Jumat, 23 Agustus 2013

Pencapaian, Bukan Kata-Kata

Pencapaian, Bukan Kata-Kata
Billy Boen ;   CEO PT YOT Nusantara; Director PT Jakarta International Management; Shareholder, Rolling Stone Café
KORAN SINDO, 23 Agustus 2013



Dengan perkembangan  teknologi yang semakin  pesat, dan karena adanya  sosial media, semakin banyak  orang yang saling mengenal  satu sama lain. 

Kita juga  semakin punya banyak idola.  Profesi sang idola juga beraneka  ragam, ada yang artis, musisi,  aktor, ataupun pengusaha.  Padaumumnya, orang-orang  yang memiliki fans biasanya  karena mereka sudah sukses di  bidang yang mereka tekuni.  Nah, yang menggembirakan  adalah ketika kita sekarang semakin  banyak melihat mereka  yang telah sukses ini menggunakan  sosial media sebagai  alat untuk mereka berbagi.  

Apakah sekadar memberi tahu  kepada fans-nya tentang suatu  acara sosial, atau sekadar berbagi  kata-kata inspiratif, baik  dari buku yang mereka baca  atau dari pemikiran mereka  sendiri.  Saya pernah makan siang  dengan mantan Kapten Tim  Nasional Sepak Bola Indonesia  Bambang Pamungkas diselasela  syuting untuk program  saya di Metro TV: Young On Top.  Sejujurnya, tidak mudah untuk  membujuk Bepe (panggilan  Bambang Pamungkas) untuk  mau diangkat profilnya di  program saya ini. 

Dia mengaku  bahwa belum pernah dia mengiya-  kan permintaan wawancara  di televisi di luar dari tema sepak  bola. Beruntung, manajer Bepe  adalah teman baik saya dari  dulu, Muly Munial (founder  Munial Sports Group), yang  juga selalu aktif dalam membawa  pemain-pemain bola  internasional ke Indonesia;  karena memang passion-nya  adalah olah raga.  

Ada satu perkataan Bepe  yang saya ingat betul, dia bilang,  “Sebagai public figure, saya  sekarang berusaha semaksimal  mungkin menggunakan status  tersebut untuk memberikan  impact positif untuk banyak  orang. Saya sekarang terlibat di  berbagai kegiatan-kegiatan  amal dengan berbagai yayasan.”  Kala itu saya berpikir, “Andai  semua orang sukses (termasuk  selebritas) punya pemikiran  demikian.” Memang tidak  mungkin juga semua orang memiliki  keinginan untuk berbagi.  Tapi tidak bisa dimungkiri,  seperti yang saya katakan di  atas, bahwa semakin banyak  orang yang punya keinginan  untuk berbagi, terutama lewat  sosial media. 

Mereka mungkin  terinspirasi oleh orang-orang  seperti Bepe (saat ini Twitternya  memiliki 4,5 juta followers),  mereka juga ingin berbagi dan  menjadi inspirasi bagi banyak  orang.  Nahsayangnya, banyak yang  salah kaprah soal ini. Maksudnya  apa?  Sering banyak yang mention  saya di Twitter(@billyboen), atau  ketika bertemu saya di berbagai  kesempatan seminar, workshop,  training, baik di perusahaan atau  kampus yang bertanya, “Mas  Billy, bagaimana  supaya kita bisa  menjadi inspirasi  bagi orang lain?”

Banyak yang  karena terinspirasi  oleh orangorang  sukses ini  dalam berbagi, berpikir  bahwa untuk  menjadi inspirasi  bagi orang lain adalah  dengan menuliskan  kata-kata  inspirasi di  Twitter-nya, di  Facebook-nya, dan  dengan menjadi  pembicara motivasi  atau yang lebih  kita kenal sebagai  motivator.  Di salah satu  karantina program  diadakan oleh sebuah  brand anak  muda, saya pernah  bertemu dengan seorang mahasiswa  yang kala itu bilang bahwa  dia ingin menjadi motivator.  

Apakah ini adalah cita-cita yang  salah? Tidak. Ketika saya tanya  kenapa dia ingin jadi motivator,  dia bilang, “Dia ingin bisa berguna  bagi banyak orang.” Suatu  cita-cita dan tujuan yang mulia.  Saya suka. Tapi..  Menjawab pertanyaan banyak  orang yang bertanya bagaimana  untuk bisa menginspirasi  orang lain, yang juga pesan saya  kepada si mahasiswa yang ingin  menjadi motivator cukup  simple.. Saya bilang, “Kalau mau  menjadi inspirasi bagi banyak  orang, kitaharussudahmemiliki  suatu pencapaian. 

Menginspirasi  bukan dengan kata-kata  belaka, tapi harus dengan aksi,  pencapaian.”  Maksud saya begini. Contoh:  Apabila Anda adalah seorang  staf di sebuah perusahaan.  Kemungkinan besar akan lebih  sulit (bukan tidak mungkin)  untuk Anda bisa menginspirasi  jajaran direksi di perusahaan  tempat Anda bekerja. Saya  bilang lebih sulit, bukannya  tidak mungkin. Tapi, kalau  Anda adalah seorang direktur,  kemungkinan besar Anda akan  lebih mudah untuk menginspirasi  para karyawan yang ada di  perusahaan Anda. 

Kenyataannya,  si direktur akan “lebih didengar”  dan terkesan inspiratif  dibandingkan si staf yang melakukan  hal yang sama.  Jadi, kuncinya adalah: pencapaian.  Seseorang yang telah  mencapai suatu hal, secara psikologis  akan lebih bisa menginspirasi  dibandingkan oleh  seseorang yang belum mencapai  apa pun.  Kebayang nggak kalau  seorang Bepe, tidak pernah jadi  pemain nasional. Mau dia cuapcuapdan  berusaha memberikan  inspirasi kepada banyak anakanak  muda Indonesia, hasilnya  tidak akan seperti apa yang dia  lakukan sekarang.  

Ketika saya memulai karier  saya sebagai seorang assistant  manager, saya tidak pernah berpikir  untuk mencoba menginspirasi  orang lain. Saya sadar  bahwa saya bukan siapa-siapa,  saya belum punya pencapaian  yang berarti yang akan dianggap  “wow” oleh orang lain. Jadi,  waktu itu fokus saya hanya  untuk pencapaian demi pencapaian.  Ketika saya menjadi  GM di umur 26 tahun, dan kemudian  diminta untuk memimpin  tiga perusahaan di bawah  naungan MRA Group ketika  berusia 29 tahun, saya juga masih  merasa saya pantas untuk  menjadi inspirasi bagi orang  lain. 

Sekarang pun saya memiliki  beberapa perusahaan yang saya  bangun bersama beberapa  mitra bisnis saya, saya masih  tidak merasa bahwa saya “harus”  menjadi inspirasi bagi banyak  orang. Ketika saya menjadi  pembicara, tujuan saya hanya  satu: berbagi pengalaman (atas  apa yang telah  saya lewati).  

Kalau ternyata  apa yang saya  bagikan di berbagai  seminar,  workshop, training  tersebut menginspirasi  banyak orang,  saya bersyukur.  Membaca buku,  mencatat katakata  inspiratif, kemudian  bagikan  itu dengan menjadi  pembicara, atau via  sosial media, sahsah  saja. Tapi, apakah  benar ini akan  menginspirasi banyak  orang? Rakyat  kita semakin pintar,  mereka semakin  kritis. Mereka  akan melihat,  siapa Anda. Balik lagi,  kalau Anda belum punya  pencapaian apapun, kemungkinan  besar, mereka tidak akan  terinspirasi oleh Anda.  

Mohon diingat, saya tidak  bilang kita harus egoistis dan  berpikir untuk diri sendiri dulu  hingga sukses, baru mencoba  untuk berbagi loh ya. Menurut  saya, sebaiknya kita fokus kepada  pencapaian dulu, sebelum  berusaha untuk menjadi idola  bagi orang lain, tapi bukan  berarti selama perjalanannya,  kita tidak berbagi sama sekali.  Berbagi itu banyak bentuknya:  uang, tenaga, waktu, pemikiran,  dan lain-lain.  

Yang pasti, kalau mau jadi  inspirasi, bermanfaat, dan berkat  bagi banyak orang, jadilah  orang yang sukses. Karena kesuksesan  kita akan dengan sendirinya  menginspirasi orang  lain.  Jadilah inspirasi bagi banyak  orang melalui pencapaian,  bukan kata-kata.  See you ON TOP! ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar