Sabtu, 24 Agustus 2013

Gubernur Mau Mendengar

Gubernur Mau Mendengar
Mardiyanto ;   Gubernur Jawa Tengah 1998-2003 dan 2003-2007,
Menteri Dalam Negeri 2007-2009, Tinggal di Yogyakarta
SUARA MERDEKA, 23 Agustus 2013


MULAI tanggal 23 Agustus 2013, Ganjar Pranowo memimpin Jawa Tengah. Ibarat matahari, usia gubernur baru itu masih timur (muda), bercahaya kuat menyinari bumi provinsi ini. Dia terlihat sederhana dan cerdas. Saat debat di televisi terkait pilgub, saya melihat dia mampu mengartikulasikan pemikiran dalam kalimat sederhana, mudah dimengerti, dan berbasis data. Tak asal bicara, dan berani mengkritik lawan yang overconfident

Pendampingnya pun bukan tokoh sembarangan, Heru Sudjatmoko, alumnus Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN), dengan pengalaman panjang di birokrasi dan mantan Bupati Purbalingga. Kabupaten yang berkembang pesat, melampaui kabupaten tetangga di Eks Karesidenan Banyumas. Saya yakin Ganjar dan Heru bersinergi menciptakan keseimbangan dan saling mengingatkan. Kemenangan telak atas incumbent, adalah modal besar bagi mereka untuk menggerakkan seluruh kekuatan rakyat membawa Jawa Tengah yang makin mandiri.

Lima tahun lalu, sebagai Mendagri, saya melantik dan memberi arahan Gubernur Bibit Waluyo. Hari ini, sebagai sesepuh masyarakat Jateng, yang ingin selalu melihat provinsi ini lebih maju dan sejahtera, mendorong saya membuat tulisan ini. Saya mengharapkan Gubernur Ganjar mau mendengar. Ada tiga hal yang saya sarankan untuk membantu kesuksesannya, yaitu menata birokrasi, memperkuat sistem, dan mengefektifkan komunikasi.

Menata Birokrasi

Sinergitas diharapkan menghasilkan kepemimpinan yang jujur, cerdas, dan berani. Sesuai slogan mboten ngapusi dan mboten korupsi, langkah pertama adalah menata birokrasi untuk mewujudkan birokrasi profesional, yang dapat menghasilkan prestasi. Merit system adalah pendekatan yang tepat untuk memperoleh struktural berkualitas, khususnya untuk jabatan strategis.

Dengarkan pendapat tokoh masyarakat, pengusaha, dan politikus. Jangan mendengar isu di jalanan, SMS, atau surat kaleng, yang selama ini sering dijadikan pintu masuk menyingkirkan mereka yang profesional. Lihat track record calon staf, untuk melengkapi daftar urut kepangkatan.  

Gubernur harus memilih personel yang memenuhi syarat. Karenanya, setelah syarat terpenuhi, Gubernur harus mengupas sedalam-dalamnya, dengarkan pendapat para staf, dan berdialog seintensif mungkin untuk menggali prestasi, kemampuan berpikir, dan yang ada dalam benak mereka.

Lima belas tahun lalu, saat kali pertama menjabat Gubernur Jateng, saya melakukannya meskipun tidak optimal. Kini saya yakin dengan jiwa mudanya dan pengalaman melakukan  fit and proper test memilih pejabat penting nasional di DPR, Ganjar bisa melakukan apa yang saya pikirkan, dengan metode dan sistem penilaian yang jauh lebih baik.

Provinsi Jateng melahirkan banyak pejabat nasional, beberapa pejabat berkarier di lingkungan Pemprov, dan ada menjadi pejabat eselon I di pusat. Pemprov Jateng telah mempunyai sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan yang cukup memadai, hanya perlu memperbaiki kualitas. 
Birokrasi dapat menjadi penentu dalam meningkatkan kualitas sistem tersebut.

Ganjar harus  meng-empowerment sistem sehingga birokrasi dapat  mengoperasionalkan APBD yang terbatas dengan efektif, efisien, dan maksimal serta mampu meningkatkan pendapatan, dengan memperluas sumber pendapatan dan memaksimalkan yang ada. Pendapatan harus menjadi belanja sesuai kebutuhan dan efektif menjawab permasalahan rakyat.

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004, pemda terdiri atas gubernur selaku kepala daerah dan  DPRD. Karena itu, Ganjar harus mengajak dan berkomunikasi dengan DPRD agar APBD berorientasi sepenuhnya pada kepentingan rakyat, tidak selalu dalam tataran politis. DPRD provinsi tidak sama dengan DPR. Gubernur dan DPRD  sama-sama merencanakan dan menjalankan APBD, check and balance di antara keduanya adalah mutlak, bukan mencari-cari kesalahan dan kelemahan masing-masing.

Efektifkan  Komunikasi

Jangan pernah meremehkan komunikasi, mengabaikan saran staf, dan merasa paling tahu. Jika karena berkuasa lalu tiga hal itu tidak Anda lakukan, sebaik apa pun sistem dibangun, sebesar apa pun anggaran tersedia, keberhasilan tak pernah akan bisa dicapai. Filsafat ini hendaknya menjadi pedoman memimpin provinsi ini. Tipologi orang Jateng bukan orang yang bisa menyuarakan apa yang ada di hati secara terbuka dan egaliter.

Bisa saja bilang inggih walaupun realitasnya mboten, mereka bisa tersenyum walau realitasnya menggerutu. Komunikasikan semuanya dengan baik, perlakukan mereka sebagai sahabat, istilahnya diuwongke, dan jangan mempunyai prasangka buruk. Lakukan pembelaan saat Anda meyakini mereka benar; jangan dibutuhkan  tenaganya tetapi diabaikan pembelaannya.


Saya yakin Ganjar bisa melakukan itu dengan baik, nguwongke seluruh elemen masyarakat, nguwongke birokrasi, dan yang sangat penting nguwongke semua bupati/wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota. 

Selamat bekerja Gagah, serta selamat jalan Pak Bibit Waluyo dan Ibu Rustriningsih. Kekuasaan bisa berakhir tetapi pengabdian kepada masyarakat tidak pernah berakhir karena itulah yang membuat kita hidup dan berarti.  ● 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar