Capaian
MDGs Kita
Ivan Hadar ; Koordinator Nasional Target MDGs 2007-2010
|
KORAN
TEMPO, 02 Oktober 2014
Pada
Oktober 2015, target waktu pencapaian delapan poin Tujuan Pembangunan
Milenium (MDGs) akan berakhir. Kini, segala sesuatu harus dilakukan dengan
segera dan cepat dalam kaitan dengan pemberantasan kemiskinan dan kelaparan,
akses terhadap pendidikan dasar dan perbaikan kesehatan, serta pelestarian
lingkungan hidup dan kerja sama global.
Salah
satu target terpenting MDGs adalah memangkas jumlah orang miskin menjadi
tinggal separuh jumlah yang tercatat pada 1990. Saat itu, persentase jumlah
orang miskin mencapai angka 43 persen. Kita patut bersyukur bahwa secara
global, target tersebut telah tercapai pada 2010, saat jumlah orang miskin
berkurang menjadi 21 persen, sekitar 50 persen dari jumlah pada 1990.
Meski
demikian, jumlah tersebut masih terbilang besar. Betapa tidak? Dengan
menggunakan angka US$ 1,25 per hari sebagai batas kemiskinan, tercatat hampir
1,2 miliar warga dunia masih berkutat dalam kemiskinan, termasuk 400 juta
anak yang masih hidup dalam kondisi kemiskinan ekstrem(data Bank Dunia pada 2013).
Apalagi, penyebab pengurangan kemiskinan global terutama adalah perkembangan
positif di Asia, khususnya Cina. Di negara itu, selama dua dekade terakhir,
ratusan juta orang mengalami peningkatan
kesejahteraan sosial-ekonomi.
Sementara
itu, gambar positif pengurangan kemiskinan berubah menjadi negatif ketika
dihadapkan pada kenyataan bahwa fenomena kelaparan di dunia semakin luas.
Saat ini, sekitar 1 miliar penduduk dunia mengalami kekurangan makanan,
meningkat sekitar 2 persen dibandingkan pada 1990. Artinya, target penurunan
tingkat kelaparan hingga 50 persen diprediksi tidak akan tercapai.
Beberapa
target MDGs lainnya juga belum menunjukkan perkembangan yang membesarkan
hati. Janji negara-negara kaya untuk memberikan hibah 0,7 persen dari PDB-nya
untuk pencapaian MDGs di negara-negara miskin hanya ditepati oleh beberapa
negara Eropa. Angka kematian ibu, penyebaran HIV/AIDS dan malaria,
pelestarian hutan, serta akses air bersih dan sanitasi masih jauh dari
harapan. Bagaimana dengan pencapaian MDGs Indonesia?
BPS
mengukur garis kemiskinan dengan penghasilan Rp 300 ribu per orang per bulan
untuk penduduk perkotaan dan Rp 250 ribu per orang per bulan untuk penduduk
desa. Pengukuran itu sama dengan US$ 1,5-1,6 per orang per bulan dengan
patokan kurs, sementara acuan internasional menggunakan patokan tarif pasar.
Berdasarkan indikator tersebut, angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2014
mencapai 28,28 juta jiwa atau 11,25 persen dari jumlah total penduduk.
Dibanding pada September 2013, telah terjadi penurunan jumlah orang miskin
dari 11,46 persen menjadi 11,25 persen.
Meski
demikian, pada saat yang sama, terjadi kenaikan indeks kedalaman kemiskinan
dari 1,75 persen menjadi 1,89 persen. Begitu pula dengan indeks keparahan
kemiskinan, yang naik dari 0,43 persen menjadi 0,48 persen (BPS, 2014). Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia semakin parah karena
menjauhi garis kemiskinan, sementara ketimpangan pengeluaran penduduk miskin
semakin melebar.
Ada tiga
hal yang diyakini bisa mengatasi akar masalah kemiskinan dan kelaparan (MDGs
1-2) di Indonesia, yakni memprioritaskan perluasan kesempatan kerja,
meningkatkan kualitas infrastruktur pendukung, dan menguatkan sektor
pertanian.
Ihwal
pendidikan dasar dan kemelekhurufan, Indonesia tercatat telah mencapai target
minimal MDGs, yaitu akses bagi semua anak usia sekolah untuk mengecap
pendidikan wajib 6 tahun. Bahkan, lebih dari itu, negeri ini menetapkan
pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan menambahkan sekolah menengah
pertama sebagai sasaran pendidikan dasar universal.
Meski
demikian, tantangan utama dalam percepatan pencapaian sasaran MDGs pendidikan
adalah meningkatkan pemerataan akses secara adil bagi semua anak, baik
laki-laki maupun perempuan, untuk memperoleh pendidikan dasar yang
berkualitas di semua daerah. Kebijakan alokasi dana pemerintah bagi sektor
pendidikan minimal sebesar 20 persen-30 persen untuk Aceh dan Papua-dari
jumlah anggaran nasional diharapkan berlanjut untuk mengakselerasi pencapaian
pendidikan dasar universal.
Menjelang
berakhirnya time frame pencapaian target MDGs pada 2015, komunitas
internasional di bawah PBB mulai mendiskusikan perumusan agenda pembangunan
global setelah 2015. Ihwal upaya memformulasi post-2015 development agenda,
Indonesia mendukung tersusunnya roadmap
bagi intergovernmental process guna menyusun agenda pembangunan setelah 2015
dan berpandangan bahwa agenda dimaksudkan harus dibangun berdasarkan lessons
learned (pembelajaran) dan best
practices (praktek-praktek terbaik) dalam pelaksanaan MDGs.
Kita semua sepakat bahwa negeri ini mendukung pandangan yang menetapkan
poverty eradication sebagai
visiagenda pasca-2015 melalui pertumbuhan dan pemerataan yang berkelanjutan (sustainable growth with equity) serta
memperhatikan aspek sosialdan perlindungan lingkungan hidup. Indonesia
diharapkan berkontribusi lebih banyak terhadap agenda pembangunan global
pasca-2015 dibanding pada saat ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar