Ketahanan
Ekonomi Pasca Trump
Tri Winarno ;
Peneliti
Ekonomi Bank Indonesia
|
KOMPAS, 18 Februari 2017
Perekonomian
global menghadapi tantangan yang sangat berat setelah Brexit dan setelah
dilantiknya Donald Trump sebagai Presiden (ke-45) Amerika Serikat. Berbagai
pemangku kepentingan, seperti pelaku pasar, merasa cemas terhadap prospek
perekonomian global ke depan. Namun, masih ada tanda-tanda optimisme setelah
memasuki awal tahun 2017 di mana siklus ekonomi dunia mengindikasikan bahwa selama
satu semester ke depan perekonomian global masih menjanjikan.
Beberapa indikator
Setidak-tidaknya
terdapat enam indikator utama yang mendukung optimisme perkembangan
perekonomian global ke depan tersebut.
Indikator
pertama adalah data klaim jumlah penganggur setiap minggu di pasar tenaga
kerja AS. Indikator tersebut merupakan penanda awal kekuatan ekonomi AS
secara keseluruhan. Data pengangguran merupakan indikator jeda (lagging indicator) dari suatu
perekonomian AS. Jika suatu perekonomian AS kuartal ini mengalami
perlambatan, jumlah pengangguran AS akan meningkat pada kuartal berikutnya,
yaitu ada jeda antara kinerja ekonomi dan jumlah pengangguran di AS. Selain
itu, data pengangguran AS dapat dijadikan sebagai proyeksi perekonomian AS
jangka pendek.
Data klaim
pengangguran AS selalu terbarukan dan tersedia mingguan. Berdasarkan
analisis, data klaim pengangguran AS merupakan leading indicator-indikator
utama-harga saham AS. Secara keseluruhan data klaim pengangguran AS di bulan
Januari relatif rendah dan mengindikasikan tren penurunan dibandingkan dengan
bulan-bulan sebelumnya. Ini diperkuat oleh membaiknya harga saham AS, baik
yang dicatat oleh Dow Jones maupun oleh Nasdaq.
Indikator
kedua adalah Institute for Supply Management Manufacturing Index (ISM).
Indeks ini merupakan penanda kuat proyeksi perekonomian AS 3-6 bulan ke depan
walaupun pangsa sektor manufaktur AS terhadap produk domestik bruto (PDB)
relatif kecil dibandingkan dengan sektor utama lainnya. Jika indeks ini
meningkat, dapat dipastikan kinerja perekonomian AS kuartal depan akan
membaik. Seiring dengan klaim jumlah pengangguran yang menurun, data ISM AS
ikut memperkuat optimisme pemulihan ekonomi AS.
Indikator
ketiga adalah data subkomponen dari survei ISM, yaitu data jumlah pesanan
baru produk manufaktur beserta inventorinya. Pada Januari 2017 terjadi
peningkatan jumlah pesanan baru untuk produk manufaktur di AS di
tengah-tengah jumlah persediaan yang relatif rendah. Ini mengindikasikan akan
terjadi tambahan produksi untuk masa-masa mendatang dalam memenuhi pesanan
tersebut yang berarti akan terjadi akselerasi aktivitas ekonomi AS.
Indikator
keempat adalah rasio belanja eceran terhadap produksi industri di China.
Angka ini dapat digunakan sebagai penanda siklus kecenderungan perekonomian
dan indikator perubahan struktural perekonomian China dari ekspor ke konsumsi
domestik, dari outward looking ke inward looking economy. Ini merupakan
salah satu indikator penting, baik bagi perekonomian China maupun bagi
perekonomian global ke depan.
Walaupun rasio
belanja eceran terhadap produksi industi terlihat tak menentu,
kecenderungannya semakin meningkat sejak krisis keuangan global tahun 2008.
Ini menunjukkan bahwa belanja konsumsi masyarakat China masih tetap kuat di
tengah penurunan output industrinya.
Indikator
kelima adalah data perdagangan internasional Korea Selatan yang secara
konsisten dilaporkan pada hari pertama setiap awal bulan tercepat
dibandingkan dengan negara-negara lain. Korea Selatan adalah suatu negara
dengan perekonomian terbuka dan punya partner dagang dengan negara-negara di
seluruh belahan dunia. Partner dagang utamanya terdiri dari AS, China,
Jepang, dan Uni Eropa sehingga data perdagangan internasional Korea Selatan
dapat digunakan sebagai indikator kinerja perdagangan global.
Setelah ada
kecenderungan menurun beberapa tahun terakhir, data perdagangan Korea Selatan
menunjukkan tandatanda pemulihan sejak November 2016, khususnya pertumbuhan
ekspornya; dan pada Januari 2017 mengalami peningkatan sangat signifikan.
Dengan memperhatikan data perdagangan Korea Selatan, optimisme kinerja
perekonomian global dipastikan masih bertumbuh.
Mencermati
data perdagangan Korea Selatan tersebut, bisa jadi perlambatan perdagangan
global akhir-akhir ini adalah suatu fenomena temporer. Penyebabnya berbagai
faktor yang di antaranya bersumber dari krisis Uni Eropa yang berkepanjangan,
penurunan tajam harga komoditas, perlambatan tajam ekonomi Brasil, Rusia, dan
emerging economies lainnya; serta regulasi yang ketat terhadap perbankan internasional
yang menghambat pembiayaan transaksi perdagangan global. Jika fakta ini
valid, sebenarnya ekonomi global sedang mengarah pada pemulihan seandainya
tidak direcoki oleh Trumponomics.
Memasuki fase pemulihan
Indikator
terakhir adalah Ifo Business Climate Index bulanan untuk perekonomian Jerman.
Data ini dapat digunakan sebagai indikator siklus perekonomian Eropa secara
keseluruhan, mengingat Jerman adalah pusat dari perekonomian Eropa. Jika
indeks ini meningkat, dapat dimaknai perekonomian Uni Eropa secara
keseluruhan mengalami peningkatan. Survei Ifo mencatat bahwa sejak semester
II tahun 2016, angkanya telah menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
Mencermati
enam indikator utama di atas, secara keseluruhan sebenarnya perekonomian
global telah mengarah pada fase pemulihan walaupun di tengah-tengah proses
tersebut dibayang-bayangi oleh konsekuensi negatif dari Brexit dan Usxit.
Dan, berdasarkan pengalaman masa lampau, keenam indikator tersebut telah
mengirim sinyal bahwa satu semester ke depan perekonomian global akan
mengalami peningkatan kinerja yang signifikan. Namun, kepastian proyeksi dan
optimisme tersebut masih bergantung pada seberapa besar badai proteksionistik
Trump, implementasi Brexit, dan pemilu presiden di Perancis pada Juni 2017 akan
menghambat laju pemulihan perekonomian global. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar