Warisan
Karakter SBY
Edhie Baskoro Yudhoyono ; Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI 2014-2019
|
SINAR
HARAPAN, 22 Oktober 2014
Bangsa Indonesia telah melewati detik-detik bersejarah dengan
dilantiknya Presiden Jokowi pada 20 Oktober 2014. Kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) juga menjadi catatan sejarah tersendiri dalam dinamika
politik Indonesia. SBY menjadi satu-satunya presiden yang bisa menyelesaikan
pemerintahannya secara penuh selama dua periode berturut-turut. Lalu, apa
yang membuat SBY bisa bertahan dan apakah warisan kepemimpinan SBY?
Artikel ini akan membahas karakter dan warisan SBY dari segi
idiosinkresi. Arti idioisinkresi adalah gabungan antara karakter, sifat, dan
sikap yang tercermin dalam perilaku. Ini memengaruhi keputusan-keputusan
yang diambil.
SBY dikenal sebagai pribadi yang santun dan berhati-hati, sebuah
sikap yang menjadi paradoks dalam alam demokrasi bebas, seperti di Indonesia
sekarang. Pada masa demokrasi liberal dengan hiruk-pikuknya dinamika elite
politik serta kebebasan pers, masyarakat menjadi jenuh dengan politik.
Intrik, manuver, bahkan fitnah menjadi makanan yang disuguhkan ke masyarakat
setiap hari.
Di tengah iklim seperti ini, seorang pemimpin yang bisa
berbicara dengan santun dan menyejukkan sangat dirindukan masyarakat. Sosok
SBY yang sangat jarang berkonfrontasi di depan publik, sabar, dan
berhati-hati menjadi sosok pemimpin yang langka.
Kita bisa menyaksikan betapa selama sepuluh tahun SBY tidak
pernah sepi kritik, kecaman, bahkan hujatan. Meski dalam beberapa kesempatan
mengeluh, SBY sangat menghargai kebebasan media maupun kritik dan respons
negatif terhadapnya. Sepanjang kepemimpinannya, tidak ada media yang
diberedel. Media bahkan dihargai sebagai penyeimbang yang memberikan
kontribusi pemerintahannya.
SBY membuka diri terhadap elite politik yang mengecam dan
mengkritiknya. Bagi mereka yang sudah melanggar batas, seperti fitnah, SBY
menggunakan jalur hukum untuk meresponsnya. Langkah bijak ini menunjukkan
penghormatan terhadap proses demokrasi dan hukum, dengan tidak mempergunakan
jalur kekuasaan. Jalur hukum juga dipakai untuk memberikan contoh kepada
masyarakat bahwa semua warga berkedudukan sama di depan hukum.
Bagi masyarakat di kota-kota besar, mungkin hiruk-pikuk politik
dengan segenap intriknya merupakan hal biasa. Tetapi di akar rumput, figur
elite politik seperti SBY yang santun dan berhati-hati inilah yang diidamkan
masyarakat. Tidak mengherankan jika SBY bisa kembali terpilih oleh rakyat
pada Pemilu 2009, dengan perolehan suara yang fenomenal.
Aspek kepribadian lain yang disukai masyarakat dari SBY adalah
keinginannya mencari solusi dan harmoni dari elite partai politik (parpol).
Beliau sadar pentingnya menjalin komunikasi dan harmoni di antara elite
partai baik di eksekutif maupun legislatif.
Ada Setgab, pertemuan rutin antara pemimpin lembaga tinggi
negara, juga berwarnanya Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid I dan II
merupakan kebijakan strategis SBY dalam mencari harmoni. Masih terekam dalam
ingatan publik bagaimana strategi SBY menjadikan Taufik Kiemas sebagai Ketua
MPR, meskipun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengambil sikap
sebagai oposisi. Keputusan ini diambil agar SBY bisa menjaga hubungan baik
dengan PDIP, begitu juga menjaga keseimbangan politik.
Memang tantangannya tidak mudah di tengah banyaknya konflik
kepentingan politik. Tetapi, upaya sungguh-sungguh ini juga disaksikan dengan
baik oleh seluruh rakyat.
Karakter terakhir yang dicatat masyarakat, SBY terkenal sebagai
pemimpin yang berpikir positif, optimistis, dan visioner. SBY paham beda
antara pemimpi dan pemimpin. SBY mempunyai program yang jelas, visi yang
jauh, dan kemampuan menjalankan program-programnya.
Saat orang masih berdebat menyangsikan kemampuan TNI dalam
menjaga wilayah NKRI, SBY secara signifikan menambah anggaran alutsista dan
memodernisasikan alutsista. Kebijakan ini semakin menambah kepercayaan diri
TNI dalam menjaga keutuhan NKRI. Kesejahteraan prajurit pun menjadi prioritas
dengan kenaikan renumerasi serta pembangunan fasilitas perumahan. Kekuatan
militer Indonesia bahkan sekarang semakin disegani negara lain. Ini sebuah
modal berharga dalam menjaga NKRI.
Dalam kasus infrastruktur, SBY yang paham sekali pentingnya
infrastruktur meluncurkan program percepatan pembangunan MP3EI dan MP3KI.
Program yang diluncurkan tiga tahun terakhir ini telah banyak menghasilkan
infrastruktur penting, seperti jalan Tol Mandara Bali, Jembatan Kelok
Sembilan, Bandara Internasional Lombok, Bandara Kualanamu, Bandara Sepinggan,
dan proyek-proyek strategis lainnya di seluruh Indonesia. Dasar pemikiran
SBY, dengan percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur strategis,
ekonomi dapat terus bergerak dan tumbuh sehinggas dapat terus mengurangi
kemiskinan dan pengangguran.
Saat yang lainnya juga masih berdebat tentang perlunya langkah
riil mengurangi kemiskinan dan pengangguran, SBY sudah melakukan aksi nyata
dengan hasil-hasilnya yang fenomenal. Bahkan visi MP3EI melampaui
pemerintahan SBY sendiri, yaitu sampai dengan 2025, agar semua kesinambungan
bisa terjaga.
Terlepas dari faktor idiosinkresi yang telah diuraikan, tentu
saja sebagai manusia SBY juga mempunyai kekurangan. Sikap berhati-hatinya
sering dikonotasikan lambat. Sikap bijaknya sering dikritik sebagai berpihak.
Sikap mencari solusi bersamanya sering dikatakan sebagai takut mengambil
sikap.
Memang setiap karakter bisa juga bersisi dua dan sering dinilai
salah. Terlepas dari semua itu, tiga karakter SBY tersebut tidak dapat
dimungkiri telah mewarnai dinamika politik di Indonesia dan menjadikannya
sebagai salah satu role mode dan teladan. Katanya, pemimpin besar akan
dirindukan saat dia pergi. Mari lepas purnatugas SBY dan Bu Ani dengan
hormat, hormat akan sebuah tokoh bangsa yang telah mendedikasikan
pengabdiannya yang tulus bagi kebesaran bangsa dan negara ini, Indonesia. Selamat Jalan Pak SBY! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar