Keragaman
Genetis dan Keunggulan Bangsa
Hudi Winarso ;
Ahli andrologi dan kesehatan
reproduksi;
Pengajar genetika manusia di
Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra Surabaya
|
JAWA
POS, 01
Februari 2017
KEZIA
Roslin Cikita Warouw, yang juga lebih dikenal dengan nama Kezia Warouw, yang
memiliki tinggi badan 183 cm adalah pemenang kontes Puteri Indonesia 2016,
yang dalam kontes Miss Universe di Manila pada 30 Januari 2017 bisa mencapai
13 besar, adalah prestasi yang sangat baik.
Dalam
kajian tinggi badan, Kezia Warouw memiliki tinggi badan lebih dari Miss
Universe tahun-tahun sebelumnya. Dayanara Torres (Puerto Rico) Miss Universe
1993 memiliki tinggi badan 173 cm, Sushimita Sen (India, 1994) 179 cm, Leila
Lopes (Angola, 2011) 179 cm, Roshmitha Harimurthy (India, 2016) 175 cm, dan
Miss Universe tahun ini Iris Mittenaere (Prancis) memiliki tinggi badan 173
cm.
Apalagi
jika dibanding tinggi badan orang Indonesia pada umumnya, laki-laki 160–170
cm dan perempuan 150–160 cm, tampak tinggi badan Kezia Warouw lebih tinggi
bahkan dibanding tinggi badan rata-rata laki-laki Indonesia.
Hal
yang juga menarik, tinggi badan Kezia Warouw ternyata lebih tinggi daripada
tinggi badan orang tuanya, Tenny Hendrik Warouw dan Moudy Ice Tampi.
Memiliki
tubuh yang tinggi dan ideal merupakan idaman setiap orang. Di sisi lain,
banyak kompetisi yang menunjukkan tinggi badan memberi andil yang dominan
untuk mencapai prestasi. Misalnya, bola voli dan basket. Teori Eugenik
Eugenik
adalah konsep memperbaiki ras untuk mendapatkan genetika yang baik. Lingkup
eugenik meliputi eugenik positif dan eugenik negatif.
Dalam
kultur Jawa juga ada konsep eugenik positif, yaitu pertimbangan unsur
’’bibit, bebet, dan bobot’’ dalam memilih pasangan hidup, atau orang tua
dalam memilih calon menantu. Bibit artinya berasal dari keluarga seperti apa.
Bebet maksudnya bagaimana kesiapan dalam memberikan nafkah. Sedangkan bobot
artinya kualitas seseorang dalam arti yang luas.
Dalam
kajian ilmu genetika, perbaikan kualitas keturunan ditentukan oleh 2 (dua)
hal, yaitu kualitas genetis dan kualitas lingkungan. Individu yang memiliki
kualitas genetis yang baik, jika berada di lingkungan yang baik, akan
menghasilkan penampilan yang baik. Lingkungan yang dimaksud bisa lingkungan
fisik dan lingkungan nonfisik.
Faktor
tinggi badan dipengaruhi banyak gen ( polygenic) dengan andil porsi genetis
sebesar 20 persen. Sedangkan 80 persen yang lebih menentukan tinggi badan
adalah nutrisi, hormon, lingkungan, dan aktivitas fisik. Lingkungan yang
dimaksud bisa lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik.
Aspek
lingkungan fisik yang saat ini harus menjadi perhatian adalah banyaknya
polutan dan tidak mudahnya mencari bahan makanan yang sehat. Beberapa contoh,
hampir semua sayuran terpapar pestisida, penggunaan bahan plastik sebagai
kontainer bahan makanan akan mengganggu hormon, dan penggunaan sarana
elektronik yang memancarkan gelombang elektromagnetik bisa merugikan
kesehatan.
Paparan
polutan yang berulang dan dalam dosis efektif untuk individu tertentu akan
potensial mengganggu kualitas genetis dan status kesehatan.
Dalam
konsep genetika populasi, perkawinan lintas populasi potensial memberikan
nilai tambah untuk didapatkannya perbaikan kualitas keturunan, dengan catatan
kualitas genetis pasangan yang prima.
Indonesia
dengan segala keragamannya memiliki potensi genetis yang beragam pula. Konsep
keragaman genetis yang dipahami secara positif akan memberikan nilai tambah
untuk keunggulan masyarakat.
Keunggulan Bangsa
Ketika
disebutkan perempuan Manado, akan tebersit dalam persepsi kita, perempuan
cantik berkulit kuning. Papua identik dengan prestasi olahraga yang
mengandalkan stamina. Dan tentu masih banyak daerah lain di Indonesia dengan
segala kelebihan dan keunggulannya.
Jika
saja hal baik dari masingmasing tersebut saling menambah (adisi) dan saling
memperkuat (potensiasi), serta disertai pengelolaan lingkungan yang baik,
masa depan Indonesia akan cemerlang.
Konsep
Bhinneka Tunggal Ika yang dicetuskan para pendiri bangsa sungguh sangat luar
biasa. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri atas 255 juta jiwa
dan 1.128 suku. Jika semua menyatukan potensi dan saling mendukung antaranak
bangsa, akan ada potensi yang luar biasa.
Orang
Ambon dan Batak yang piawai menyanyi telah sering memenangkan kompetisi
tingkat internasional. Etnis Tionghoa yang banyak mengharumkan bangsa dan
negara, di antaranya, telah memenangkan kejuaraan badminton tingkat
internasional, bahkan Olimpiade. Anak didik Prof Yohanes Surya yang telah
banyak memenangkan olimpiade sains dan ilmu pengetahuan. Etnis Minang, Bugis,
dan Madura yang ulet dalam berwirausaha, selain etnis Tionghoa.
Kalau
bangsa ini bisa memanfaatkan sisi baik dari prestasi sesama anak bangsa dan
berorientasi untuk masa depan yang lebih baik, Indonesia akan semakin
mendapat tempat terhormat di antara bangsa-bangsa di dunia.
Eugenik
dalam tataran budaya, etos kerja, dan potensiasi dalam menyinergikan
kemampuan menjadi kunci penting dalam membangun bangsa ke depan menjadi
bangsa yang unggul. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar