Menteri
Kebatinan
Toeti Prahas Adhitama ; Anggota
Dewan Redaksi Media Group
|
MEDIA
INDONESIA, 31 Oktober 2014
SAAT-SAAT ini, bila secara acak
kita bertanya pada yang kita temui tentang jabatan menteri yang mereka
inginkan, jawabnya pastilah beragam sesuai kebutuhan masingmasing. Ada yang
ingin menjadi menteri ekonomi karena mendambakan mampu menciptakan masyarakat
yang hidup berkecukupan.
Ada yang ingin menjadi menteri
agama karena menganggap moral bangsa sedang kena musibah hingga perlu
pembersihan besar-besaran. Ada yang ingin menjadi menteri pendidikan sebab
kita dirasa kekurangan lingkungan cerdik-pandai. Yang tecermin di media ialah
ungkapan klise yang terulang-ulang.... Namun, ada satu jawaban yang menurut
saya menarik; “Kami ingin ada menteri urusan kebatinan,“ jawaban yang
menyentak perhatian.
Ketika mendengar jawaban itu,
kami tertawa tergelak. Bukan karena meremehkan, melainkan karena mengira itu
barangkali hanya gurauan semata. Kebatinan sifatnya abstrak. Siapa yang cukup
hebat untuk bisa menentukan kriteria batin seperti apa yang diinginkan orang
banyak? Jutaan jiwa bersembah sujud kepada Yang Esa untuk mendapatkan yang
didambakan, masing-masing dengan permohonan dan keyakinan permintaannya akan
dipenuhi.Apakah mungkin ada tokoh yang mampu menjajaki beban batin terbesar,
terluas, dan mungkin terberat yang dilimpahkan Tuhan?
Kenyataannya, dalam kehidupan
sehari-hari banyak kebohongan bersimpang siur setiap hari, masyarakat lapar
tersebar di mana-mana, banyak anak tumbuh tanpa bimbingan dan asuhan
orangtua, serta masih banyak kelemahan dan kekurangan lain. Akan tetapi, di
sisi lain, kemewahan melimpah di banyak tempat, memamerkan diri seperti Nyi
Blorong yang berkedap-kedip bermain mata.
Singkat kata, menteri kebatinan
diharapkan meneliti kebutuhan fisik dan mental spiritual yang ada dalam
pikiran dan perasaan manusia, serta berusaha mengatasinya. Tugas yang luar
biasa berat mengingat keragaman emosi dan mimpi manusia disela oleh
intervensi lingkungan berbagai rupa yang tak terduga. Kekuatan batin dan
energi tokoh macam apa yang bisa mengatasi kebutuhan seperti itu?
Sebenarnya, dari segala
hiruk-pikuk kehidupan, pemenuhan kebutuhan batin itulah yang kita cari--suatu
kekuatan untuk menghadapi segala cobaan yang dihamburkan oleh hidup yang
sering liar.
Apakah ada tokoh yang berani
bertepuk dada menganggap diri suci dan secara sukarela menawarkan diri untuk
menduduki jabatan menteri kebatinan yang diharapkan mampu mengatasi segala
kekurangan batin kita? Tantangan yang tidak ringan.
Lebih-lebih, mengingat bahwa
rayuan godaan bisa begitu dahsyat menawannya sehingga, jika kita bicara soal
hubungan laki-laki dan perempuan, misalnya, keandalan hormon saja bisa
menaklukkan keluhuran budi dan kemauan baik tokoh terpuji sekalipun. Apa mau
dikata?
Namun, tak dimungkiri, rasanya
banyak juga yang merasa atau mengira mereka bisa memenuhi syarat untuk itu,
sekalipun sekadarnya. Alasannya, “Tidak
ada manusia yang sempurna.“ ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar