Ramalan dan
Harapan
Toeti Prahas Adhitama ; Anggota Dewan Redaksi Media Group
|
MEDIA
INDONESIA, 21 September 2012
GAMBARAN
masa depan tidak pernah jelas. Itu sebabnya berbagai bentuk perkiraan atau
ramalan, spiritual maupun rasional, selalu menarik perhatian. Apalagi bila
masyarakat merasakan ketidakpastian. Semakin positif ramalan itu, semakin
membesarkan harapan. Namun rasanya naif bila kita terhanyut oleh khayalan.
Misalnya, tentang masa depan Indonesia: sepanjang sejarah sejak kemerdekaan
sampai sekarang, berulang kali Indonesia diramalkan akan melaju. Katanya,
negeri ini akan mampu mencapai kemajuan setingkat negaranegara maju. Kita
bersukacita mendengarnya. Tetapi apakah sudah ada ramalan hebat yang terwujud
sampai saat ini?
Malahan
faktanya, sekarang hari demi hari kita menghadapi kerancuan akibat perilaku
oleng kita sendiri. Maka mimpi di hari bolong jangan kita anggap berita nyata.
Janji bahwa tidak lama lagi kita akan terentas dari kekacauan setelah perubahan
dari sistem otoriter ke sistem demokrasi hendaknya diterima dengan hati-hati;
sebab, belajar dari sejarah, tidak ada negara-termasuk negara-negara maju-yang
cepat terbebas dari kekacauan akibat perubahan sistem ketatanegaraan maupun
tatanan sosial-budaya dan ekonomi. Kenyataannya, sekarang tiap hari kita dibuat
linglung oleh putaran berita tentang korupsi dan penyalahgunaan
wewenang/kekuasaan, dengan usaha-usaha mengatasinya yang tumpang tindih dan
berputar-putar.
Ketika
ada pengumuman yang memperkirakan sekitar 2025 nanti kita akan maju pesat
berkat MP3EI (Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), kita terhenyak. Mudah-mudahan
terwujud. Tetapi tentu tergantung pada partisipasi masyarakat yang menyiapkan
SDM; maupun kondisi sumber daya alam (SDA) sebagai pendukungnya.
Berkibar Sebelum Saatnya
Lebih
dari seperempat abad yang lalu, ada ramalan mengesankan yang dibuat Arlington Forecasting International Company,
AS. Perusahaan itu membuat berbagai perkiraan untuk para kliennya. Waktu itu
harian-harian terkemuka dunia, termasuk US
News & World Reports dan Omni
(Jepang), banyak melakukan wawancara dengan pimpinan perusahaan tersebut.
Menurut laporan dari Jepang, salah satu perkiraannya, antara 1996-2005,
Indonesia akan menjadi negara ke-7 termaju sesudah Australia, Amerika Serikat,
Kanada, Inggris, Swedia, dan Jerman Barat. Itu kesimpulan yang diolah
perusahaan tersebut setelah mendapat input dari 64 indikator, lebih dari 200
tren, dan lebih dari 3.500 peristiwa; semuanya terkait dengan masalah energi
serta kondisi sosial, politik dan ekonomi. Jepang, yang waktu itu ada pada
urutan ke-3, akan merosot tajam posisinya bila tidak cepat-cepat mengelola
sumber energi nuklirnya.
Ramalan
itu tentu membesarkan hati, lebih-lebih karena memang senada dengan apa yang
dikatakan Menteri Habibie kepada wartawan asing Kieren Cooke, yang dimuat Financial Times pada April 1985. Kata
Habibie, dia tidak meragukan kemampuan Indonesia untuk menjadi negara semaju
Jepang. Enam tahun sebelum itu Habibie bahkan pernah mengatakan kalau kepala
manusia dibuat komputer, dia bisa menjadi sebesar planet bumi. Dengan penduduk
sebesar yang dimilikinya, bayangkan apa yang bisa dilakukan Indonesia.
Tetapi
komputer tentunya memerlukan data untuk bisa diprogram sesuai kebutuhan. Apa
input yang perlu masuk pikiran tiap insan Indonesia untuk memajukan negeri ini?
Misalnya, apakah Arlington Forecasting
International Company ketika mengolah data komputer mendapat gambaran,
informasi macam apa yang membanjiri Indonesia? Sistem pendidikan macam apa yang
mampu membawa Indone sia maju? Kesulitan-kesulitan praktis dan normatif di
bidangbidang itu apakah juga dipertimbangkan?
Manusia Sumber Paling Hebat
Margaret
Thatcher dalam Statecraft (2002) menyampaikan pikiran-pikirannya tentang
berbagai strategi bagi dunia yang sedang berubah; termasuk yang terjadi di
Asia. Nilai-nilai, kebiasaan, dan sikap orangorang Asia Timur akan memiliki
dampak makin besar terhadap perekonomian dunia. Tambahnya, “Kekayaan negara
tidak perlu bergantung pada sumber alamnya (SDA). Bahkan kelangkaan sumber alam
malahan akhirnya akan memberkatinya.
Sumber paling hebat adalah manusia. Yang perlu dilakukan negara adalah
meletakkan landasan agar bakat manusia bisa berkembang.“
Dia
menambahkan, Singapura sukses karena tidak memiliki apa-apa. Keterampilan,
kreativitas, dan kemampuan berusahalah yang membawa kesuksesan bagi
orang-orangnya. “Bila orang-orang
berbakat mengandalkan daya pikir dan bukan kekuatan fisik semata, masyarakat
akan maju.“
Indonesia
kaya akan sumber daya alam. “Indonesia
pasti maju. Tinggal tunggu waktu. Tetapi, harus ada kemauan dan kerja keras.“
Pernyataan itu pernah disampaikan ilmuwan terkemuka yang juga mantan Menteri
Ilmu dan Teknologi Korea Selatan Dr Hyung Sup-choi ketika dimintai pendapatnya
tentang harapan bagi masa depan Indonesia beberapa tahun lalu. Sambungnya,
industri di negara berkembang harus berakar pada masyarakat sendiri. Pendidikan
formal memang penting, tetapi perlu waktu. Sebenarnya pola paternalistik di
Indonesia sangat membantu. “Dalam
masyarakat paternalistik yang top down, proses inovasi bisa berlangsung bila
figur-figur anutan mau menerima dan mulai mengembangkan teknologi maju.“
Kesimpulannya,
banyak yang diharapkan dari MP3EI dan tentunya dari figur-figur panutan. Seiring
itu, jangan kita menafikan pikiran besar
dan mendasar serta keteladanan hebat para pemimpin terdahulu. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar