Kamis, 19 Juni 2014

Membayangkan Sosok Ibu Negara

Membayangkan Sosok Ibu Negara

Sudirman Nasir ;   Dosen dan peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar; Peneliti di ReachOut Consortium, Eijkman Institute, Jakarta
TEMPO.CO,  18 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Di tengah hiruk-pikuk kampanye pemilu presiden saat ini, tak banyak di antara kita yang sempat memikirkan secara serius sosok ibu negara kita mendatang. Memang di media-media sosial sempat muncul pembicaraan-pembicaraan sekilas, lelucon-lelucon mengenai sosok bakal ibu negara kita. Ini terjadi karena kebetulan salah seorang calon presiden, yakni Prabowo Subianto, kini berstatus duda cerai.

Di Amerika Serikat, ibu negara tidak selalu diperankan oleh istri presiden. Pada saat Presiden AS dijabat oleh seseorang yang tidak memiliki istri, seperti Thomas Jefferson, ibu negara diperankan oleh salah seorang kerabatnya, yakni Martha Jefferson Randolph. Ibu negara memang tidak memiliki tugas atau peran formal, namun punya pengaruh cukup besar. Lisa Burns, dalam First Ladies and the Fourth Estate: Press Framing of Presidential Wives (2008), menyebutkan empat peran ibu negara di AS, yaitu "tokoh publik" (public woman), "pesohor politik" (political celebrity), "aktivis politik" (political activist), dan "sosok yang berpengaruh secara politik" (political interloper).

Dalam kenyataannya, batas-batas antara peran-peran di atas sebenarnya tidaklah terlalu jelas. Ibu Negara Edith Wilson, misalnya, berperan mengisi banyak acara suaminya setelah Presiden Wilson terkena stroke. Demikian pula Ibu Negara Eleanor Roosevelt, yang suaminya mengalami kelumpuhan.

Namun para ibu negara selanjutnya, seperti Jacqueline Kennedy, Lady Bird Johnson, Pat Nixon, Betty Ford, Rosalyn Carter, Nancy Reagan, Barbara Bush, Hillary Clinton, Laura Bush, dan Michelle Obama, menjadi pesohor sekaligus aktif mendukung program-program penting; seperti lingkungan hidup; kesehatan, termasuk kesehatan jiwa, kesehatan perempuan, kesehatan ibu dan anak; penyalahgunaan narkotik; serta literasi dan minat baca. Ibu Negara Michelle Obama saat ini, misalnya, sangat aktif mengkampanyekan peningkatan kesejahteraan keluarga para tentara AS dan juga program-program mengurangi kegemukan (obesitas) yang memang merupakan masalah-masalah penting yang kini dihadapi AS .

Di Tanah Air, salah satu masalah utama yang kita hadapi saat ini adalah kesehatan ibu, seperti jelas terlihat pada angka kematian ibu yang masih tinggi. Kesehatan ibu yang merupakan salah satu komponen MDGs (Millenium Development Goals) juga merupakan investasi yang sangat penting bagi generasi mendatang. Target kita menurunkan AKI dari 359 per 100 ribu kelahiran hidup menjadi 102 per 100 ribu pada 2015 tampaknya sulit kita capai. Namun kita tak boleh menyerah.

Sosok ibu negara yang memiliki passion dan komitmen pada masalah ini akan sangat berperan meningkatkan semangat dan kinerja para tenaga kesehatan di lini terdepan dan para pemangku kepentingan. Dalam iklim masyarakat kita yang masih cenderung paternalistik, sosok ibu negara yang memiliki komitmen pada bidang ini berpotensi menggerakkan istri menteri, istri gubernur, istri wali kota, istri bupati, istri camat, dan istri kepala desa untuk mendorong program-program kesehatan ibu. Termasuk tentu saja mendorong suami mereka untuk lebih berkomitmen pada bidang strategis namun sering terabaikan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar