Jumat, 27 Januari 2012

Mengedepankan Merk Pribadi


Mengedepankan Merk Pribadi
Susidarto, PEMERHATI MASALAH MANAJEMEN
Sumber : SUARA MERDEKA, 27 Januari 2012



JOKOWI, panggilan akrab Joko Widodo, Wali Kota Solo sejak 2005 beberapa kali membuat gebrakan populis demi kemajuan daerah yang dipimpinnya, dan terkini ia membuat kejutan dengan memilih Esemka, mobil rakitan siswa SMK, sebagai mobil dinas. Langkah itu tidak biasa dilakukan oleh para pemimpin negeri ini.

Dalam raker dengan Komisi VI DPR (SM, 26/01/12), sikap itu menuai pujian. Sejumlah wakil rakyat menyatakan langkahnya perlu didukung tanpa harus mempermasalahkan apakah produk itu nantinya bernama mobnas atau mobil rakyat. Yang terpenting kendaraan itu mengandung minimal 40% komponen lokal.

Dalam konteks Esemka, langkah Jokowi bukan sekadar pencitraan diri melainkan personal branding yang memang perlu dibangunnya. Personal branding adalah proses atau cara yang dilakukan seseorang (dalam karier atau pekerjaannya) untuk dimerekkan atau disimbolkan sehingga menjadi brand.

Ibarat sebuah produk, Jokowi memandang perlu memperkenalkan ’’mereknya’’ secara luas, dalam konteks membanggakan. Publik pun bisa melihat dari contoh kesederhanaan memakai mobil dinas yang usianya sudah 11 tahun, tidak korupsi, tidak menikmati gajinya untuk keperluan pribadi, prolingkungan dengan mencanangkan car free day tiap Minggu, dan serangkaian langkah berkarakter lainnya.

Personal branding lebih dari sekadar upaya pencitraan yang hanya bersifat pendek, sesaat, dan memiliki agenda tertentu. Hal itu berbeda dari personal branding yang lebih bersifat jangka panjang, abadi, dan tidak selalu terkait dengan agenda tertentu, baik ekonomi, politik maupun agenda lainnya.

Produk Lain

Penulis melihat fenomena itu dalam konteks membangun personal branding sebagai  pemimpin prorakyat, prolingkungan, dan pro heritage lewat moto ’’Solo Masa Kini adalah Solo Masa Lalu’’,  pemimpin yang bersih dan sebagainya, seiring dengan berbagai prestasi yang diraihnya. Bahkan yang terkini dia menunjukkan sebagai pemimpin yang cinta produk Indonesia.

Banyak perubahan yang dibuatnya sepanjang kariernya sebagai kepala daerah. Dia membuktikan dicintai rakyat, terbukti ’’tanpa kampanye’’ ia dan pasangannya kembali terpilih memimpin Kota Solo, dengan perolehan suara 90%. Fakta yang tidak bisa dimungkiri.
Bahkan saat warganya mendengar ia melangkah ke jenjang politik berikutnya sebagai calon gubernur DKI Jakarta, mereka nggondeli (tidak merelakan-Red). Inilah penjabaran personal branding yang menunjukkan ia juga memiliki karakter kepemimpinan yang kuat.

Publik meyakini, di mana pun dia menjabat dan ditempatkan, akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik, seiring dengan personal branding yang disandangnya.
Ke depan, negeri ini, termasuk dalam lingkup daerah, amat membutuhkan sosok dan figur pemimpin sekelas dan sekualitas dia, supaya bisa membawa biduk besar Indonesia ke arah yang lebih baik dan sejahtera.  Karena itu, keputusannya menggunakan Esemka sebagai mobil dinas selayaknya mendapatkan apresiasi.

Pejabat negara di pusat seyogianya mengikuti jejak Jokowi, tidak sebatas mobil tapi untuk produk lain semisal pakaian, tas, sepatu, kursi dan sebagainya, yang sejatinya tak kalah desain dan kualitasnya dari produk luar negeri. Kursi buatan perajin Jepara tak kalah dari produk luar negeri, sebagaimana kursi impor untuk ruang Banggar DPR yang harganya jauh lebih mahal. 

Kita harus bangga terhadap produk nasional, tidak sekadar mewacanakan tapi dalam tindakan nyata. Langkah itu bisa dimulai dari para pemimpin sebagai anutan, dengan membuktikan bahwa ia memakai dan membanggakan produk anak bangsa. 
Bukan hal yang sulit untuk mewujudkan kecintaan terhadap produk nasional yang berkualitas karena persoalannya hanya pada kemauan untuk memulai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar