Sabtu, 02 Januari 2016

Tokoh Pilihan

Tokoh Pilihan

  Toriq Hadad  ;  Pengarang; Wartawan Senior Tempo
                                                     TEMPO.CO, 01 Januari 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Siapa tokoh 2015 pilihanmu, Mas?" Itu pertanyaan Abdul Simo, kawan lama, ketika saya bertandang ke rumahnya tepat pada pergantian tahun. Saya tak punya favorit. Bagi saya, tak ada tokoh yang benar-benar bersinar sepanjang 2015. Jadi saya jawab Dul sekenanya, "Ada survei yang memilih tokoh tahun ini Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Dia sudah menenggelamkan lebih dari seratus kapal pencuri ikan. Jago dansa, lagi. Lengkap, kan?"

Ternyata Dul menolak. "Saya tidak setuju. Menteri Susi itu pilihan saya tahun depan." Saya agak bingung. Aneh benar. Tokoh tahun 2016 sudah ditetapkan sejak sekarang. Itu sistem ijon namanya. "Kita lihat dulu dong kerjanya sepanjang 2016," sanggah saya.

Dul punya jawaban panjang. "Tindakan Menteri Susi menenggelamkan kapal pencuri ikan bagus. Nelayan kita memang harus menjadi tuan rumah di lautnya sendiri. Tahun depan Susi akan membuat ribuan kapal untuk nelayan. Ini juga bagus. Tapi sekarang ada ribuan kapal milik nelayan, yang dibuat tanpa setetes pun dana negara, mangkrak tak bisa melaut gara-gara izin. Kementerian Kelautan dan Perhubungan tak kunjung bersatu untuk membantu nelayan ini. Menteri Kelautan juga akan menaikkan pungutan hasil perikanan berkali lipat. Banyak nelayan yang stres, bahkan sakit, karena tak bisa bekerja, sementara harus membayar kredit bank. Beresi juga izin melaut yang sangat banyak itu karena jadi sasaran pungli di tengah laut. Nah, kalau Menteri Susi sanggup memberesi ini semua, saya pasti mengangkatnya menjadi tokoh 2016," kata Dul.

Saya datang untuk silaturahmi, bukan berdebat, jadi lebih baik menjadi pendengar. Saya pun bertanya,"Jadi siapa tokoh pilihanmu tahun 2015."
Rupanya pertanyaan ini yang ditunggu Dul. "Pilihan saya jelas Sudirman Said, menteri energi. Dia berani membuka persekongkolan orang-orang besar dalam kasus Freeport, termasuk Ketua DPR Setya Novanto. Meskipun anggota Majelis Kehormatan Dewan memperlakukannya seperti tersangka, Sudirman tak ragu menyatakan Novanto menggunakan kewenangan publik untuk kepentingan pribadi. Untuk pertama kali ada menteri yang berani melakukan ini, bahkan membawa bukti rekaman percakapan Novanto dengan Presdir Freeport Maroef Sjamsoeddin dan pengusaha Riza Chalid. Ini skandal besar," kata Dul, bersemangat.

"Tapi Novanto tidak dipecat atau direkomendasikan MKD untuk dibawa ke ranah hukum. Dia mengundurkan diri. Bahkan Partai Golkar menjadikannya ketua fraksi, jabatan yang terhormat. Artinya, Partai Golkar dan sekutunya tak menganggap ini masalah besar," ujar saya.

Dul akhirnya meledak. "Itu kesalahan politik terbesar 2015 di mata saya. Orang akan semakin tak percaya pada Partai Golkar. Tapi sudahlah Mas, saya tetap memilih Sudirman Said sebagai tokoh 2015. Karena keberanian dialah sekarang Riza Chalid, broker minyak ulung yang dikenal pejabat tinggi negeri kita sejak Orde Baru, diperiksa Kejaksaan Agung. Memang Riza sedang menghilang entah ke mana, tapi begitu dia pulang akan tetap diperiksa. Bahwa dia sekarang dicari-cari kejaksaan untuk didengar kesaksiannya, itu juga pertama kali dalam dunia penegakan hukum kita. Riza belum tentu bersalah, tapi dia harus mengerti bahwa dia tidak kebal hukum. Jangan lupa, ini semua dimulai oleh Sudirman. Pilihan saya tak meleset kan, Mas?"

Saya datang untuk silaturahmi, bukan berdebat. Lagi pula saya tak punya bahan untuk menyangkalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar