SUARA MERDEKA,
01 Agustus 2013
|
PUASA
adalah ajaran umat pada semua agama. Kendati ada perbedaan dalam ritus,
filosofi yang melingkupi sama, yaitu mengontrol hawa nafsu dan ego, serta
mempertebal kepedulian terhadap orang lain. Dalam Islam, sejak Nabi Muhammad
saw, konsep puasa hingga kini tidak banyak berubah.
Konsep
itu adalah berpantang makan dan minum, termasuk berperilaku yang dianggap perlu
untuk dijauhi pada saat tertentu. Konsep ini sebenarnya menjadi pelajaran mudah
untuk menghadapi kesulitan hidup. Banyak orang merasa tidak bisa hidup tanpa
rokok, misalnya. Banyak orang merasa tak bisa hidup tanpa makan dan minum yang
terkontrol.
Banyak
orang tak dapat menguasai nafsu inderawi mereka. Dengan berpuasa, terutama pada
bulan Ramadan, kita bisa mengatasi semua keberatan di bawah alam sadar itu.
Dalam kondisi tertentu, orang berpuasa mengeluarkan asam lambung, dan dengan
tidak adanya makanan, bisa menyebabkan sakit maag.
Tetapi
dengan sugesti pribadi atau autosugesti, dengan mudah otak bisa diperintah
mengubah ritme harian sehingga yang seharusnya menyuruh lambung mengeluarkan asam
pada jam tertentu, bisa tidak jadi ke luar. FaktorAdiksi Realitas itu
mengajarkan bahwa tubuh punya mekanisme sangat sempurna untuk mengatasi problem
sehari-hari. Susunan kimia dan darah dalam tubuh bisa berubah, menyesuaikan
diri, sehingga tak ada gangguan patologi ketika orang itu berpuasa.
Adiksi
atau kecanduan, terutama terhadap narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif (napza) dan rokok merupakan tantangan berat bagi pecandu. Bila rasa
ketagihan itu datang, dalam istilah kecanduan disebut giting, tubuh seperti
memaksa untuk memenuhi akan zat itu. Bila tidak dipenuhi, tubuh mengeluarkan
hormon nyeri seperti prostaglandin dan serotonin yang membuat semua saraf
merespons dengan rasa nyeri luar biasa. Orang yang kecanduan narkoba berat,
seperti heroin (putaw) atau morfin akan mengeluarkan banyak kormon sehingga ia
akan merasakan nyeri luar biasa.
Sedemikian
sakitnya, ia bisa menangis, berteriak, mengeluarkan peluh, mata merah, kejang
dan lain-lain. Beberapa orang yang tidak kuat akan menyakiti diri, bahkan bunuh
diri. Dalam rumah perawatan korban narkoba, pasien dibiarkan menderita
kesakitan, hanya dihindarkan dari upaya menyakiti diri dengan cara diikat atau
diawasi secara ketat. Pada panti rehab berbasis Islam, keadaan sakaw itu kerap
diatasi dengan terapi mandi diguyur air dingin. Konsep pengobatan itu disebut Cold Turkey. Adapun rumah sakit sering
menggunakan model substitusi atau tapering
off, yakni pecandu diberi obat dengan dosis menurun sehingga secara alami
hormon sakit dan nyaman (endorfin) menjadi seimbang.
Menghilangkan
sakaw tidaklah sulit, yang sulit adalah bagaimana mempertahankan abstinen (tidak memakai drug) selama
mungkin. Beberapa dokter patologi anatomi menemukan jejak di dalam otak ketika
seseorang menggunakan narkoba dalam jangka lama. ’’Cacat’’ itu sering dianggap
bahwa proses kecanduan akan terjadi pada seseorang seumur hidup. Niat Kuat Puasa terbukti membuat konsep
diri, baik pada alam sadar maupun bawah sadar, berubah sesuai keinginan dan
niat.
Begitu
juga dalam kasus adiksi. Seseorang yang punya motivasi kuat menghentikan
kecanduan narkoba, dengan niat teguh, ia bisa menghentikan proses kimia dalam
tubuh yang membuatnya ketagihan. Niat untuk sembuh akan menekan hormon prostaglandin yang dilepas oleh kelenjar
neurotransmitter. Penelitian yang
dilakukan para ahli tentang kecanduan menunjukkan bahwa niat untuk berhenti dan
puasa narkoba, membuat produksi hormon sakit berkurang dan sebaliknya hormon
nyaman meningkat.
Dari
dasar itulah maka pengobatan pecandu narkoba jenis berat seperti putaw dengan
metoda therapeutic community ataupun napza anonymous, mengedepankan konsep niat tersebut. Tiap pagi, siang,
dan malam, pasien disuruh membaca atau menghafal kalimat yang isinya perasaan
ketidakberdayaan menghadapi kecanduan dan memohon pertolongan Tuhan melalui doa
untuk dikuatkan menghadapinya dan supaya tidak muncul kecanduan. Realitasnya
dengan konsep niat dan berpuasa, kecanduan itu bisa hilang.
Proses
selanjutnya adalah bagaimana mempertahankan tidak kecanduan selama mungkin.
Konsep niat dan puasa bila dilakukan terus menerus, mampu menekan rasa
kecanduan hingga hilang sendiri. Ibarat berpuasa Senin Kamis atau puasa ala
Nabi Daud as, maka pecandu yang menerapkan konsep puasa disertai penguatan diri
dan lingkungan, akan terhindar dari kecanduan. Sehari-hari kita sering melihat
efek puasa pada kecanduan rokok. Banyak orang mengatakan tak bisa meninggalkan
rokok. Bila ia menghentikan maka ia akan sakaw, yang ditandai dengan rasa tak
nyaman, bingung, sulit berpikir dan sebagainya.
Acap
mereka konsultasi ke dokter tapi gagal menghentikan kecanduannya walau mendapat
terapi. Faktanya, ketika Ramadan tiba, dengan sepenggal niat puasa maka
mekanisme kimia yang selama ini membuatnya kecanduan rokok langsung hilang.
Kini kita senyatanya bisa melihat bahwa puasa sebenarnya merupakan obat bagi
kecanduan apa pun, termasuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
(napza), rokok, dan sebagainya. ’’Obat’’ itu terbukti sangat manjur dan murah. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar