Dosa Film
‘Innocence of Muslims’
Syafiq Basri Assegaff ; Konsultan
Komunikasi, dan Dosen Komunikasi
di Universitas Paramadina, Jakarta
|
INILAH.COM,
22 September 2012
Film Innocence
of Muslims menuai
protes keras warga Muslim di dunia. Film slapstick
amatiran -- yang judulnya berarti ‘Kaum Muslim yang Tak Berdosa’ – itu menghina
Nabi Muhammad saw, sehingga menyebabkan jatuhnya korban yang tidak sedikit. Di
berbagai negara, protes besar-besaran juga ditandai dengan perusakan fasilitas
milik Amerika Serikat (AS).
Pembuat film itu tampaknya tidak
paham, bahwa bagi masyarakat di Timur, berbeda dengan Barat, urusan berkaitan
agama selalu menjadi isu sangat sensitif. Ketika muncul kartun menghina Nabi
Muhammad di Denmark tahun 2005, juga muncul protes yang tidak sedikit di
berbagai belahan bumi.
Begitu pula, saat Ayatullah
Khomeini menjatuhkan hukuman mati terhadap Salman Rushdie, penulis buku Ayat-Ayat
Setan (1989), maka Muslimin di dunia pun ikut marah kepada sang
penulis. Dan Rushdie – yang merupakan keturunan India yang mukim di Inggris --
pun sempat bersembunyi selama bertahun-tahun, dan hidup dalam ketakutan.
Penghinaan terhadap Islam juga
terjadi pada 2010, ketika Pastor Terry Jones dari Florida, AS, mengumumkan
rencananya membakar kitab suci Al Quran. Ketika itu, bukan hanya kaum Muslimin
yang marah, melainkan juga para tokoh gereja di dunia. Bahkan Vatikan pun
mengutuk rencana Jones itu.
Kini nama Pastor Terry Jones
muncul lagi. Badan pertahanan AS Pentagon buru-buru meminta Jones menarik
dukungannya terhadap film anti-Islam itu. Kepala Staf Gabungan Angkatan
Bersenjata AS, Jenderal Martin Dempsey bicara melalui telepon dengan Jones, dan
menunjukkan kekuatirannya, bahwa ketegangan yang muncul akibat film itu akan
meningkatkan amok di Mesir dan Libia.
Memang tidak jelas siapa
sebenarnya otak di belakang film itu. Kabarnya para aktor dan aktris film yang
diproduksi di California pada 2011 itu merasa tertipu oleh pembuat film
tersebut. Mereka tidak tahu film itu akan berisi penghinaan kepada Islam dan
Nabi Muhammad SAW. Mereka kaget, karena setelah film -- yang awalnya berjudul ‘Dessert Warrior’ dengan sutradara Alan
Roberts -- itu selesai, dialog ditukar lewat dubbing, kisahnya bergeser, dan judul film pun berganti.
Pembuat film -- yang kabarnya
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab -- itu kini juga bersembunyi, mirip
dengan Salman Rushdie dulu. Tak jelas siapa dia.
Dalam wawancaranya dengan kantor
berita AP dan Wall Street Journal, ia
mengaku berhasil menghimpun dana hingga US$5 juta untuk memproduksi film
picisan itu, yang antara lain diperoleh dari sekitar 100 donor Yahudi, dan
beberapa warga Kristen Koptik Mesir yang bermukim di luar negeri.
Kantor berita Inggris, Reuters,
melaporkan bahwa gereja Koptik Mesir menerbitkan pernyataan yang mengutuk
beberapa orang Kristen Mesir yang hidup di luar negeri -- yang menurutnya telah
membiayai “produksi sebuah film yang menghina Nabi Muhammad”.
Koran the Wall Street Journal, sebagaimana dikutip CNN, mengidentifikasi
produser film itu adalah Sam Bacile, seorang warga Amerika asal Israel yang
punya bisnis real estate. Kepada the Journal Bacile mengatakan bahwa
”Islam itu kanker.”
Begitulah. Untuk orang yang tidak
mengerti tentang, atau menyalahpahami, Islam, dan terlanjur punya praduga
negatif seperti Bacile dan Terry Jones, Nabi Muhammad dianggap menyeramkan dan
hina.
Padahal sejak awal masa
kenabiannya pun, Muhammad saw selalu menghargai dan menghormati pemeluk agama
lain. Saat dikejar-kejar kaum kafir Mekah, Nabi memerintahkan serombongan
sahabatnya, yang dipimpin Jafar bin Abuthalib (sepupu Nabi), mengungsi dan
minta perlindungan penguasa Nasrani di negeri Habasyah (Etiopia sekarang). Nabi
dan umat Islam juga bergaul dan berdagang dengan kaum Yahudi Madinah.
Penggambaran yang sama sekali
tidak akurat dan penuh kebohongan dalam film Bacile itu tentu bermula dari
sikap negatif atau kebodohan Bacile dan para pendukung pembuatan film berdurasi
dua jam itu.
Maka, kita jadi penasaran,
mengapa sebagian orang Koptik Mesir yang ada di luar negeri bersedia bergandeng
tangan menghinakan umat Islam. Tidakkah mereka ingat bahwa pada zaman
kediktatoran Mubarak, dan jauh sebelum itu, sesungguhnya mereka juga sama-sama
tertindas, bersama banyak golongan lain di sana, laki-laki, wanita, Muslimin,
Kristen, kaum miskin, aktivis buruh – praktisnya semua orang didhalimi sehingga
tidak mendapatkan kebutuhan dasar, hak politis, hak sipil dan hak-hak lainnya?
Kita juga jadi bertanya, tahukah
Pastor Terry Jones, Bacile dan para sponsornya bahwa umat Islam juga
menghormati Yesus? Tahukah mereka bahwa umat Islam selalu menyebut nama Yesus
dengan gelaran alaihi as-salam (a.s.), ‘damai atasnya’– yang maknanya
adalah pemuliaan, sebagaimana diberikan kepada keluarga Nabi Muhammad, dan
orang-orang suci dalam Islam?
Al Quran secara eksplisit
menyebut Yesus, atau ‘Isa’ dalam bahasa Al Quran, sedikitnya 25 kali. Itu
artinya lima kali lipat dari penyebutan nama Nabi Muhammad saw. Al Quran juga
menggelari Isa a.s. -- yang namanya berasal dari bahasa Ibrani, Esau dan
Yeshehua – dengan sebutan-sebutan yang mulia, di antaranya ‘Al-Masih’, ‘Kalimat
Allah’, dan ‘Putra Maryam’.
Di dalam Al Quran, Nabi Isa
disebut sebagai ‘utusan yang saleh’, dan ‘pembawa Kitab Injil’. Memang masih
ada ulasan lain seperti kontroversi penyalibannya, tetapi citra Nabi Isa di
mata kaum Muslim adalah sebagai seorang yang mulia, yang ajarannya
disempurnakan oleh Nabi Muhammad.
Selain menulis tentang mukjizat
Isa as yang bicara ketika dalam buaian, menghidupkan orang mati, dan
menyembuhkan orang buta dengan izin Tuhan, Al Quran juga memberi penghormatan
yang luar biasa kepada ibunda beliau, Maria (Maryam) yang kudus. Bahkan salah
satu di antara 114 surat di dalam Al Quran diberi nama ‘Surat Maryam’.
Kemarahan Muslimin di dunia
terhadap film itu mengajarkan kepada semua orang yang bermaksud menghina Islam,
bahwa sejak Nabi Muhammad menerima Al Quran 14 abad lalu hingga zaman ini,
seluruh lapisan Muslimin sangat yakin akan kebenaran Islam, dan janganlah
sekali-sekali mencoba mengusiknya.
Islam adalah agama yang
toleran, dan penuh cinta damai, bahkan nama “Islam” itu juga berarti ‘damai’,
dan ‘mendamaikan’; tetapi di dalamnya ada perintah untuk membela Al Quran dan
sang Nabi yang suci hingga titik darah penghabisan, bila ada yang menghinanya.
Walhasil, peristiwa ini memberi
pelajaran agar semua orang hendaknya lebih serius dalam usaha mencari
pencerahan jiwa, melakukan perubahan sikap, attitude,
keyakinan, tindakan dan kebijakan yang lebih arif dan damai.
Bagi Bacile sendiri, mestinya ia
tahu bahwa meski sejuta film semacam itu dibuatnya, hal itu tidak bakal mampu
merendahkan status Nabi Muhammad saw di mata Muslimin sebagai makhluk Tuhan
terbaik, ataupun menghapus cinta di hati umat Islam kepadanya. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar