Membayangkan
Sosok Ibu Negara
Sudirman
Nasir ; Dosen dan peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin, Makassar; Peneliti di ReachOut Consortium, Eijkman Institute, Jakarta
|
TEMPO.CO,
18 Juni 2014
Di
tengah hiruk-pikuk kampanye pemilu presiden saat ini, tak banyak di antara
kita yang sempat memikirkan secara serius sosok ibu negara kita mendatang.
Memang di media-media sosial sempat muncul pembicaraan-pembicaraan sekilas,
lelucon-lelucon mengenai sosok bakal ibu negara kita. Ini terjadi karena
kebetulan salah seorang calon presiden, yakni Prabowo Subianto, kini
berstatus duda cerai.
Di
Amerika Serikat, ibu negara tidak selalu diperankan oleh istri presiden. Pada
saat Presiden AS dijabat oleh seseorang yang tidak memiliki istri, seperti
Thomas Jefferson, ibu negara diperankan oleh salah seorang kerabatnya, yakni
Martha Jefferson Randolph. Ibu negara memang tidak memiliki tugas atau peran
formal, namun punya pengaruh cukup besar. Lisa Burns, dalam First Ladies and the Fourth Estate: Press
Framing of Presidential Wives (2008), menyebutkan empat peran ibu negara
di AS, yaitu "tokoh publik" (public
woman), "pesohor politik" (political
celebrity), "aktivis politik" (political activist), dan "sosok yang berpengaruh secara
politik" (political interloper).
Dalam
kenyataannya, batas-batas antara peran-peran di atas sebenarnya tidaklah
terlalu jelas. Ibu Negara Edith Wilson, misalnya, berperan mengisi banyak
acara suaminya setelah Presiden Wilson terkena stroke. Demikian pula Ibu
Negara Eleanor Roosevelt, yang suaminya mengalami kelumpuhan.
Namun
para ibu negara selanjutnya, seperti Jacqueline Kennedy, Lady Bird Johnson,
Pat Nixon, Betty Ford, Rosalyn Carter, Nancy Reagan, Barbara Bush, Hillary
Clinton, Laura Bush, dan Michelle Obama, menjadi pesohor sekaligus aktif
mendukung program-program penting; seperti lingkungan hidup; kesehatan,
termasuk kesehatan jiwa, kesehatan perempuan, kesehatan ibu dan anak;
penyalahgunaan narkotik; serta literasi dan minat baca. Ibu Negara Michelle
Obama saat ini, misalnya, sangat aktif mengkampanyekan peningkatan
kesejahteraan keluarga para tentara AS dan juga program-program mengurangi
kegemukan (obesitas) yang memang merupakan masalah-masalah penting yang kini
dihadapi AS .
Di Tanah
Air, salah satu masalah utama yang kita hadapi saat ini adalah kesehatan ibu,
seperti jelas terlihat pada angka kematian ibu yang masih tinggi. Kesehatan
ibu yang merupakan salah satu komponen MDGs (Millenium Development Goals) juga merupakan investasi yang sangat
penting bagi generasi mendatang. Target kita menurunkan AKI dari 359 per 100
ribu kelahiran hidup menjadi 102 per 100 ribu pada 2015 tampaknya sulit kita
capai. Namun kita tak boleh menyerah.
Sosok
ibu negara yang memiliki passion
dan komitmen pada masalah ini akan sangat berperan meningkatkan semangat dan
kinerja para tenaga kesehatan di lini terdepan dan para pemangku kepentingan.
Dalam iklim masyarakat kita yang masih cenderung paternalistik, sosok ibu
negara yang memiliki komitmen pada bidang ini berpotensi menggerakkan istri
menteri, istri gubernur, istri wali kota, istri bupati, istri camat, dan
istri kepala desa untuk mendorong program-program kesehatan ibu. Termasuk
tentu saja mendorong suami mereka untuk lebih berkomitmen pada bidang
strategis namun sering terabaikan ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar