D e n n y
Karim Raslan, Anggota Redaksi INILAH.COM
SUMBER
: INILAH.COM, 24 April 2012
Denny Indrayana adalah seorang aktivis
LSM kelahiran Kotabaru yang kini menjadi wakil menteri. Juga seorang mantan
akademisi, karena dia pernah menjadi dosen hukum di Universitas Gadjah Mada.
Denny adalah salah satu juru kampanye pertama
dari generasinya, yang disebut generasi ‘Reformasi’, yang ditunjuk masuk ke
dalam kabinet pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Berperawakan pendek dan berprinsip kuat serta
berkata-kata lugas (ciri khas orang Banjar), Denny telah membawa budaya
aktivisme masyarakat sipil menjadi bagian dari tim SBY.
Awalnya dia ditunjuk sebagai Juru Bicara
Presiden paa 2008, dan sekarang menjadi
Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, di bawah Amir Syarifuddin.
Namun, jalannya tidak selalu mulus. Juru
kampanye antikorupsi yang disegani ini sering bertarung dalam konflik – kadang
secara publik – dengan para pemimpin, birokrat dan pihak berkepentingan lainnya
dalam dunia hukum dan peradilan.
Awal bulan ini, Denny diberitakan menampar
seorang penjaga tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Pekanbaru dalam sebuah
inspeksi mendadak, yang menjadi bagian dari investigasi lebih luas atas
kecurigaan terjadinya penyelundupan narkoba di dalam rumah-rumah tahanan di
Indonesia.
Menurut pemberitaan media, Denny menampar si
penjaga karena terlalu lambat membuka gerbang bagi tim inspeksi.
Walaupun tindakan ini tidak bisa dikatakan
benar, bila terbukti (Denny mengatakan dia tidak pernah melakukan penyerangan
ini), inspeksi yang dilakukan Denny dan timnya sangat dramatis dan terbukti
sukses.
Contohnya, pada Januari 2010, dia memimpin
inspeksi yang menemukan bahwa Artalyta Suryani, seorang tahanan yang kaya dan
berpengaruh, telah ‘mempercantik’ ruang tahanannya dengan barang-barang mewah,
mulai dari AC, peralatan salon hingga lemari es dan barang mewah lainnya.
Singkatnya, semangat Denny dari hari-harinya
sebagai aktivis dulu tidak pernah padam. Latar belakang intelektualnya tidak
pernah menjauhkannya dari kerja lapangan yang biasa dilakukan politikus atau
polisi.
Tapi, kegigihannya ini membawa sukses
sekaligus tantangan ketika dia mencoba membuat transisi ke politik arus utama.
Pemberantasan korupsi selalu dekat di hati
Denny. Dia punya peran kunci dalam pembentukan LSM Indonesian Court Monitoring,
juga sebuah pusat kajian studi tentang korupsi di Fakultas Hukum UGM.
Terlebih lagi, dia juga punya reputasi
sebagai suara yang vokal dari propinsi, juga sebagai seorang expert, bukan
hanya dalam hal pembasmian korupsi tapi juga dalam isu-isu hukum dan
konstitusionalisme.
Dan, keterlibatannya dalam aktivisme publik
inilah yang menarik perhatian seorang jenderal yang waktu itu sedang bertugas
di Yogyakarta, bernama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Juga patut dicatat bahwa – paling tidak
sebelum ditunjuk menjadi Juru Bicara Presiden – Denny tidak pernah segan
mengkritik SBY dalam sejumlah tulisannya. Di saat sama, SBY juga tidak
segan-segan membawa para pengkritiknya ke dalam pemerintahannya.
Tapi upaya Denny membersihkan lembaga pemasyarakatan
dan menangkap para oknum korup telah membuatnya berhadapan dengan pihak-pihak
berkuasa yang berkepentingan.
Sikapnya yang blak-blakan tidak mengundang
simpati dari birokrat. Semangatnya dan ketegasannya menjadi pisau bermata dua,
yang mengalienasinya dari bagian layanan publik dan kadang, dari media.
Namun, Indonesia butuh orang-orang muda
seperti Denny untuk terus memperjuangkan agenda antikorupsi. Banyak segmen
kelas menengah yang ‘merestui’ aktivismenya dan mengapresiasi segala hal yang
datang dengan itu. Terlebih lagi seiring kekecewaan publik dengan lambatnya
laju reformasi yang terjadi.
Mantan aktivis yang menjadi pemimpin seperti
Denny telah menghabiskan masa muda mereka melawan dan mengkritik “sistem”,
hanya untuk kemudian menjadi bagian dari “establishment” ketika demokratisasi
Indonesia telah memperluas kesempatan yang tadinya tidak bisa mereka dapatkan.
Kini mereka harus menyeimbangkan antara
realita menjadi bagian dari pemerintahan yang punya aspirasi, dan ekspektasi
publik. Bagaimanapun juga, tidak ada orang yang mau dituduh menjual
integritasnya.
Jalan Denny menjadi pengabdi publik masih
panjang dan berpotensi membuahkan karir cemerlang. Indonesia membutuhkan
orang-orang muda seperti ini untuk sukses di jalannya.
Kita berharap saja, orang-orang yang berhasil
dan berjalan di koridor kekuasaan sekarang, adalah orang-orang seperti Denny,
si aktivis dari Kalimantan Selatan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar