari risiko. Padahal, hal
tersebut tidak serta-merta membuat kita menjadi merasa aman dan bebas dari
risiko.
Misalnya salesperson
tadi. Apakah lantas dengan memilih tetap berada di perusahaannya itu tekanan
di kemudian hari tidak akan ada? Apakah kesempatan berkembang di tempatnya
sekarang akan jauh lebih baik dari tawaran yang di dapatkan tadi? Artinya,
mari kita menimbang dari dua sisi yakni kondisi sekarang dan kondisi yang
akan datang setelah kita mengambil keputusan. Apa pun peran Anda, entah
seorang profesional kerja yang berencana pindah ke perusahaan lain, berencana
membuka usaha sendiri, atau sedang dihadapkan pada dua pilihan sulit, maka
apabila sudah memilih salah satunya, tidak ada kondisi yang betul-betul aman
dan bebas risiko.
Ayah saya kerap memberikan pandangannya, seorang karyawan
memiliki risiko sebagai karyawan. Demikian juga wirausaha, memiliki risiko
sebagai wirausaha dalam mengelola bisnisnya. Pola pikir menghindari risiko
bukanlah jaminan, melainkan pendekatan yang perlu kita coba adalah bagaimana
menimbang dan mengukur sebuah risiko itu lebih besar atau lebih kecil untuk
perkembangan kita sendiri.
Bisa Kalah, Bisa Menang
Kalau saja semua orang bisa tahu bahwa keputusan yang diambil
memberikan kemenangan, keuntungan, atau nilai lebih untuk dirinya, maka tentu
tidak ada yang namanya keraguan, ketakutan, atau istilahnya risiko. Justru
ketika seseorang tidak dapat meramal apa yang akan terjadi persisnya, maka
ada kemungkinan kalah/ gagal/tidak sesuai harapan awal atau menang/
sukses/sesuai dengan harapan.
Hal yang sangat disayangkan tapi juga memang dapat dimaklumi,
kita terkadang melihat faktor kalahnya, faktor gagalnya, dan faktor ketakutannya
lebih besar daripada melihat kesempatan untuk berhasilnya. Kebiasaan kita
terkadang suka menghakimi seseorang manakala dia belum berhasil mencapai
sesuatu yang diharapkan karena keberaniannya mengambil risiko. Sehingga,
secara tidak langsung muncul kekhawatiran bagi yang mencoba melakukan
terobosan karena jangan-jangan kalau gagal dia bisa ditertawai oleh orang
lain.
Dalam tiap risiko, selalu ada pelajaran yang bisa diambil untuk
perkembangan diri. Kebanyakan orang beranggapan bahwa berada dalam kondisi
status quo adalah hal yang paling aman. Namun, seiring perkembangan yang ada
saat ini, persaingan semakin ketat, lingkungan Anda terus berlomba
meningkatkan kompetensi untuk mampu bersaing secara global. Merasa aman
adalah justru hal yang paling berisiko. Salam sukses. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar