|
Dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat, dan karena adanya
sosial media, semakin banyak orang yang saling mengenal satu sama
lain.
Kita juga semakin punya banyak idola. Profesi sang idola juga beraneka ragam, ada yang artis, musisi, aktor, ataupun pengusaha. Padaumumnya, orang-orang yang memiliki fans biasanya karena mereka sudah sukses di bidang yang mereka tekuni. Nah, yang menggembirakan adalah ketika kita sekarang semakin banyak melihat mereka yang telah sukses ini menggunakan sosial media sebagai alat untuk mereka berbagi.
Apakah sekadar memberi tahu kepada fans-nya tentang suatu acara sosial, atau sekadar berbagi kata-kata inspiratif, baik dari buku yang mereka baca atau dari pemikiran mereka sendiri. Saya pernah makan siang dengan mantan Kapten Tim Nasional Sepak Bola Indonesia Bambang Pamungkas diselasela syuting untuk program saya di Metro TV: Young On Top. Sejujurnya, tidak mudah untuk membujuk Bepe (panggilan Bambang Pamungkas) untuk mau diangkat profilnya di program saya ini.
Dia mengaku bahwa belum pernah dia mengiya- kan permintaan wawancara di televisi di luar dari tema sepak bola. Beruntung, manajer Bepe adalah teman baik saya dari dulu, Muly Munial (founder Munial Sports Group), yang juga selalu aktif dalam membawa pemain-pemain bola internasional ke Indonesia; karena memang passion-nya adalah olah raga.
Ada satu perkataan Bepe yang saya ingat betul, dia bilang, “Sebagai public figure, saya sekarang berusaha semaksimal mungkin menggunakan status tersebut untuk memberikan impact positif untuk banyak orang. Saya sekarang terlibat di berbagai kegiatan-kegiatan amal dengan berbagai yayasan.” Kala itu saya berpikir, “Andai semua orang sukses (termasuk selebritas) punya pemikiran demikian.” Memang tidak mungkin juga semua orang memiliki keinginan untuk berbagi. Tapi tidak bisa dimungkiri, seperti yang saya katakan di atas, bahwa semakin banyak orang yang punya keinginan untuk berbagi, terutama lewat sosial media.
Mereka mungkin terinspirasi oleh orang-orang seperti Bepe (saat ini Twitternya memiliki 4,5 juta followers), mereka juga ingin berbagi dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Nahsayangnya, banyak yang salah kaprah soal ini. Maksudnya apa? Sering banyak yang mention saya di Twitter(@billyboen), atau ketika bertemu saya di berbagai kesempatan seminar, workshop, training, baik di perusahaan atau kampus yang bertanya, “Mas Billy, bagaimana supaya kita bisa menjadi inspirasi bagi orang lain?”
Banyak yang karena terinspirasi oleh orangorang sukses ini dalam berbagi, berpikir bahwa untuk menjadi inspirasi bagi orang lain adalah dengan menuliskan kata-kata inspirasi di Twitter-nya, di Facebook-nya, dan dengan menjadi pembicara motivasi atau yang lebih kita kenal sebagai motivator. Di salah satu karantina program diadakan oleh sebuah brand anak muda, saya pernah bertemu dengan seorang mahasiswa yang kala itu bilang bahwa dia ingin menjadi motivator.
Apakah ini adalah cita-cita yang salah? Tidak. Ketika saya tanya kenapa dia ingin jadi motivator, dia bilang, “Dia ingin bisa berguna bagi banyak orang.” Suatu cita-cita dan tujuan yang mulia. Saya suka. Tapi.. Menjawab pertanyaan banyak orang yang bertanya bagaimana untuk bisa menginspirasi orang lain, yang juga pesan saya kepada si mahasiswa yang ingin menjadi motivator cukup simple.. Saya bilang, “Kalau mau menjadi inspirasi bagi banyak orang, kitaharussudahmemiliki suatu pencapaian.
Menginspirasi bukan dengan kata-kata belaka, tapi harus dengan aksi, pencapaian.” Maksud saya begini. Contoh: Apabila Anda adalah seorang staf di sebuah perusahaan. Kemungkinan besar akan lebih sulit (bukan tidak mungkin) untuk Anda bisa menginspirasi jajaran direksi di perusahaan tempat Anda bekerja. Saya bilang lebih sulit, bukannya tidak mungkin. Tapi, kalau Anda adalah seorang direktur, kemungkinan besar Anda akan lebih mudah untuk menginspirasi para karyawan yang ada di perusahaan Anda.
Kenyataannya, si direktur akan “lebih didengar” dan terkesan inspiratif dibandingkan si staf yang melakukan hal yang sama. Jadi, kuncinya adalah: pencapaian. Seseorang yang telah mencapai suatu hal, secara psikologis akan lebih bisa menginspirasi dibandingkan oleh seseorang yang belum mencapai apa pun. Kebayang nggak kalau seorang Bepe, tidak pernah jadi pemain nasional. Mau dia cuapcuapdan berusaha memberikan inspirasi kepada banyak anakanak muda Indonesia, hasilnya tidak akan seperti apa yang dia lakukan sekarang.
Ketika saya memulai karier saya sebagai seorang assistant manager, saya tidak pernah berpikir untuk mencoba menginspirasi orang lain. Saya sadar bahwa saya bukan siapa-siapa, saya belum punya pencapaian yang berarti yang akan dianggap “wow” oleh orang lain. Jadi, waktu itu fokus saya hanya untuk pencapaian demi pencapaian. Ketika saya menjadi GM di umur 26 tahun, dan kemudian diminta untuk memimpin tiga perusahaan di bawah naungan MRA Group ketika berusia 29 tahun, saya juga masih merasa saya pantas untuk menjadi inspirasi bagi orang lain.
Sekarang pun saya memiliki beberapa perusahaan yang saya bangun bersama beberapa mitra bisnis saya, saya masih tidak merasa bahwa saya “harus” menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ketika saya menjadi pembicara, tujuan saya hanya satu: berbagi pengalaman (atas apa yang telah saya lewati).
Kalau ternyata apa yang saya bagikan di berbagai seminar, workshop, training tersebut menginspirasi banyak orang, saya bersyukur. Membaca buku, mencatat katakata inspiratif, kemudian bagikan itu dengan menjadi pembicara, atau via sosial media, sahsah saja. Tapi, apakah benar ini akan menginspirasi banyak orang? Rakyat kita semakin pintar, mereka semakin kritis. Mereka akan melihat, siapa Anda. Balik lagi, kalau Anda belum punya pencapaian apapun, kemungkinan besar, mereka tidak akan terinspirasi oleh Anda.
Mohon diingat, saya tidak bilang kita harus egoistis dan berpikir untuk diri sendiri dulu hingga sukses, baru mencoba untuk berbagi loh ya. Menurut saya, sebaiknya kita fokus kepada pencapaian dulu, sebelum berusaha untuk menjadi idola bagi orang lain, tapi bukan berarti selama perjalanannya, kita tidak berbagi sama sekali. Berbagi itu banyak bentuknya: uang, tenaga, waktu, pemikiran, dan lain-lain.
Yang pasti, kalau mau jadi inspirasi, bermanfaat, dan berkat bagi banyak orang, jadilah orang yang sukses. Karena kesuksesan kita akan dengan sendirinya menginspirasi orang lain. Jadilah inspirasi bagi banyak orang melalui pencapaian, bukan kata-kata. See you ON TOP! ●
Kita juga semakin punya banyak idola. Profesi sang idola juga beraneka ragam, ada yang artis, musisi, aktor, ataupun pengusaha. Padaumumnya, orang-orang yang memiliki fans biasanya karena mereka sudah sukses di bidang yang mereka tekuni. Nah, yang menggembirakan adalah ketika kita sekarang semakin banyak melihat mereka yang telah sukses ini menggunakan sosial media sebagai alat untuk mereka berbagi.
Apakah sekadar memberi tahu kepada fans-nya tentang suatu acara sosial, atau sekadar berbagi kata-kata inspiratif, baik dari buku yang mereka baca atau dari pemikiran mereka sendiri. Saya pernah makan siang dengan mantan Kapten Tim Nasional Sepak Bola Indonesia Bambang Pamungkas diselasela syuting untuk program saya di Metro TV: Young On Top. Sejujurnya, tidak mudah untuk membujuk Bepe (panggilan Bambang Pamungkas) untuk mau diangkat profilnya di program saya ini.
Dia mengaku bahwa belum pernah dia mengiya- kan permintaan wawancara di televisi di luar dari tema sepak bola. Beruntung, manajer Bepe adalah teman baik saya dari dulu, Muly Munial (founder Munial Sports Group), yang juga selalu aktif dalam membawa pemain-pemain bola internasional ke Indonesia; karena memang passion-nya adalah olah raga.
Ada satu perkataan Bepe yang saya ingat betul, dia bilang, “Sebagai public figure, saya sekarang berusaha semaksimal mungkin menggunakan status tersebut untuk memberikan impact positif untuk banyak orang. Saya sekarang terlibat di berbagai kegiatan-kegiatan amal dengan berbagai yayasan.” Kala itu saya berpikir, “Andai semua orang sukses (termasuk selebritas) punya pemikiran demikian.” Memang tidak mungkin juga semua orang memiliki keinginan untuk berbagi. Tapi tidak bisa dimungkiri, seperti yang saya katakan di atas, bahwa semakin banyak orang yang punya keinginan untuk berbagi, terutama lewat sosial media.
Mereka mungkin terinspirasi oleh orang-orang seperti Bepe (saat ini Twitternya memiliki 4,5 juta followers), mereka juga ingin berbagi dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Nahsayangnya, banyak yang salah kaprah soal ini. Maksudnya apa? Sering banyak yang mention saya di Twitter(@billyboen), atau ketika bertemu saya di berbagai kesempatan seminar, workshop, training, baik di perusahaan atau kampus yang bertanya, “Mas Billy, bagaimana supaya kita bisa menjadi inspirasi bagi orang lain?”
Banyak yang karena terinspirasi oleh orangorang sukses ini dalam berbagi, berpikir bahwa untuk menjadi inspirasi bagi orang lain adalah dengan menuliskan kata-kata inspirasi di Twitter-nya, di Facebook-nya, dan dengan menjadi pembicara motivasi atau yang lebih kita kenal sebagai motivator. Di salah satu karantina program diadakan oleh sebuah brand anak muda, saya pernah bertemu dengan seorang mahasiswa yang kala itu bilang bahwa dia ingin menjadi motivator.
Apakah ini adalah cita-cita yang salah? Tidak. Ketika saya tanya kenapa dia ingin jadi motivator, dia bilang, “Dia ingin bisa berguna bagi banyak orang.” Suatu cita-cita dan tujuan yang mulia. Saya suka. Tapi.. Menjawab pertanyaan banyak orang yang bertanya bagaimana untuk bisa menginspirasi orang lain, yang juga pesan saya kepada si mahasiswa yang ingin menjadi motivator cukup simple.. Saya bilang, “Kalau mau menjadi inspirasi bagi banyak orang, kitaharussudahmemiliki suatu pencapaian.
Menginspirasi bukan dengan kata-kata belaka, tapi harus dengan aksi, pencapaian.” Maksud saya begini. Contoh: Apabila Anda adalah seorang staf di sebuah perusahaan. Kemungkinan besar akan lebih sulit (bukan tidak mungkin) untuk Anda bisa menginspirasi jajaran direksi di perusahaan tempat Anda bekerja. Saya bilang lebih sulit, bukannya tidak mungkin. Tapi, kalau Anda adalah seorang direktur, kemungkinan besar Anda akan lebih mudah untuk menginspirasi para karyawan yang ada di perusahaan Anda.
Kenyataannya, si direktur akan “lebih didengar” dan terkesan inspiratif dibandingkan si staf yang melakukan hal yang sama. Jadi, kuncinya adalah: pencapaian. Seseorang yang telah mencapai suatu hal, secara psikologis akan lebih bisa menginspirasi dibandingkan oleh seseorang yang belum mencapai apa pun. Kebayang nggak kalau seorang Bepe, tidak pernah jadi pemain nasional. Mau dia cuapcuapdan berusaha memberikan inspirasi kepada banyak anakanak muda Indonesia, hasilnya tidak akan seperti apa yang dia lakukan sekarang.
Ketika saya memulai karier saya sebagai seorang assistant manager, saya tidak pernah berpikir untuk mencoba menginspirasi orang lain. Saya sadar bahwa saya bukan siapa-siapa, saya belum punya pencapaian yang berarti yang akan dianggap “wow” oleh orang lain. Jadi, waktu itu fokus saya hanya untuk pencapaian demi pencapaian. Ketika saya menjadi GM di umur 26 tahun, dan kemudian diminta untuk memimpin tiga perusahaan di bawah naungan MRA Group ketika berusia 29 tahun, saya juga masih merasa saya pantas untuk menjadi inspirasi bagi orang lain.
Sekarang pun saya memiliki beberapa perusahaan yang saya bangun bersama beberapa mitra bisnis saya, saya masih tidak merasa bahwa saya “harus” menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ketika saya menjadi pembicara, tujuan saya hanya satu: berbagi pengalaman (atas apa yang telah saya lewati).
Kalau ternyata apa yang saya bagikan di berbagai seminar, workshop, training tersebut menginspirasi banyak orang, saya bersyukur. Membaca buku, mencatat katakata inspiratif, kemudian bagikan itu dengan menjadi pembicara, atau via sosial media, sahsah saja. Tapi, apakah benar ini akan menginspirasi banyak orang? Rakyat kita semakin pintar, mereka semakin kritis. Mereka akan melihat, siapa Anda. Balik lagi, kalau Anda belum punya pencapaian apapun, kemungkinan besar, mereka tidak akan terinspirasi oleh Anda.
Mohon diingat, saya tidak bilang kita harus egoistis dan berpikir untuk diri sendiri dulu hingga sukses, baru mencoba untuk berbagi loh ya. Menurut saya, sebaiknya kita fokus kepada pencapaian dulu, sebelum berusaha untuk menjadi idola bagi orang lain, tapi bukan berarti selama perjalanannya, kita tidak berbagi sama sekali. Berbagi itu banyak bentuknya: uang, tenaga, waktu, pemikiran, dan lain-lain.
Yang pasti, kalau mau jadi inspirasi, bermanfaat, dan berkat bagi banyak orang, jadilah orang yang sukses. Karena kesuksesan kita akan dengan sendirinya menginspirasi orang lain. Jadilah inspirasi bagi banyak orang melalui pencapaian, bukan kata-kata. See you ON TOP! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar