Tokoh
Pilihan
Toriq Hadad
; Pengarang; Wartawan Senior Tempo
|
TEMPO.CO,
01 Januari 2016
Siapa tokoh
2015 pilihanmu, Mas?" Itu pertanyaan Abdul Simo, kawan lama, ketika saya
bertandang ke rumahnya tepat pada pergantian tahun. Saya tak punya favorit.
Bagi saya, tak ada tokoh yang benar-benar bersinar sepanjang 2015. Jadi saya
jawab Dul sekenanya, "Ada survei yang memilih tokoh tahun ini Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Dia sudah menenggelamkan lebih dari
seratus kapal pencuri ikan. Jago dansa, lagi. Lengkap, kan?"
Ternyata Dul
menolak. "Saya tidak setuju. Menteri Susi itu pilihan saya tahun
depan." Saya agak bingung. Aneh benar. Tokoh tahun 2016 sudah ditetapkan
sejak sekarang. Itu sistem ijon namanya. "Kita lihat dulu dong kerjanya
sepanjang 2016," sanggah saya.
Dul punya
jawaban panjang. "Tindakan Menteri Susi menenggelamkan kapal pencuri
ikan bagus. Nelayan kita memang harus menjadi tuan rumah di lautnya sendiri.
Tahun depan Susi akan membuat ribuan kapal untuk nelayan. Ini juga bagus.
Tapi sekarang ada ribuan kapal milik nelayan, yang dibuat tanpa setetes pun
dana negara, mangkrak tak bisa melaut gara-gara izin. Kementerian Kelautan
dan Perhubungan tak kunjung bersatu untuk membantu nelayan ini. Menteri
Kelautan juga akan menaikkan pungutan hasil perikanan berkali lipat. Banyak
nelayan yang stres, bahkan sakit, karena tak bisa bekerja, sementara harus
membayar kredit bank. Beresi juga izin melaut yang sangat banyak itu karena
jadi sasaran pungli di tengah laut. Nah, kalau Menteri Susi sanggup memberesi
ini semua, saya pasti mengangkatnya menjadi tokoh 2016," kata Dul.
Saya datang
untuk silaturahmi, bukan berdebat, jadi lebih baik menjadi pendengar. Saya
pun bertanya,"Jadi siapa tokoh pilihanmu tahun 2015."
Rupanya pertanyaan
ini yang ditunggu Dul. "Pilihan saya jelas Sudirman Said, menteri
energi. Dia berani membuka persekongkolan orang-orang besar dalam kasus
Freeport, termasuk Ketua DPR Setya Novanto. Meskipun anggota Majelis
Kehormatan Dewan memperlakukannya seperti tersangka, Sudirman tak ragu
menyatakan Novanto menggunakan kewenangan publik untuk kepentingan pribadi.
Untuk pertama kali ada menteri yang berani melakukan ini, bahkan membawa
bukti rekaman percakapan Novanto dengan Presdir Freeport Maroef Sjamsoeddin dan
pengusaha Riza Chalid. Ini skandal besar," kata Dul, bersemangat.
"Tapi
Novanto tidak dipecat atau direkomendasikan MKD untuk dibawa ke ranah hukum.
Dia mengundurkan diri. Bahkan Partai Golkar menjadikannya ketua fraksi,
jabatan yang terhormat. Artinya, Partai Golkar dan sekutunya tak menganggap
ini masalah besar," ujar saya.
Dul akhirnya
meledak. "Itu kesalahan politik terbesar 2015 di mata saya. Orang akan
semakin tak percaya pada Partai Golkar. Tapi sudahlah Mas, saya tetap memilih
Sudirman Said sebagai tokoh 2015. Karena keberanian dialah sekarang Riza
Chalid, broker minyak ulung yang dikenal pejabat tinggi negeri kita sejak
Orde Baru, diperiksa Kejaksaan Agung. Memang Riza sedang menghilang entah ke
mana, tapi begitu dia pulang akan tetap diperiksa. Bahwa dia sekarang
dicari-cari kejaksaan untuk didengar kesaksiannya, itu juga pertama kali
dalam dunia penegakan hukum kita. Riza belum tentu bersalah, tapi dia harus
mengerti bahwa dia tidak kebal hukum. Jangan lupa, ini semua dimulai oleh
Sudirman. Pilihan saya tak meleset kan, Mas?"
Saya datang untuk silaturahmi,
bukan berdebat. Lagi pula saya tak punya bahan untuk menyangkalnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar