Mengatasi
“Bullying” Antarmurid di Sekolah
Agustine Dwiputri ; Penulis
kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas Minggu
|
KOMPAS,
09 November 2014
Peristiwa kekerasan atau ”bullying” yang terjadi di sekolah
dasar ataupun sekolah menengah akhir-akhir ini makin mencuat dan
mengkhawatirkan. ”Bullying” pada anak bahkan banyak dilakukan oleh sesama
murid.
Jon Bloch (2013) mengatakan, para pem-bully benar-benar
menikmati menyakiti orang lain, apakah rasa sakit itu fisik maupun emosional.
Mereka menikmati kekuasaan dan membuat orang lain menderita, mereka ingin
terlihat baik dengan membuat orang lain terlihat buruk. Dampak psikologisnya
bisa sangat buruk, anak menjadi ketakutan, tak bisa berkonsentrasi secara
penuh pada pelajaran, bahkan dapat memunculkan gejala-gejala gangguan mental
yang cukup serius. Karena itu, orangtua tak bisa melepas anak begitu saja,
pastikan anak Anda merasa aman di sekolah.
Waspada
Waspadalah terhadap rasa takut dan kecemasan anak Anda tentang
keselamatan fisik ataupun psikologisnya. Jangan meremehkan atau mengabaikan
ketakutan yang mungkin mereka alami. Remaja, seperti juga anak-anak kecil,
perlu merasa bahwa mereka dapat beralih ke orang dewasa tepercaya untuk
memperoleh bantuan ketika membutuhkan. Hal ini akan mengurangi perasaan tidak
berdaya. Beri tahu anak Anda tempat yang harus diwaspadai di sekolah, ajarkan
apa yang harus dilakukan, apa yang harus dikatakan, dan ke mana harus berpaling
mencari bantuan ketika menghadapi situasi yang menyebabkan rasa takut saat di
sekolah.
Orangtua perlu ikut campur tangan dalam mengajari anak agar
berani menghadapi para pem-bully dan menolak ajakan teman untuk menjadi
pem-bully. Banyak ayah berpikir bahwa anak-anak, terutama anak laki-laki,
harus dibiarkan sendirian untuk memecahkan masalah mereka sendiri karena hal
itu akan membangun karakter. Padahal, bukan itu masalahnya, anak laki pun
lebih mungkin mengalami perasaan ditinggalkan, takut, depresi, dan tidak
percaya jika tidak didukung oleh orangtua menghadapi situasi bullying.
Tempat yang harus diperhatikan
Wilayah di lingkungan sekolah yang dapat menjadi tempat
menakutkan bagi murid, antara lain:
1. Toilet
Anak-anak takut menghadapi beberapa murid lain yang ada di
sekitar lokasi toilet karena mungkin akan dikasari dan diancam. Biasanya
tempat tersembunyi ini menjadi pangkalan rahasia (dari pengamatan guru, staf
sekolah, atau murid lainnya) untuk penggunaan rokok dan obat-obatan
terlarang.
2. Bus sekolah
Anak-anak takut akan kegaduhan serta perilaku agresif dan kasar
secara verbal dari murid lain yang memaksa mereka untuk meninggalkan kursi
yang mereka sukai atau bersikap kasar hanya untuk sekadar bersenang-senang.
3. Lorong kosong
Anak-anak takut akan bertemu dengan beberapa ”murid preman”
ketika mereka berjalan sendirian di lorong yang panjang.
4. Ruang makan siang
Di sekolah yang memberi fasilitas makan bersama, ketika
mengantre makanan, sangat mungkin terjadi ada murid yang senang mendorong
keluar barisan, menusuk, menyerobot antrean atau melempar makanan kepada
anak-anak.
5. Kelas tanpa pengawasan guru
Anak-anak takut masuk ke situ karena biasa terjadi pertengkaran
dengan murid lain atau khawatir akan disakiti ataupun dipermalukan di depan
murid lainnya.
Mengajari anak
Beri anak pemahaman untuk berhati-hati jika berada di wilayah
rawan di atas. Jika perlu, mengajak teman untuk memasuki atau melewati area
itu.
Jon Bloch (2013) mengatakan bahwa menghindari pem-bully kadang
mungkin dilakukan, tapi dalam situasi lain anak Anda perlu memutuskan bahwa
sudah waktunya menghadapi si pem- bully. Beri keyakinan pada anak Anda bahwa
kenakalan yang dilakukan para pem-bully sebenarnya hanyalah menunjukkan ciri
seorang pengecut. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa mereka perlu
dihadapi dengan sikap dingin, berjarak, dan tidak terbawa oleh emosi, tapi
perlu ada ketegasan dan keberanian. Meskipun ucapan yang dikatakan anak Anda
secara teknis lebih pandai atau lebih mengancam, jika anak Anda tampak takut,
gugup, hampir mengeluarkan air mata, atau bahkan marah, pem- bully akan tahu
bahwa ia telah menang. Jadi tetaplah bersikap super-dingin. Dengan sikap
tidak terbawa oleh emosi, anak Anda dapat menangani pem-bully dengan lebih
mudah.
Pertemuan di luar kelas
Jika ada murid lain berperilaku sebagai pem-bully di situasi
luar kelas, ajari anak Anda untuk sedapat mungkin pergi menjauhinya saja.
Jika pem-bully terus-menerus membuat beberapa komentar sinis pada anak Anda
atau mengatakan hal-hal yang sengaja membuat dia terlihat baik dan anak Anda
terlihat buruk, ajari anak untuk bersikap dingin, seperti tak acuh, misalnya
sambil menguap, mengatakan demikian, ”Eh
maaf, saya lagi mikirin hal yang penting. Kamu ngomong sesuatu tadi, ya?”
Ucapkan ini sepolos mungkin, seolah-olah hal terakhir di pikiran anak Anda
adalah ingin menyinggung perasaan seseorang.
Jika pem-bully kemudian mengulang ucapannya, biasanya dengan
nada kesal, untuk mendapatkan kembali perhatian Anda, tanggapi seperti ini, ”Oh, maaf aku menyakiti perasaanmu. Aku
tidak sangka kau begitu sensitif. Apakah kamu sedang mengalami hari yang
buruk? Jika kamu mau, aku bisa bilang agar orang lain hati-hati padamu.”
Cara semacam ini dapat menyadarkan pem-bully bahwa anak Anda tidak mempan
di-bully, pem-bully selalu ingin korbannya takut dan tunduk padanya.
Jika dia di antara teman-teman lainnya secara jelas mengancam
atau bertindak agresif, ajari anak Anda untuk berbicara padanya dengan suara
yang paling sarkastik (menyindir), ”Wah,
sepertinya aku benar-benar takut, nih. Sepertinya saya akan kena serangan
jantung karena ketakutan.” Kata-kata seperti ini bisa menjadi sangat baik
jika orang lain yang mendengarkan akan tertawa. Pem-bully akan memutuskan
bahwa anak Anda adalah orang yang harus dijauhi karena anak Anda membuat dia
terlihat buruk. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar